BI-Rate-Turun

Terakhir diperbarui Pada 23 Mei 2025 at 5:29 pm

Artikel telah ditinjau oleh: Stock Market Analyst RK Team 

Per 21 Mei 2025 kemarin, akhirnya BI Rate turun ke level 5.50% usai mencapai kesepakatan Rapat Dewan Gubernur BI. Penurunan suku bunga ini menjadi kabar baik bagi sejumlah sektor bisnis, bahkan saham-saham di market turut merasakan angin segarnya dengan kinerja harga yang melonjak. Ya, penurunan suku bunga acuan ini seringkali memberikan dampak yang positif ke saham. Lantas bagaimana efeknya untuk di tahun ini?

 

[Financial Smartplan Rivan Kurniawan dan Adrian Wiharjo]

 

BI Rate Turun

Bank Indonesia (BI) telah mengambil langkah strategis melalui BI Rate turun sebesar 25 bps menjadi 5.50%, dari sebelumnya 5.75%. BI rate turun ini, setidaknya sejalan dengan perkiraan para analis. Sekaligus menjadi pemangkasan suku bunga acuan pertama kalinya, sejak lima bulan terakhir. Tidak hanya itu, jika dilihat secara historical BI rate turun saat ini sudah paling rendah terhitung dari Oktober 2023, atau sekitar 20 bulan ke belakang.

Historical Suku Bunga BI. Source: tradingeconomics

Bersamaan BI rate turun, kinerja IHSG pun melonjak positif ke level 7.1890an per 20 Mei 2025. Padahal sehari sebelumnya masih melemah di kisaran 7.141, menandai kembalinya gairah investor karena penurunan suku bunga ini menjadi penggerak positif bagi harga saham emiten di bursa. Berikut ini gambaran pergerakan IHSG menjelang keputusan BI dan sesudah diumumkannya BI rate turun:

Pergerakan IHSG di periode 20 – 21 Mei 2025. Source: googlesearch

Langkah Gubernur BI – Perry Warjiyo kali ini memang dapat dikatakan selangkah di depan dibandingkan The Fed AS, dalam mengatasi ketidakpastian ekonomi belakangan. Terlebih lagi pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini tengah lesu di level 4.87% YoY per 1Q2025, tergolong lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi 5.11% YoY pada 1Q2024. Yang dipengaruhi oleh turunnya belanja Pemerintah imbas pengetatan anggaran, konsumsi swasta yang juga lemah, dan turunnya investasi tetap.

Pertumbuhan ekonomi periode 1Q2025. Source: tradingeconomics

Ditambah lagi dengan inflasi Indonesia yang berada di level 1.95% YoY per April 2025. Inflasi ini masih berada dalam target BI dengan sasaran 2.5±1%, hanya saja tidak dapat dipungkiri bahwa terjadi disinflasi karena masih ada kenaikan harga.

Pertumbuhan inflasi April 2025. Source: tradingeconomics

Keputusan BI rate turun ini, juga telah mempertimbangkan kebijakan fiskal yang dibuat oleh Trump, Presiden AS yang memberlakukan reciprocal tariff. Di mana imbasnya AS berpotensi menghadapi stagflasi, suatu keadaan dari harga pokok yang naik, namun di waktu yang sama justru terjadi pelemahan daya beli. Kondisi tersebut menguatkan keputusan BI untuk segera menurunkan suku bunga.

 

[adinserter block=”4″]

 

BI Rate Turun, Berikan Dampak Positif ke Pasar Keuangan

Suku bunga acuan yang turun menjadi 5.50%, berhasil memberikan dampak yang positif ke pergerakan saham-saham di sejumlah sektor. Sebut saja beberapa sektor potensial yang akan diuntungkan oleh penurunan suku bunga, antara lain: Perbankan, Properti, Multifinance, Otomotif, hingga Konstruksi.

  • Perbankan

Sektor perbankan akan sangat diuntungkan dengan BI rate turun seperti sekarang, karena dapat mendongkrak kembali permintaan kredit. Hal ini terjadi karena suku bunga kredit menjadi lebih rendah, yang pada gilirannya mampu mendongkrak penyaluran kredit, sehingga akan lebih menarik bagi masyarakat maupun korporasi untuk mengambil fasilitas kredit dari perbankan. Dengan begitu, volume pinjaman bank juga akan meningkat, pendapatan bunga bersih (Net Interest Income) ikut bertumbuh, dan akhirnya dapat menggenjot profitabilitas perbankan secara positif.

  • Properti

Sektor lainnya lagi, ada properti yang juga ikut diuntungkan penurunan suku bunga. Lantaran berpotensi menurunkan tingkat suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menjadi jauh lebih rendah dan terjangkau, terutama untuk KPR rumah tinggal maupun properti komersial. Hal tersebut, tentu akan mendorong kembali daya beli terhadap properti.

Terlebih lagi, Pemerintah sudah memberlakukan kembali insentif pajak properti PPN DTP, untuk pembelian rumah tapak dan satuan rumah susun. Pada periode pertama, Januari – Juni 2025 insentif PPN DTP sebesar 100%. Sedangkan pada periode kedua, Juli – Desember 2025 sebesar 50%. Di mana PPN yang terutang itu dari bagian dasar pengenaan pajak atau DPP yang harga jualnya sampai Rp2 miliar dan harga jual paling tinggi Rp5 miliar. Tentunya, kedua sentimen positif tersebut mampu menggairahkan kembali sektor properti dan jajaran sahamnya. Di mana ketika penjualan properti meningkat, maka kenaikan harga saham juga akan mengikuti – di momentum inilah investor dapat mendulang keuntungan.

  • Multifinance

Bukan hanya Perbankan, sektor Multifinance juga akan diuntungkan oleh penurunan suku bunga, lantaran dapat membuat biaya pendanaan menjadi lebih murah. Di mana ini dapat meningkatkan permintaan pembiayaan yang meliputi kendaraan bermotor, barang elektronik, furniture, modal usaha, kebutuhan konsumsi, pinjaman berjamin BPKB, atau bahkan untuk pembiayaan alat berat hingga mesin industri dan masih banyak lainnya lagi. 

  • Otomotif

Sektor otomotif juga akan ikut terdorong, sejalan semakin murahnya Kredit Kendaraan Bermotor (KKB). Di mana skema cicilan akan jadi lebih ringan, maka permintaan kendaaran bermotor, baik roda dua maupun empat bisa kembali meningkat. Seiring dengan itu, penjualan sparepart otomotif juga akan ikut terdongkrak penjualannya.

  • Konstruksi

Sektor dengan biaya yang besar seperti konstruksi, juga berpeluang jalan lagi. Karena penurunan suku bunga akan membuat pembiayaan proyek menjadi lebih ekonomis. Ini berarti masa pengerjaan proyek juga akan menjadi lebih cepat, karena pengadaan barang konstruksi semakin mudah. Terlebih lagi untuk pengerjaan konstruksi yang berkaitan pada keperluan publik dan/atau swasta.

 

SektorSaham

Prospek

Perbankan

BBRI

BBRI targetkan pertumbuhan kredit 7% – 9% di tahun 2025. Salah satu strateginya dengan menguatkan dukungan ke sektor UMKM melalui program KUR. Bunga yang ditawarkan kompetitif di 0.5% per bulan, yang juga didukung penuh oleh subsidi Pemerintah.

BBTN

BBTN targetkan pertumbuhan kredit 7% – 8% di tahun 2025. Ada beberapa strategi bisnis yang diincar BBTN: Digitalisasi yang ditingkatkan agar pengguna aplikasi BTN Mobil naik ke 3.5 – 3.6 juta; Realisasi kerja sama BBTN dengan investor Qatar yang disepakati di Doha pada awal April 2025, untuk membangun apartemen yang menyasar segmen Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan Tanggung (MBT); Pengembangan Bisnis Transaksi Syariah Digital untuk BTN Syariah menjelang Spin-Off UUS.

BBCA

BBCA targetkan pertumbuhan kredit 7% – 8% di tahun 2025. Berencana untuk terlibat dalam program Tapera, yang ditujukan untuk para pegawai negeri di wilayah yang sudah memiliki infrastruktur matang.

BMRI

BMRI targetkan pertumbuhan kredit 10% – 12% di tahun 2025. Rencananya BMRI akan fokus di sektor-sektor prospektif dan resilient, seperti infrastruktur, konstruksi, energi, makanan dan minum, dan sektor padat karya yang lain. Dan juga akan meningkatkan pengembangan transformasi digial dan inovasi layanan, baik di super aplikasi Livin’ by Mandiri dan Kopra by Mandiri.

BBNI

BBNI targetkan pertumbuhan kredit 8% – 10% di tahun 2025. Beberapa strategi bisnis BBNI: Transformasi digital dengan mengubah beberapa kantor cabang terpilih, menjadi pusat layanan digital dan edukasi keuangan; Penguatan Ekosistem Digital melalui perluasan layanan digital, Wondr by BNI dan BINdirect untuk mendongkrak CASA dan pendapatan berbasis komisi; Meningkatkan penghimpunan dana, melalui transaksi digital dan tabungan.

Properti

BSDE

BSDE masih memiliki cadangan lahan sekitar 4.800 hektar yang menunjang rencana ekspansinya dalam jangka panjang. Selain itu, BSDE akan meningkatkan fokusnya target marketing sales sebesar Rp10 triliun di tahun 2025, pada produk segmen residensial.

CTRA

CTRA terus meningkatkan inovasinya di sektor perumahan, perkantoran, dan pusat perbelanjaan dengan membangun proyek-proyek yang ikonik. Selain itu, CTRA masih melakukan pengembangan proyek baru, termasuk salah satunya CitraLand Gresik Kota yang memiliki skema KSO.

SMRA

SMRA berencana ekspansi bisnis ke Segmen Mal dan Hotel, dengan mengalokasikan capex Rp2 triliun. Selain itu, SMRA masih akan meluncurkan proyek-proyek baru dan produk-produk stok yang memenuhi syarat insentif PPN DTP.

ASRI

Rencananya ASRI akan fokus pengembangan proyek baru yang ada di tahun 2025 ini, dengan alokasi capex sekitar Rp250 miliar, termasuk untuk akuisisi lahan. Salah satu contoh proyek ASRI adalah Klaster baru di Alam Sutera 2, Sutera Nexen, dan Suvarna Sutera yang akan segera diluncurkan.

PWON

Rencana PWON di tahun 2025 ini adalah fokus mengembangkan recurring income yang kuat dan meningkatkan development income. Ekspansi lain yang masih dikembangkan PWON adalah superblok yang sudah mulai beroperasi, misalnya di Kota Kasablanka, melalui penambahan area ritel, residensial, hingga hotel. Superblok lainnya, di Bekasi yang mencakup dua hotel baru. Termasuk mengembangkan proyek residensial dan hotel di Semarang.

Tidak hanya itu, PWON juga melanjutkan pembangunan proyek baru, seperti di Batam yang diperkirakan akan menopang pertumbuhan pendapatan di tahun ini.

Multifinance

ADMF

Baru-baru ini ADMF melakukan merger dengan PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN), diperkirakan nantinya dapat mendongkrak daya saing dan efisiensi operasional. Selain itu, ADMF juga akan fokus meningkatkan porsi pembiayaan non-otomotif, guna mengurangi ketergantungan ke segmen otomotif. ADMF juga masih akan melakukan perluasan ekspansi kantor cabang sekitar 10 – 15 unit, baik Main Branch dan Satellite Branch. Ekspansi akan difokuskan di luar Pulau Jawa. Dengan begitu distribusi produk maupun jasa perusahaan akan meningkatkan volume bisnis.

BFIN

BFIN masih terus melakukan transformasi digital, agar layanan berbasis teknologi semakin meningkat. BFIN juga masih akan mengembangkan produk keuangan baru lainnya, dan mengoptimalisasikan produk yang sudah ada. Selain itu, BFIN akan fokus pada solusi keuangan pelangan, didukung teknologi yang terintegrasi.

WOMF

WOMF berencana menggabungkan strategi ekspansi cabang, inovasi digitalisasi, hingga penguatan manajemen. Dalam hal ekspansi, rencananya WOMF akan membuka tujuh cabang baru di sepanjang 2025, agar jangkauan layanan lebih luas, terutamanya untuk mencapai wilayah-wilayah yang belum memiliki layanan keuangan. Sedangkan pada inovasi digital, WOMF akan mengembangkan kinerja aplikasi Kawan, agar pengajuan kredit bisa lebih mudah. Dan untuk penguatan manajemen, WOMF akan menambahkan posisi baru, Wakil Presiden Direktur untuk memperkuat komposisi manajemen, dan lebih responsif dalam merespon perubahan pasar.

CFIN

Di tahun 2025, CFIN fokus mengoptimalkan jaringan permasaran di seluruh cabang; meningkatkan kerja sama dengan grup maupun induk perusahaan; serta mengembangkan SDM yang berkelanjutan.

Otomotif

ASII

Pengembangan bisnis ASII masih akan dilakukan, tercermin dari persiapan capex sebesar Rp25 triliun di 2025. Yang dialokasikan untuk kebutuhan di sektor otomotif, jasa keuangan, properti, infrastruktur, agribisnis, hingga alat berat pertambangan.

AUTO

AUTO dapat melakukan operational excellence dan meningkatkan efisiensi bisnis di lini lainnya, seperti bisnis manufaktur maupun perdagangan. Agar dapat menghasilkan dan menyediakan produk dengan harga yang kompetitif; Peluang dari pasar komponen non otomotif, seperti alat kesehatan melalui merek GRIN dan kereta api maupun heavy equipment; AUTO juga akan lebih aktif mengembangkan komponen otomotif kendaraan listrik

IMAS

IMAS memiliki peluang emas untuk mengejar pertumbuhan di segmen mobil listrik. Selain itu, IMAS juga akan melebarkan ekspansi bisnisnya melalui pendirian anak usaha baru, PT Indo Zeeda Energi (IZE) yang berfokus pada Energi Baru Terbarukan.

Konstruksi

TOTL

TOTL akan fokus pada proyek-proyek swasta, dan berupaya meningkatkan efisiensi, serta optimalisasi biaya.

NRCA

NRCA fokus mengembangkan dan mempertahankan jasa konstruksi, dan akan lebih proaktif mencari peluang proyek-proyek pemerintah dengan mengikuti tender bisnis. Terutamanya di bidang properti, industri, atau bahkan infrastruktur. NRCA juga lebih membuka diri untuk membangun kerja sama operasi (KSO) dengan pihak swasta, asing, bahkan BUMN.

ACST

Langkah strategis ACST di tahun ini, utamanya adalah memperluas bisnis ke sektor konstruksi pertambangan dan telekomunikasi. Guna mendongkrak total aset dan juga ekuitas perusahaan dalam jangka panjang. Selain itu, ACST juga akan fokus pada proyek konstruksi gedung, infrastruktur, maupun pondasi bangunan.

 

[adinserter block=”5″]

 

Kesimpulan

Dengan keputusan BI rate turun, setelah lima bulan terakhir berada di level yang cukup tinggi. Tentu ini menjadi angin segar bagi sejumlah sektor saham yang memang kinerjanya, sangat bergantung pada suku bunga acuan yang rendah.

Pasalnya dengan BI rate turun seperti sekarang, maka dampaknya langsung terasa pada tingkat suku bunga kredit pembiayaan maupun pinjaman, serta bunga simpanan di perbankan. Di mana ketika suku bunga diturunkan, sudah tentu masyarakat akan lebih tertatrik untuk mengambil fasilitas kredit. Lantaran biaya pinjaman lebih murah dan terjangkau. Pada gilirannya, hal ini mampu mendongkrak aktivitas konsumsi hingga investasi. Dengan ini pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat.

Tidak hanya itu, dengan suku bunga diturunkan imbal hasil dari instrumen yang sifatnya konvervatif, seperti Obligasi maupun Deposito cenderung kurang menarik. Imbasnya, para investor akan beralih ke instrumen yang memberikan imbal hasil tinggi, seperti halnya saham. Jika sudah demikian, maka akan ada pertukaran arus dana dari Aset pendapatan tetap beralih ke pasar saham. Di sinilah permintaan akan saham semakin meningkat, harga saham juga ikut melonjak.

Pada dasarnya, apapun kebijakan yang dibuat Pemerintah adalah untuk menjaga kestabilan ekonomi. Oleh sebab itu, penting adanya bagi investor memperhatikan perubahan makro ekonomi secara menyeluruh. Dan dengan BI rate turun ke level 5.50% seperti sekarang, maka maksimalkan strategi diversifikasi agar pertumbuhan portofolio optimal.

Kalau teman-teman investor, termasuk yang diuntungkan atau dirugikan dengan keputusan BI rate turun 25 bps ini?***

 

###

 

DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!

 

Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

reCaptcha v3
keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *