China dan India Memperketat Impor Batubara, Batubara Tak Jadi Membara ?

China dan India Memperketat Impor Batubara, Batubara Tak Jadi Membara ?


Tahun 2020 yang penuh kejutan ini rasanya belum menjadi tahunnya emas hitam, sebutannya untuk batubara. Sampai artikel ini ditulis, harga batubara telah turun -26% YtD dari US$70 di awal tahun menjadi tinggal US$51.58. Tentu saja bukan pertanda yang baik untuk perusahaan yang bergerak di industri batubara. Sekarang ditambah lagi kabar bahwa China dan India, sebagai dua negara dengan konsumsi batubara terbesar di dunia, justru ingin memperketat impor batubara. Kira-kira dengan berita ini, bagaimana prospek industri batubara ke depannya?

 

Overview Industri Batubara di Dunia

Sebelum membahas prospek dan dampak dari pembatasan impor batubara yang akan dilakukan oleh India dan China, ada baiknya apabila kita mengetahui dulu overview terhadap industri batubara di dunia. Siapa pemain terbesarnya? Siapa konsumen terbesarnya? Negara-negara mana saja yang menghasilkan batubara?

Source: BP Stat

Dari data di atas dapat dilihat bahwa coal dan oil merupakan dua sumber energi utama yang digunakan di dunia. Data ini menunjukkan kepada kita bahwa peran minyak dan batubara sangatlah krusial dalam masa sekarang. Meskipun, pada jangka panjang sudah diprediksi juga bahwa energi terbarukan akan menjadi energi utama di masa depan, untuk mengurangi polusi dan emisi yang dihasilkan dari sumber energi fosil.

Jadi kita sudah mengetahui bahwa batubara adalah salah satu sumber energi yang paling banyak dikonsumsi sekarang. Lalu, apa pengaruhnya hubungan dengan China dan India?

Pengaruhnya dapat kita lihat bahwa China dan India adalah top 2 negara importer batubara terbesar di dunia. Perhatikan grafik di bawah:

Dari data di atas dapat terlihat bahwa impor batubara yang dilakukan oleh China dan India telah meningkat dengan cukup signifikan sejak tahun 1990. Terakhir pada tahun 2019 kemarin impor dari China berkontribusi 21% terhadap total impor dunia, jadi dapat kita ambil kesimpulan bahwa impor dari China adalah sekitar 1/5 dari total impor seluruh dunia. Tidak hanya China, impor dari India sendiri berkontribusi sebesar 17.3% terhadap total impor batubara di seluruh dunia. Artinya, total impor batubara China dan India saja sudah berkontribusi sebesar 38.3% dari total impor seluruh dunia.

Dari faktor inilah, dapat dilihat bahwa apabila kedua negara melakukan pembatasan impor, tentu saja hal ini akan mempengaruhi pergerakan harga batubara dunia.

Konsumsi Batubara Dunia. Source: IEA

 

Pada data di atas (tentang konsumsi batubara dunia) dapat Anda perhatikan juga bahwa China dan India merupakan dua konsumen batubara terbesar di dunia. Secara spesifik, pada tahun 2019 kemarin seluruh dunia mengkonsumsi batubara setara dengan 5.407 mtoe (million ton oil equivalent), di mana China sendiri saja berkontribusi dengan mengkonsumsi batubara sebesar 2.866 mtoe, setara dengan 53% dari total konsumsi dunia. Tidak hanya China, India juga mengkonsumsi batubara yang cukup besar, yakni sebesar 585 mtoe batubara atau setara dengan 10,81% dari total konsumsi batubara di seluruh dunia. Total konsumsi batubara dari China dan India sendiri berkontribusi sebesar 63.81% terhadap total konsumsi batubara dunia.

Dengan kontribusi yang sangat besar bagi industri batubara, pergerakan permintaan dari China dan India tentu saja dapat menyebabkan gejolak di pasar batubara. Jadi, dari sisi China dan India, Anda sudah melihat peran penting dari kedua negara ini terhadap industri batubara di dunia.

 

China dan India Memperketat Impor Batubara

China dan India memperketat impor batubara, dikarenakan adanya rencana untuk mengoptimalkan penggunaan kapasitas produksi batubara domestik. Tidak hanya hal tersebut, stock pile dari China juga masih cukup untuk kebutuhan negara masing-masing, mengingat produksi yang dilakukan di masa sekarang juga lebih sedikit karena Covid-19.

Meskipun terdengar seperti hal yang buruk, ternyata eksportir batubara Indonesia masih mencoba melakukan upaya-upaya untuk bisa tetap melakukan transaksi internasional dengan China – India. Hal ini dilakukan dengan cara diplomasi, di mana Pemerintah RI melalui kementerian maupun Kedutaaan Besar Republik Indonesia melakukan intensifikasi yang lebih kuat dengan pihak dari China dan India. Tujuan dari adanya intensifikasi diplomasi ini adalah agar China dan India memberikan kuota impor batubara dari Indonesia lebih banyak lagi, dan perlu Anda ketahui bahwa impor batubara yang dilakukan oleh negara tertentu belum tentu berlaku ke semua negara. Jadi, masih ada peluang untuk Indonesia di sini. Tambahan katalis positif lagi adalah bahwa tahun 2020 ini menjadi ulang tahun ke-70 tentang hubungan diplomatik kedua negara.

 

Industri Batubara di Indonesia

Harga batubara yang ada di Indonesia menggunakan suatu patokan yang disebut Harga Batubara Acuan atau biasa disingkat dengan HBA. Harga Batubara Acuan atau HBA bulan Agustus 2020 mengalami penurunan sebesar -3.49% MoM menjadi US$50.34 per ton, dari Juli sebesar US$52.16 per ton. Hal ini seiring juga dengan penurunan harga batubara global, di mana penurunan harga batubara global juga dipicu kebijakan China dan India yang memprioritaskan penggunaan batubara produksi dalam negeri, seperti yang tadi telah dibahas pada bagian sebelumnya.

Rincian penurunan index harga batubara yang dimaksud meliputi Indonesia Coal Index (ICI), turun -2.53%, Newcastle Export Index (NEX), turun -4.01%, Globalcoal Newcastle Index (GCNC) turun -1.07%, dan Platts turun -6.40% dari 5900 pada bulan sebelumnya.

HBA juga ditentukan oleh perhitungan rata-rata kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal per kilogram GAR. Nantinya, harga ini akan digunakan secara langsung dalam jual beli komoditas batubara (spot) selama satu bulan pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut atau FOB Vessel.

Jadi seperti itu untuk penggambaran tentang industri batubara di Indonesia. Berikutnya, bagaimana dampak penurunan harga batubara dan adanya pembatasan penjualan batubara ke India dan China ini terhadap kinerja dari emiten batubara di Indonesia? Mari kita bahas pada bagian bawah ini…

  1. PT Adaro Indonesia Tbk (ADRO)

Penjualan ADRO Berdasarkan Geografis. Source: LK Q2 2020 ADRO

Dari data di atas dapat dilihat breakdown penjualan ADRO berdasarkan geografisnya, di mana India dan China masing-masing menjadi negara tujuan ekspor terbesar ke-2 dan ke-3 bagi ADRO, dengan persentase masing-masing bagi India 11.7% dan China sebesar 11.3% terhadap total pendapatan perusahaan. Apabila jumlah penjualan ke India dan China digabungkan, maka penjualan ke kedua negara ini berkontribusi seperlima atau sekitar 23% dari total pendapatan perusahaan. Hal itu menjadi sebuah kontribusi yang cukup krusial bagi kinerja perusahaan.

Dari sini dapat kita simpulkan bahwa ADRO memiliki risiko cukup besar apabila pelonggaran impor batubara China dan India dilakukan.

 

  1. PT Bukit Asam Tbk (PTBA)

Penjualan PTBA Berdasarkan Geografis. Source: LK PTBA Q1 2020

Untuk PTBA, dapat dilihat pada LK Q1 2020 nya bahwa India merupakan negara dengan tujuan ekspor terbesar bagi PTBA. Pada Q1 2020, penjualan batubara ke India berkontribusi sebesar 12.7% terhadap total pendapatan PTBA dan China sendiri hanya berkontribusi 1.9% terhadap total penjualan PTBA. Apabila dijumlahkan, penjualan batubara PTBA ke China dan India hanya berkontribusi sebesar 14.6% terhadap total pendapatan perusahaan. Angka tersebut masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan ADRO tadi.

 

  1. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)

Penjualan ITMG Berdasarkan Geografis. Source: LK Q2 2020 ITMG

Terakhir untuk ITMG, ITMG sendiri tidak melakukan breakdown sedetail yang dilakukan oleh PTBA maupun ADRO. Tetapi, PTBA melakukan breakdown penjualan ke dalam beberapa blok, di mana India tergabung ke dalam blok penjualan bersama negara-negara di Asia Tenggara (excl Indonesia), dan Pakistan yang berkontribusi 33.6% terhadap total penjualan perusahaan. Dan China tergabung bersama Taiwan, Hong Kong, dan Korea yang penjualannya berkontribusi sebesar 25.7% terhadap total penjualan perusahaan. Memang tidak tertera detail, tapi dapat kita asumsikan bahwa ITMG juga akan terkena dampak dari adanya pembatasan impor yang dilakukan oleh China dan India.

 

Kesimpulan

Batubara merupakan salah satu sumber energi terbesar yang digunakan saat ini di seluruh dunia, di mana China dan India menjadi dua pemain terbesar dalam industri komoditas emas hitam ini.

Adanya berita tentang pemberlakuan pembatasan impor yang dilakukan oleh China dan India, tentu saja akan berdampak terhadap pergerakan harga batubara. Mengingat karena China dan India sendiri, merupakan importir dan konsumen terbesar dari batubara di seluruh dunia.

Dampaknya terhadap industri batubara di Indonesia, tentu akan membuat HBA di Indonesia drop, dan hal ini akan mempengaruhi kinerja emiten batubara di Indonesia, terlebih lagi bagi perusahaan yang memiliki kontribusi penjualan terhadap India maupun China. Sebut saja ADRO, yang penjualan ke China dan India berkontribusi sebesar 23% dari total pendapatan perusahaan. PTBA juga yang penjualan ke China dan India berkontribusi sampai 14.6% ke total pendapatan perusahaan, dan ITMG yang meskipun tidak disebutkan secara spesifik, tetapi memilki porsi penjualan batubara ke India dan China.

 

###

 

Info:

 

Tags : Industri Batubara di Indonesia | Industri Batubara di Indonesia | Industri Batubara di Indonesia | Industri Batubara di Indonesia | Industri Batubara di Indonesia | Industri Batubara di Indonesia | Industri Batubara di Indonesia | Industri Batubara di Indonesia | Industri Batubara di Indonesia | Industri Batubara di Indonesia 

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Komentar

Artikel Lainnya

Youtube Update

Our Social Media

Arsip Artikel