Ekspansi ke Bidang Properti dan Konstruksi, Apa Dampak terhadap Kinerja PTBA ke Depan ?


Belum lama ini perusahaan pertambangan batubara nasional yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia, yakni PTBA memutuskan untuk berekspansi ke bidang lain di luar pertambangan. Adapun bidang yang menjadi tujuan pengembangan bisnisnya tersebut adalah properti dan konstruksi, yang sudah menjadi rencana PTBA sejak dua tahun belakangan ini. Seperti yang kita tahu, langkah perusahaan tambang masuk ke bisnis properti dan konstruksi bukanlah hal yang baru, mengingat sudah ada sejumlah perusahaan BUMN yang menjajal peruntungan ke bisnis properti. Maka tidak heran, jika akhirnya PTBA juga berencana untuk memasuki bisnis properti. Lantas bagaimana realisasinya sejauh ini ? Dan apa akan mempengaruhi kinerja PTBA ke depan ?

 

Sekilas Tentang PTBA

Berdiri pada 1981 dengan operasional yang bermula dari beroperasinya tambang Air Laya di Tanjung Enim. Dan menyandang status baru sebagai pertambangan nasional pada tahun 1950 dengan menjadi Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA). Kemudian di tahun 1981 PN TABA, berubah status menjadi PT Tambang Batubara Bukit Asam, yang kini dikenal sebagai PTBA. Adapun secara resmi, perusahaan mencatatkan diri menjadi perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia pada Desember 2002.

Dan bahkan di tahun 2017, PTBA mulai memasuki babak baru dengan resmi bergabung bersama PT Aneka Tambang Tbk dan PT Timah Tbk dalam Holding BUMN Pertambangan dengan PT Inalum (Persero) sebagai induk holding. Peleburan tersebut membawa dampak positif bagi PTBA dengan perubahan nama dari PT Bukit Asam (Persero) Tbk. menjadi PT Bukit Asam Tbk.

 

 

PTBA sendiri memiliki sejumlah segmen usaha yang terdiri dari : Pertambangan Batubara, Investasi, Jasa Penambangan, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), dan Pengusahaan Briket Batubara.

 

Rencana Ekspansi ke Bisnis Properti

Rencana PTBA meluaskan lini bisnisnya ke bidang properti sudah mencuat sejak tahun 2017 yang lalu. Di saat yang bersamaan juga sedang marak sejumlah perusahaan pertambangan milik BUMN, yang sudah lebih dulu terjun ke bisnis properti. Sebut saja diantaranya : PT Timah Tbk (TINS) masuk ke bisnis properti melalui anak usahanya yakni PT Timah Persada Properti terhitung sejak tahun 2017, anak usahanya tersebut memiliki landbank di beberapa lokasi di Jabodatebek dan mulai dikembangkan. Kemudian PT Indika Energy Tbk (INDY) yang baru saja di tahun 2019 ini melakukan ekspansi bisnis ke bidang properti dan konstruksi, dengan membentuk anak usaha baru yakni PT Indika Multi Properti. Nantinya INDY melalui anak usahanya tersebut akan menjalankan bisnis properti dengan lingkup konstruksi, perdagangan besar dan eceran, maupun real estate.

Hal lain yang mendorong PTBA untuk melebarkan sayap bisnisnya ke bidang properti adalah karena PTBA mempunyai banyak aset yang menganggur, yang siap dikembangkan menjadi bisnis properti yang tersebar di berbagai wilayah. Misalnya saja lahan PTBA yang terdapat di Kalimantan, Sumatera Barat, Palembang, ataupun di lokasi lainnya. PTBA sendiri berkomitmen untuk memulai bisnis propertinya tersebut secara perlahan-lahan, sehingga besar kemungkinan barulah di tahun ini PTBA akan segera merealisasikannya.

Adapun sebagai langkah awal realisasinya tersebut, PTBA akan mengoptimalkan aset yang sudah ada untuk bersinergi dengan perusahaan BUMN konstruksi. Agar bisa dikembangkan menjadi proyek hotel, rumah sakit, atau pun yang lainnya. Dan sebagai tambahan informasi, di tahun 2017 PTBA terlebih dulu mencoba untuk melakukan pengembangan kawasan township di Tanjung Enim – Sumatera Selatan yang ditujukan sebagai fasilitas karyawan perusahaan. Kawasan township tersebut terdiri dari perumahan, apartemen, dan fasilitas pendukung lainnya. Langkah tersebut sebagai langkah maksimal PTBA sebelum memulai ekspansi bisnis properti secara komersial.

Sementara untuk realisasinya, mulai di tahun 2019 ini PTBA sudah mulai masuk ke sektor properti dan konstruksi diwujudkan melalui pendirian anak usaha PT Bukit Multi Properti, yang dilakukan bersama dengan Bukit Multi Investama (BMI). PT Bukit Multi Properti sendiri sudah memperoleh Nomor Induk Berusaha (NIB) pada 13 Agustus 2019 kemarin. Adapun ke depannya, PT Bukit Multi Properti akan memiliki sejumlah kegiatan usaha diantaranya : konstruksi gedung tempat tinggal, konstruksi gedung perkantoran, konstruksi gedung industri, konstruksi gedung perbelanjaan, konstruksi gedung kesehatan, konstruksi gedung pendidikan, konstruksi gedung penginapan, pendidikan, konstruksi gedung hiburan, serta olahraga. Selain itu PT Bukit Multi Properti, juga akan melayani pemasangan bangunan pra-fabrikasi untuk gedung, maupun untuk real estate yang sudah dimiliki sendiri ataupun yang disewa.

 

Apakah Ekspansi Bisnis Properti, Sebagai Alternatif saat Harga Batubara Lemah ?

Ekspansi PTBA ke bidang properti dan konstruksi, nampaknya tidak hanya sekedar aksi korporasi yang mendiversifikasikan bisnisnya ke lini bisnis lain. Namun Penulis sendiri menilai masih ada salah satu faktor yang paling logis, yakni pergerakan harga batubara itu sendiri. Seperti yang kita ketahui selama ini, jika harga batubara cenderung menunjukkan kenaikan, maka di saat yang sama juga akan diikuti dengan kenaikan harga saham emiten batubara. Akan tetapi sebaliknya, saat harga batubara cenderung menunjukkan penurunan, maka di saat yang sama juga akan diikuti dengan penurunan harga saham emiten batubara. Berkenaan dengan itu, dalam artikel lainnya Penulis sudah pernah membahas mengenai pergerakan harga batubara…

 

 

Demikian pula pada saat artikel ini sedang ditulis, harga saham PTBA per Agustus 2019 ini sedang tertekan di kisaran 2300-an. Lantaran saat ini harga komoditas batubara secara global sedang mengalami penurunan harga. Pemicu penurunan harga masih terdorong oleh perang dagang yang masih berkelanjutan hingga saat ini, dan membuat harga batubara terkoreksi cukup dalam seperti yang belakangan ini terjadi…

 

Source : https://tradingeconomics.com/commodity/coal

               

Kalau pun flashback ke tahun sebelumnya, PTBA sendiri sudah pernah bertransformasi dalam bisnisnya menjadi penyedia energi yang dihasilkan dengan menggunakan bahan bakar batubara dari PLTU. Di mana dalam operasi PLTU miliknya, PTBA hanya menggunakan bahan bakar batubara yang sudah tidak layak jual. Dan untuk kelebihan daya listrik dari PLTU dijual ke PLN. Langkah transformasi tersebut, diambil sebagai langkah antisipasi ketika menghadapi pelemahan harga batubara. Demikian pula dengan rencana ekspansi PTBA yang akan masuk pada bidang properti maupun konstruksi di tahun ini. Meski PTBA sendiri mengklaim ekspansinya ke bisnis properti dan konstruksi ini hanya untuk mengoptimalkan penggunaan lahan-lahan yang dimiliki oleh PTBA. Apalagi seperti yang kita tahu, dalam bisnis properti lahan adalah modal utamanya. Dengan itu PTBA yakin, dengan mengoptimalisasikan pemanfaatan lahannya menjadi bagian dari bisnis properti tentu akan bisa menghasilkan. Bahkan tidak menutup kemungkinan, jika ke depannya lahan-lahan yang dimiliki oleh PTBA bisa menjadi aset produktif dan kinerja dari bisnis properti maupun konstruksinya juga bisa diimplementasikan ke dalam Laporan Keuangan PTBA.

 

Kinerja Keuangan PTBA

Setelah kita tahu bagaimana rencana PTBA dalam merealisasikan ekspansinya ke bidang properti dan konstruksi. Kita juga perlu mengetahui seperti apa kinerja PTBA sejauh ini. Kendati demikian, cukup disayangkan karena hingga artikel ini ditulis emiten sektor pertambangan ini masih belum merilis Laporan Keuangan Kuartal II-2019 nya. Sehingga Penulis menggunakan Laporan Keuangan Kuartal I-2019 sebagai acuan kinerjanya…

Berdasarkan pencapaian kinerja sepanjang Kuartal I-2019, PTBA mengalami penurunan Pendapatan sekitar 7.14% dari Rp 5.74 triliun per Kuartal I-2018 menjadi Rp 5.33 triliun di Kuartal I-2019.

Source : Public Expose PTBA 2019

 

Kendati demikian, namun sebenarnya performa PTBA masih mencatatkan pertumbuhan kinerja operasional yang positif ditengah penurunan Pendapatan nya. Terlihat dari tabel berikut ini :

Source : Public Expose PTBA 2019

 

Secara rata-rata, baik dari sisi volume Penjualan maupun Produksi batubara PTBA memang mengalami pertumbuhan yang relatif baik. PTBA mencatatkan volume Penjualan batubara naik sekitar 5.6% YoY dari 6.30 juta ton per Kuartal I-2018 menjadi 6.65 juta ton di Kuartal I-2019. Dan juga mencatatkan Produksi batubara yang naik sekitar 8.0% YoY dari 5.28 juta ton per Kuartal I-2018 menjadi 5.70 juta ton di Kuartal I-2019. Demikian pula dengan Kapasitas Pengangkut batubara yang juga meningkat sekitar 7.6% YoY dari 5.43 juta ton per Kuartal I-2018 menjadi 5.84 juta ton di Kuartal I-2019.

Sayangnya, ketiga pertumbuhan tersebut justru tidak didukung dengan rata-rata harga jual batubara yang harus mengalami penurunan cukup besar sekitar 13% YoY dari Rp 887.883 per ton di Kuartal I-2018 menjadi Rp 772.044 per ton di Kuartal I-2019. Dan sebagai catatan, ada dua hal yang juga mempengaruhi penurunan harga jual batubara milik PTBA. Pertama, adalah penggunaan acuan harga yang berbeda. Di tahun 2018, PTBA masih memakai acuan harga jual batubara berdasarkan pasar yang notabenenya masih lebih tinggi. Sementara di tahun 2019 ini, PTBA sudah memakai acuan harga jual batubara yang berdasarkan dengan harga Domestic Market Obligation (DMO) dengan harga batas atas (HBA) sebesar US$ 70 per ton. Kedua, pelemahan harga batubara Newcastle sebesar 7% maupun harga batubara thermal Indonesia (Indonesian Coal Index / ICI) GAR 5000 sebesar 24%.

Selain Pendapatan yang menurun, PTBA juga harus menanggung Beban Pokok Pendapatan yang juga semakin melebar sekitar 12.65% dari Rp 3.16 triliun per Kuartal I-2018 menjadi Rp 3.56 triliun di Kuartal I-2019. Beban Pokok Pendapatan yang melebar tersebut, didorong oleh adanya biaya Jasa angkutan kereta api yang juga meningkat menjadi Rp 1.16 triliun di Kuarta I-2019 lantaran terjadi peningkatan volume angkutan batubara. Dan juga kenaikan biaya jasa penambangan menjadi Rp 709.1 miliar di Kuartal I-2019, seiring dengan peningkatan produksi.

Dengan Pendapatan yang turun dan Beban Pokok Penjualan yang meningkat, PTBA harus mencatatkan penurunan pada Laba Bruto sekitar 31.39% YoY dari sebesar Rp 2.58 triliun per Kuartal I-2018 menjadi Rp 1.77 triliun di Kuartal I-2019. Demikian pula dengan Laba Usahanya yang juga turun sekitar 30.54% YoY dari sebesar Rp 2.03 triliun per Kuartal I-2018 menjadi Rp 1.41 triliun di Kuartal I-2019. Kondisi tersebut membuat PTBA hanya mampu mengantongi Laba Bersih sebesar Rp 1.13 triliun per Kuartal I-2019. Laba Bersih itu turun 22.06% dari pencapaian Laba Bersih PTBA Rp 1.45 triliun di Kuartal I-2018. Dengan Laba Bersih yang menurun itu, PTBA hanya bisa menikmati Net Profit Margin yang lebih tipis sekitar 21.3% di Kuartal I-2019 kemarin. Dibandingkan dengan Net Profit Margin yang sebesar 25.2% per Kuartal I-2018 yang lalu.

Source : Public Expose PTBA 2019

 

Kendati demikian, PTBA masih mampu mencatatkan Arus Kas Operasi yang positif sebesar Rp 1.11 triliun di Kuartal I-2019. Meski sebenarnya, angka tersebut mengalami penurunan dari Arus Kas Operasi PTBA yang mencapai Rp 4.41 triliun per Kuartal I-2018 kemarin atau turun sekitar 74.82%. Jika diteliti lebih dalam, penurunan pada Arus Kas Operasi PTBA di Kuartal I-2019 kemarin lebih disebabkan oleh adanya kenaikan jumlah Pembayaran kepada pemasok dan juga karyawan yang nilainya mencapai Rp 4.17 triliun. Dan juga diikuti oleh Pembayaran Pajak yang juga naik hingga sebesar Rp 451.0 miliar.

Sedangkan dari posisi keuangan PTBA, hingga per Kuartal I-2019 kemarin PTBA memiliki total Aset Lancar sebesar Rp 12.0 triliun di Kuartal I-2019. Aset Lancar tersebut naik 2.56% YoY dari Rp 11.7 triliun per Kuartal I-2018. Sehingga Aset Lancar PTBA tersebut, masih mampu menutupi total Liabilitas Jangka Pendek PTBA yang hanya sebesar Rp 4.21 triliun per kuartal I-2019. Itu berarti PTBA hingga per Kuartal I-2019 kemarin memiliki likuiditas yang positif untuk bisa memenuhi Liabilitas Jangka Pendeknya dengan tepat waktu.

Maka, secara overall kinerja keuangan PTBA masih tergolong positif. Meskipun ada penurunan, namun cenderung dipengaruhi oleh adanya pelemahan harga jual batubara. Sehingga mempengaruhi tingkatan Pendapatan dan juga Laba PTBA.

 

Kesimpulan

PTBA baru akan masuk ke bisnis properti dan konstruksi mulai pertengahan tahun 2019 ini, dan langkah PTBA ini bukanlah hal baru bagi sektor pertambangan untuk masuk ke bisnis properti maupun konstruksi. Namun seperti yang kita ketahui, PTBA hingga sejauh ini melakukan ekspansi bisnisnya dengan mendiversifikasi lini bisnis ke bidang pembangkit listrik, logistik, benefisiasi batubara, investasi dan lain sebagainya yang masih berkaitan erat dengan kebutuhan pertambangan batubara.

Ekspansinya yang mengarah pada bisnis properti memang didukung oleh kepemilikan sejumlah lahan yang belum dimanfaatkan hingga saat ini. Sehingga tujuan dari PTBA sendiri, adalah untuk mengoptimalisasikan penggunaan dan pemanfaatan lahan kosong tersebut. Dengan harapan lahan kosong tersebut akan menjadi aset produktif dan juga tidak menutup kemungkinan akan bisa menghasilkan sumber Pendapatan baru bagi PTBA. Mengingat hingga saat ini memang kinerja PTBA masih terbebani oleh pelemahan harga komoditas batubara, yang belakangan ini anjlok ke harga terendahnya di kisaran 2300-an. Tentu kondisi itu cukup menekan kinerja keuangan PTBA, yang secara rata-rata sebenarnya masih bertumbuh positif.

Jadi, tidak ada salahnya jika kita turut memperhatikan bagaimana prospek kinerja PTBA ke depannya jika sudah benar-benar merealisasikan penggunaan dan pemanfaatan lahannya ke dalam bisnis properti maupun konstruksi. Apakah akan berdampak positif, atau justru sebaliknya… Berhubung sekarang harga batubara juga masih terus jeblok, dan kita belum bisa melihat dampak dari keputusan PTBA masuk ke bisnis property dan Konstruksi, maka lebih baik PTBA ini kita masukkan dalam Wahchlist terlebih dahulu…

 

###

 

Info:

  • Monthly Investing Plan September 2019 akan segera terbit. Anda dapat memperolehnya di sini.
  • Cheat Sheet LK Q2 2019 sudah terbit, Anda dapat memperolehnya di sini.
  • E-Book Quarter Outlook LK Q2 2019 sudah terbit. Anda dapat memperolehnya di sini.
  • Jadwal Workshop :
    •  Workshop & Advance Value Investing (Jakarta, 31 Agustus – 1 September 2019) dapat dilihat di sini.

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

1 Comment

  • Dini
    28 August 2019 at 2:41 PM

    Pak jika PTBA ini likuid, apakah valuasinya masih murah?
    tapi sebelumnya maaf, saya masih sedikit binggung dalam menentukan valuasi yg sudah kemalahan atau masih murah dan saya masih dalam tahap belajar.

Komentar

Artikel Lainnya

Youtube Update

Our Social Media

Arsip Artikel