MEGA raih Laba Rp 4.01 triliun, Kepincut Gak sih?


Terakhir diperbarui Pada 25 May 2022 at 11:42 am

MEGA merupakan salah satu perbankan di Indonesia yang masuk dalam kategori BUKU III. Berada dalam sektor yang atraktif dan memiliki kemampuan bersaing dengan top-top banks di Indonesia juga noteworthy. Terbaru, MEGA baru mencatatkan laba bersih sebesar Rp 4 triliun per FY21 kemarin. Mari kita bahas.

.

Sekilas Tentang MEGA

MEGA merupakan salah satu bank BUKU III yang sampai dengan FY21 kemarin memiliki total asset sebesar Rp 132.8 triliun dan ekuitas sebesar Rp 19.1 triliun. Growth yang cukup atraktif, melihat ekuitas dari MEGA sendiri telah bertumbuh dari Rp 13 triliun pada tahun 2017 menjadi Rp 19.1 triliun di tahun 2021.

Pada saat yang sama, pendapatan bunga dan juga net profit MEGA terus berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Net interest income tumbuh dari Rp 3.5 triliun menjadi Rp 4.8 triliun per tahun 2021, serta net income juga tumbuh dari Rp 1.3 triliun menjadi Rp 4 triliun per FY21 – pertumbuhan hampir 4x lipat dalam waktu 4 tahun.

Secara rasio keuangan, tentu apabila kita bandingkan secara historis, MEGA telah mendapatkan pertumbuhan profitabilitas yang cukup ciamik:

  • NPL terus berkurang, di FY21 menjadi 1.12% saja vs 2.01% dari tahun 2017. Pertumbuhan ini termasuk sangat baik karena selektif dalam pemilihan pinjaman merupakan salah satu indikator penting bagi perbankan dan MEGA mampu memotong setengah dari pinjaman buruk yang diberikan di tahun-tahun sebelumnya.
  • CAR juga meningkat ke level 27.3%, meskipun turun dibandingkan dengan 31% di tahun 2020. Namun demikian, apabila melihat kinerja historis pre-covid di tahun 2017-2019 yang masih berkisar di level 22-24%, tentu pertumbuhan ke 27.3% patut diapresiasi.
  • Opex yang terus berkurang apabila dibandingkan dengan operational income. Kami melihat hal ini lebih disebabkan dari pertumbuhan opex yang lebih lambat dibandingkan pertumbuhan operational income. Terlihat opex vs operational income di tahun 2017 mencapai 81%, dan sekarang sudah berkembang jauh ke level 56%.
  • NIM yang memang mengalami sedikit penurunan, kami melihat ini juga disebabkan karena adanya penyesuaian dengan suku bunga acuan di Indonesia yang rendah di kondisi sekarang. Namun yang perlu diperhatikan adalah NIM tetap berkembang apabila dibandingkan dengan tahun 2020.

.

.

.

Anda kesulitan mengatur waktu untuk analisa laporan keuangan? Anda bisa menggunakan E-Book Quarter Outlook Q4 2021. Dengan E-Book ini, Anda akan mendapatkan hasil analisa saham-saham potensial dari RK Team. Anda bisa mendapatkannya di sini.

.

.

.

Perbandingan dengan Major Banks

Dari sisi LDR, MEGA memiliki LDR terendah dibandingkan dengan top 4 banks di Indonesia. MEGA 61%, BBCA 63%, dan diikuti dengan BBNI, BBRI, dan BMRI. Tentu saja, rasio loan-to-deposit hanya membandingkan berapa banyak dari jumlah dana pinjaman berasal dari deposit. Implikasi dari angka yang rendah bukan berarti langsung baik, atau buruk.

Sedangkan dari sisi NIM, MEGA kurang lebih sejajar dengan banks lainnya di kisaran 4.8%, sedangkan yang tertinggi adalah 6.2% milik BBRI. Net interest margin menggambarkan persentase net interest income apabila dikurangi dengan beban bunga yang harus dibayarkan perusahaan. Dari konteks ini, semakin tinggi NIM, semakin baik.

.

Melihat kinerja ini, sekarang MEGA ditransaksikan di harga Rp 6225 per lembar saham dan divaluasikan di PER 10.8x dan PBV 2.2x. Apakah Anda tertarik untuk mengoleksi saham MEGA?

.

.

.

.

DISCLAIMER : Tulisan ini bukan bersifat rekomendasi beli atau jual. Tulisan ini bersifat untuk edukasi berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Do Your Own Research sebelum memutuskan untuk membeli atau menjual saham.

###

Info:

  • Cheat Sheet LK Q4 2021 telah terbit. Anda dapat memperolehnya di sini.https://bit.ly/CheatSheetRK
1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Komentar

Artikel Lainnya

Youtube Update

Our Social Media

Arsip Artikel