Terakhir diperbarui Pada 16 April 2024 at 5:23 pm
Pertumbuhan kemakmuran suatu negara dapat diukur, di mana salah satu perhitungan yang paling kredibel adalah dengan menggunakan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merepresentasikan pertumbuhan “pendapatan” yang diperoleh oleh suatu negara. Covid-19 menyebabkan pertumbuhan ekonomi semua negara, tanpa terkecuali, mengalami perlambatan di tahun 2020, tak terkecuali Indonesia. Kabar baiknya adalah, sehabis hujan terbitlah terang. Penurunan yang terjadi di tahun 2020 ini kemungkinan besar akan berbalik arah dan bertumbuh tinggi di tahun 2021. Dan hingga saat ini, sudah ada 6 lembaga yang telah memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2021, kira-kira, bagaimana ya prediksinya ?
Daftar Isi
Pertumbuhan Ekonomi, Apa Indikatornya?
Pertumbuhan ekonomi adalah sebuah proses dari perubahan kondisi perekonomian yang terjadi di suatu negara secara berkesinambungan untuk menuju keadaan yang dinilai lebih baik selama jangka waktu tertentu. Teori pertumbuhan ekonomi menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi atau menentukan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Jadi secara singkat adalah, pertumbuhan ekonomi adalah perubahan dari kondisi perekonomian sebelumnya (periode sebelumnya, bisa quartal ataupun tahunan) kepada hasil pertumbuhan di tahun yang bersangkutan. Nah, ada beberapa indikator yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara langsung:
Di mana untuk rumus di atas, variabelnya adalah:
- C = konsumsi. Berkontribusi ±57% dari total GDP,
- I = investasi. Berkontribusi sekitar ±9% -10% dari total GDP,
- G = government spending (pengeluaran pemerintah). Berkontribusi sekitar ±30% – 32% dari total GDP,
- (X – M) atau NX = net export, adalah nilai selisih export – impor. Apabila export > import, maka nilai GDP akan bertambah, sebaliknya apabila import > export, maka akan mengurangi nilai GDP. NX berkontribusi sekitar ±1%-2% dari total GDP.
Dapat dilihat pada data di atas, pertumbuhan ekonomi Indonesia mayoritas disumbangkan oleh faktor konsumsi (sekitar 57%), diikuti dengan government spending, investasi, dan net export secara berurutan. Pandemi Covid-19 memang menyebabkan perekonomian seluruh dunia mengalami penurunan pada tahun 2020 ini. Tetapi, Indonesia sebagai negara yang pertumbuhan ekonominya disumbangkan oleh konsumsi, mencatatkan penurunan ekonomi yang minimal dibandingkan negara-negara lainnya. Data pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat Anda lihat pad tabel berikut ini:
No | Negara | Pertumbuhan (Penurunan) Ekonomi Q2 2020 Antar Kuartal (QoQ) |
1. | Amerika Serikat | -32.9% |
2. | Jepang | -7.8% |
3. | Jerman | -10.1% |
4. | Inggris | -20.4% |
5. | Prancis | -13.8% |
6. | Italia | -12.4% |
7. | Spanyol | -18.5% |
8. | Mexico | -17.3% |
9. | Thailand | -9.7% |
10. | Filipina | -15.2% |
11. | Singapura | -42.9% |
12. | Malaysia | -16.5% |
13. | Belanda | -8.5% |
14. | Swedia | -8.6% |
15. | Indonesia | -4.19% |
Dapat dilhat, penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia tergolong lebih rendah dibandingkan negara-negara lain. Bandingkan dengan negara yang ekonominya ditopang dari net export, seperti Singapura, yang mengalami penurunan -42.9% pada Q2 2020 kemarin. Jadi, indikator penunjang pertumbuhan perekonomian di setiap negara memang berbeda-beda, di mana untuk kasus Indonesia, karena konsumsi yang tinggilah yang menyebabkan penurunan perekonomian ini tidak terlalu dalam.
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia secara Historis
Apabila kita analogikan pertumbuhan ekonomi Indonesia seperti roller coaster, maka putaran paling terjal sedang terjadi di tahun 2020 ini. Berikut Penulis mengambil data pertumbuhan ekonomi Indonesia dari awal tahun 2000-an sampai sekarang, di mana terlihat bahwa Indonesia tidak pernah mencatatkan penurunan ekonomi sebelumnya (dari tahun 2000-an sampai kemarin), tetapi pencapaian tersebut harus putus karena Covid-19.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Source: tradingeconomics.com
Memang dari awal tahun 2000-an Indonesia terus menikmati pertumbuhan ekonomi. Tetapi, bagaimana dengan sebelum-sebelumnya ?
Data GDP Indonesia dari tahun 1969 – sekarang (dalam US$ miliar). Source: Tradingeconomics.com
Apabila kita tarik dalam kurun waktu yang lebih panjang, ternyata Indonesia pernah mengalami penurunan perekonomian beberapa kali. Pertama, pada saat masa pemerintahan Soekarno di tahun 1945 – 1967, di mana pada akhir masa pemerintahan Soekarno, Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang minus -2.24% pada tahun 1963. Angka minus pertumbuhan ekonomi tersebut dipicu biaya politik yang tinggi. Akibatnya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) defisit minus Rp 1.565,6 miliar. Disertai dengan pertumbuhan Inflasi yang melambung, atau hiperinflasi sampai 600% hingga 1965. Meski begitu, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dapat kembali ke angka positif pada 1964, yaitu sebesar 3.53%. Setahun kemudian, 1965, angka itu masih positif meski turun menjadi 1.08%. Terakhir di era Presiden Soekarno, 1966, ekonomi Indonesia tumbuh 2.79%.
Masa berikutnya ketika Soeharto menjabat, terjadi krisis finansial global di tahun 1998. Di mana ketika itu Indonesia yang 70% perekonomiannya bergantung kepada pemerintahan, harus merasakan penurunan perekonomian yang cukup dalam sebesar -13.13%. Pada tahun itu, Indonesia menandatangani kesepakatan dengan Badan Moneter Internasional (IMF). Gelontoran utang dari lembaga ini mensyaratkan sejumlah perubahan kebijakan ekonomi di segala lini. Secara singkat, dari tahun 1998 sampai sekarang ini memang pertumbuhan Indonesia mulai relatif membaik dan cukup stabil di bawah masing-masing pemerintahan. Dan baru pada tahun 2020 inilah, terjadi kendala karena Covid-19.
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dari Para Lembaga
Sekarang, kita akan membahas prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari lembaga nasional dan internasional :
Pemerintah
Presiden Joko Widodo memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh dalam rentang 4.5% hingga 5.5% pada tahun 2021, yang ditopang oleh peningkatan konsumsi domestik dan adanya peningkatan investasi. Ditambah lagi dengan adanya peraturan Omnibus Law, yang digadang-gadang dapat menarik investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Perkiraan itu tercantum dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2020 yang telah disampaikan kepada DPR.
Sri Mulyani selaku Menteri Keuangan Republik Indonesia, juga mengatakan bahwa target tersebut tidak agresif dan termasuk moderat mengingat beberapa situasi yang sedang dihadapi sekarang. Faktor utama tentu saja masih bersangkutan dengan Covid-19, tetapi juga ada faktor perekonomian global yang tentunya akan mempengaruhi ekonomi domestik. Faktor lainnya adalah upaya reformasi struktural untuk meningkatkan kemudahan usaha dan menarik investasi dan dukungan kebijakan fiskal, termasuk melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Bank Indonesia
Bank Indonesia (BI) memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4.8% – 5.8% pada 2021. Pemulihan ekonomi diperkirakan akan terjadi karena perbaikan ekonomi global, serta stimulus fiskal oleh pemerintah. Gubernur BI, Perry Warjiyo, juga mengatakan bahwa beberapa indikator yang menurutnya menunjukkan perbaikan adalah mobilitas manusia di sejumlah daerah yang meningkat serta angka penjualan eceran yang juga naik dan menunjukkan keyakinan konsumsi. Di samping itu, indikator manufaktur Purchasing Managers’ Index (PMI), juga terus mengalami peningkatan dari yang terendah pada bulan April – Mei 2020 (sempat berada <30), angka PMI terus meningkat menjadi 47.2 pada September 2020 (mengalami penurunan dari 50.8 pada Agustus 2020).
The Institute of Chartered Accountants in English and Wales (ICAEW)
ICAEW memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh +6.2% pada 2021, atau meningkat dibandingkan dengan perkiraan penyusutan sebesar -2.7% pada tahun 2020. Dalam laporan bertajuk Global Economic Outlook Report dari Oxford Economics yang diterbitkan oleh ICAEW, pandemi Covid-19 telah membuat kawasan Asia Tenggara mengalami perlambatan pertumbuhan terbesar sejak Krisis Moneter Asia pada tahun 1997. Laju pertumbuhan Asia Tenggara sendiri diperkirakan akan mengalami penurunan sebesar -4.2% di tahun 2020.
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)
OECD memperkirakan ekonomi Indonesia akan mengalami peningkatan sebesar +5.3% pada tahun 2021, atau meningkat dari dari perkiraan penurunan ekonomi Indonesia sebesar -3.3% pada 2020. Indonesia adalah salah satu di antara beberapa negara lain, seperti Perancis dan Rusia yang pertumbuhan ekonominya diperkirakan tumbuh di level 5%.
OECD menerbitkan Laporan Interim September 2020. Di mana di dalam laporan tersebut menjelaskan, bahwa jumlah barang dan jasa yang diproduksi (the level of output) diperkirakan tetap lebih rendah dibandingkan dengan 2019 dan sebelum pandemi. Proyeksi yang dibuat OECD ini mengasumsikan penyebaran virus dalam skala lokal masih akan berlanjut dan ditangani dengan intervensi lokal. Di samping itu, laporan ini menggunakan asumsi bahwa vaksin belum tersedia secara luas sampai akhir tahun 2021. Jika ancaman dari Covid-19 memudar lebih cepat daripada yang diperkirakan, maka tentu saja perekonomian akan meningkat lebih tinggi dan lebih cepat dibandingkan perkiraan awal.
International Monetary Fund (IMF)
IMF memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi sebesar -0.3% di tahun 2021. Namun, di tahun depan, ekonomi Indonesia akan bangkit. Dalam laporan World Economic Outlook (WEO) Juni 2020, IMF memproyeksikan di tahun 2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai +6.1%. Bila dibandingkan dengan kelompok negara ekonomi berkembang lainnya penurunan perekonomian Indonesia di tahun ini terbilang lebih rendah. Misal, IMF memperkirakan ekonomi Malaysia akan tumbuh -3.8%, Brasil -9.1%, India -4.5%, Meksiko -10.5%, Thailand -7.7%, dan Filipina -3.8%.
World Bank (Bank Dunia)
World Bank memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat sebesar +4.8% pada tahun 2021, atau perlahan-lahan pulih setelah diperkirakan tumbuh flat sebesar 0% pada tahun 2020. Seperti dikutip dari Kontan, Lead Economist World Bank Indonesia Frederico Gill Sander menyatakan beberapa strategi yang dapat mendukung Indonesia bangkit dari krisis. Beberapa strategi itu antara lain: memperluas cakupan program perlindungan sosial, mengatasi kesenjangan yang baru teridentifikasi pada sistem, serta mempercepat penerapan perawatan kesehatan universal untuk seluruh lapisan masyarakat.
Selain itu, keputusan pemerintah untuk mengubah prioritas belanja negara dan meningkatkan defisit anggaran sangat dibutuhkan untuk dapat meredam dampak pandemi ini. Menurutnya, alokasi belanja dalam jumlah lebih besar pada sektor kesehatan, perlindungan sosial, dan infrastruktur akan tetap dibutuhkan pemerintah.
Kesimpulan
Secara singkat, pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator dan yang dapat merepresentasikan peningkatan kemakmuran suatu negara. Tahun 2020 ini menjadi salah satu “terburuk dalam sejarah” karena adanya pandemi Covid-19, yang menyebabkan perekonomian seluruh dunia akan mengalami perlambatan, seperti yang telah tercermin dari data per Q2 2020. Meskipun begitu, sebagai warga negara Indonesia kita perlu berbangga karena Indonesia sendiri tergolong negara yang penurunan ekonominya tergolong minim karena ditopang oleh tingkat konsumsi yang sangat besar
Beberapa lembaga besar di nasional maupun internasional juga memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2021 nanti. Dan hasilnya adalah semua lembaga ini positif bahwa Indonesia akan mencatatkan peningkatan ekonomi yang tinggi pada tahun 2021, jauh melebihi potensi penurunan ekonomi yang akan terjadi pada tahun 2020. Tetapi, tentu saja ini masih berupa proyeksi belaka dan dapat sewaktu-waktu diralat oleh lembaga yang bersangkutan.
Tetapi, kita masih tetap harus optimis agar badai ini segera lewat dan segala hal akan kembali membaik lagi. Kejadian langka pada tahun 2020 ini akan tercatat dalam sejarah, dan semoga akan cepat berakhir segera setelah vaksin ditemukan dan dapat didistribusikan secara merata. Setelah masa-masa ini lewat, nanti kita akan cerita tentang hari ini…
###
DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!
Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.