divestasi perkebunan BRPT

Resmi Divestasi Segmen Usaha Perkebunannya, Apa Rencana BRPT Kedepannya ?


Terakhir diperbarui Pada 21 February 2019 at 6:40 am

Divestasi perkebunan BRPT resmi dilakukan setelah melepas perkebunannya ke perusahaan asal Korea Selatan, yakni LG International Corp. Pelepasan kepemilikan tersebut dilakukan BRPT melalui anak usaha nya PT Royal Mandiri yang sebesar 95%. Kesepakatan tersebut dicapai dengan ditandatangani nya transaksi penjualan pada tanggal 7 September 2018 kemarin. Pertanyaannya sekarang, bagaimana prospek saham BRPT untuk ke depannya Pasca melepas segmen usaha perkebunannya tersebut?

Sebelum kita masuk pada pembahasan lebih jauh, baik nya jika Anda terlebih dulu memahami mengapa sebuah perusahaan melepas kepemilikan nya atau yang disebut dengan “Divestasi”. Pada bulan ketiga ditahun 2018 ini, Penulis telah memaparkan tentang Divestasi yang bisa Anda baca lagi melalui Link dibawah ini :

 

[Baca Lagi : Memahami Divestasi Bisnis dan Bagaimana Menghadapi nya]

 

Sekilas Bisnis BRPT

BRPT resmi berdiri pada tanggal 14 April 1979, dan berhasil mengubah status usahanya menjadi Perseroan Terbuka ditahun 1993 melalui pencatatan saham di BEI Jakarta dan Surabaya pada waktu itu. Kemudian di tahun 1996 melakukan perubahan nama usaha nya dari nama pertama nya PT Bumi Raya Pura Mas Kalimantan, menjadi PT Barito Pacific Timber Tbk. Sejak mengubah nama usaha nya tersebut, BRPT bertumbuh menjadi usaha sumber daya dengan produk yang terdiversifikasi.

BRPT memutuskan mengubah kembali nama usaha nya ditahun 2017 menjadi PT Barito Pacific Tbk. Dan masih ditahun yang sama BRPT menjadi pemegang saham mayoritas dengan kepemilikan 70% Chandra Asri, produsen Olefin satu-satunya di Indonesia. Di tahun 2018 BRPT juga mengakuisisi PT Tri Polyta Indonesia Tbk, produsen polypropylene terkemuka, kemudian Chandra Asri dan PT Tri Polyta Indonesia bergabung menjadi PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, yang membuat BRPT saat ini menjadi produsen petrokimia terbesar dan terintegrasi di Indonesia.

BRPT sendiri merupakan usaha yang bergerak dalam bidang bisnis kehutanan dan perkayuan, yang menjadi segmen usaha utama sejak BRPT didirikan pada 1979 silam. Segmen usaha kehutanan dan perkayuan, berhasil menjadikan BRPT sebagai perusahaan pelopor di sektor Hutan Tanaman Industri (HTI). Adapun lahan HTI milik BRPT turut dibantu pengelolaannya melalui anak usaha nya yang terdiri dari PT Rimba Equator Permai, PT Mangole Timber Producers, PT Kirana Cakrawala, PT Kalpika Wanatama dan PT Tunggal Agathis Indah Wood Industries.

BRPT memiliki beberapa segmen bisnis lain di antaranya : Segmen usaha kehutanan dan perkayuan, segmen usaha petrokimia, segmen usaha energi, segmen usaha properti, segmen usaha pembangkit listrik, dan segmen usaha perkebunan.

Sebagai tambahan informasi, bahwa segmen perkebunan yang dimiliki BRPT adalah perkebunan yang mencakup produksi kelapa sawit, dan dijalankan oleh entitas anak usaha BRPT. Kesepakatan penjualan ini dilakukan dengan menjual sebanyak 95% perkebunan nya, yakni 2 lahan perkebunan di Kalimantan Barat yang masing-masing luasnya mencapai 8.000 ha dan 17.000 ha.

 

Latar Belakang dan Dampak BRPT Melepas Perkebunan

Dengan BRPT menyepakati penjualan perkebunan nya tersebut, kini BRPT resmi melepas kepemilikan saham di PT Grand Utama Mandiri dan PT Tintin Boyok Sawit Makmur yang mengelola perkebunan BRPT dibawah naungan PT Royal Indo Mandiri. Pertanyaan selanjutnya adalah hal apa yang melatarbelakangi keputusan BRPT melakukan divestasi terhadap segmen usaha perkebunan nya ?

Adapun alasan utama BRPT melakukan divestasi terhadap salah satu anak usaha nya yang bergerak di segmen usaha perkebunan, adalah karena BRPT menilai segmen perkebunan nya tidak beroperasi secara optimal, dan membuat perusahaan terkendala dalam hal efisiensi. Sehingga langkah divestasi segmen perkebunan BRPT ini adalah sebagai strategi untuk bisa lebih fokus pada segmen usaha petrokimia dan energi yang dikelola oleh anak usaha nya PT Chandra Asri Petrochemical (TPIA). Dimana kontribusi penjualan Petrokimia dan Energi menjadi kontribusi terbesar bagi BRPT yang berkisar diatas 90%.

Dengan resmi nya BRPT melepas salah satu Aset nya yakni Perkebunan, dimana BRPT menjual perkebunan nya tersebut ke LG International Corp yang merupakan perusahaan asal Korea Selatan, membuat BRPT memperoleh dana segar sebesar US$ 67.9 juta (setara Rp 991 miliar). Transaksi penjualan ini disepakati oleh kedua belah pihak pada tanggal 7 September 2018 kemarin.

Adapun rencana BRPT dalam mengelola dana yang diperoleh dari divestasi tadi, adalah sebagai dana tambahan modal kerja perusahaan. Dimana BRPT nantinya akan fokus pada segmen Petrokimia yang dikelola PT Chandra Asri Petrochemical dan Energi untuk pembangkit listrik tenaga terbarukan yang dikelola oleh Star Energy. Dengan begitu BRPT akan menggunakan dana segar hasil divestasi nya untuk membiayai pembangunan pabrik Chandra Asri Petrochemical, dan juga mengembangkan usaha bisnis Star Energy.

Pertanyaan lainnya, seberapa besar dampak divestasi ini terhadap Pendapatan dan profitabilitas dari BRPT ? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita bisa melihat seberapa besar kontribusi dari masing-masing segmen usaha yang dimiliki BRPT tersebut. Sebagai gambaran nya berikut ini kontribusi dari segmen usaha terhadap pendapatan BRPT dalam table di bawah ini :

 

Segmen Usaha

Kontribusi di Kuartal III-2018Kontribusi di Kuartal III-2017
Petrokimia83.23%

85.57%

Industri Perkebunan

10.31%33.13%
Properti (Pengelolaan Gedung dan Hotel)12.76%

21.35%

Energi dan Sumber Daya

16.59%

14.00%

Kontribusi Pendapatan Segmen Usaha terhadap Total Pendapatan BRPT

 

Berdasarkan total kontribusi, segmen bisnis Perkebunan “hanya” berkontribusi sekitar 10% dari total Pendapatan BRPT. Singkatnya, dampak dari divestasi segmen Perkebunan BRPT tidak terlalu signifikan.

Penulis juga berpendapat meskipun BRPT melepas kepemilikan perkebunan nya, BRPT masih mampu menghasilkan kinerja yang positif ke depannya. Hal ini terlihat dari jumlah kontribusi yang dihasilkan dari segmen Petrokimia, yang masih mampu berkontribusi sebesar 83.23% dari total pendapatan. Kontribusi yang dihasilkan segmen usaha petrokimia terbilang besar, jika dibandingkan dengan segmen usaha perkebunan. Bahkan kalau kita jadikan Laporan Tahunan 2017 sebagai acuan, kontribusi usaha Petrokimia adalah sekitar 91.85%.

 

Apakah BRPT Diuntungkan atau Dirugikan dengan Pelepasan Perkebunan Ini?

Keputusan divestasi BRPT tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja BRPT kedepannya (karena kontribusi pendapatan dan profitabilitas yang tidak signifikan). Dan Penulis berpendapat bahwa keputusan BRPT bisa dikatakan tepat. Hal ini dikarenakan BRPT bisa lebih fokus pada segmen usaha Petrokimia yang mampu memberikan kontribusi terbesar nya yang mencapai 83.23% di Kuartal III-2018 ini.

Namun meskipun BRPT akan fokus pada satu segmen usaha petrokimia, BRPT tetap harus memperhatikan faktor lainnya yang akan mempengaruhi kinerja segmen Petrokimia. Di mana Petrokimia ini akan sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu pergerakan harga minyak dan pergerakan Rupiah. Sedangkan kita tahu bahwa belakangan ini harga minyak dan Rupiah cenderung fluktuatif. Belum lagi adanya kendala pasokan terhadap bahan baku murah dan sumber energi yang terbatas juga turut menjadi tantangan bagi BRPT ke depannya.

Sehingga menjadi poin penting yang Penulis tekankan, adalah BRPT cenderung diuntungkan dengan divestasi segmen perkebunan ini. Di satu sisi BRPT bisa lebih fokus pada bisnis petrokimia nya. Selain itu, BRPT harus bersiap menghadapi risiko ketersediaan bahan baku. Ketersediaan bahan baku BRPT tergantung pada naik turun nya harga minyak mentah dunia.

Dan yang kedua, BRPT juga diuntungkan karena divestasi ini membuat BRPT memperoleh dana segar sebesar US$ 67.9 juta (setara Rp 991 miliar). Dana divestasi ini bisa digunakan untuk memperkuat core business nya tadi. Termasuk juga untuk membiayai pembangunan pabrik Chandra Asri Petrochemical, dan juga mengembangkan usaha bisnis Star Energy.

 

Kesimpulan

Kinerja BRPT pasca melepas kepemilkan perkebunan melalui anak usaha nya PT Royal Indo Mandiri, ternyata tidak terlalu memberikan dampak signifikan terhadap kinerja BRPT. Hal ini karena segmen perkebunan tidak terlalu signifikan terhadap pendapatan dan profitabilitas BRPT.

Bahkan BRPT cenderung diuntungkan dengan divestasi ini. BRPT bisa lebih fokus pada segmen petrokimia melalui anak usaha PT Chandra Asri Petrochemical yang mengelola segmen usaha petrokimia. Di mana saat ini segmen petrokimia ini mampu memberikan kontribusi paling besar yang mencapai 83.23%. Selain itu BRPT juga memperoleh dana segar sebesar US$ 67.9 juta (setara Rp 991 miliar).

Adapun catatan penting yang harus diperhatikan investor : <eskipun segmen petrokimia saat ini dapat berkontribusi besar terhadap pendapatan BRPT, namun BRPT harus mewaspadai kendala yang akan ditemuinya. Karena segmen petrokimia sangat dipengaruhi oleh faktor pergerakan harga minyak dan pergerakan Rupiah yang cukup fluktuatif di tahun 2018 ini.

 

###

 

Info:

  • Monthly Investing Plan Desember 2018 sudah terbit. Anda dapat memperolehnya di sini.
  • Cheat Sheet LK Q3 2018 sudah terbit, Anda dapat memperolehnya di sini.
  • E-Book Quarter Outlook LK Q3 2018 sudah terbit. Anda dapat memperolehnya di sini.

 

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

2 Comments

  • Hasnita
    10 December 2018 at 5:26 PM

    Kira-kira Pak dengan BRPT melepas aset perkebunannya. menjadi jaminan ke depannya dengan yang saat ini lebih pilih petrokimia ? melihat faktor resiko petrokimia kedepannya lebih besar ketimbang aset perkebunannya, yang sesuai dengan bidang usahanya diawal..

  • Okta C
    14 February 2019 at 2:55 PM

    semoga keputusan BRPT dalam melepas asetnya dapat memoptimalkan kondisi BRPT saat ini

Komentar

Artikel Lainnya

Youtube Update

Our Social Media

Arsip Artikel