Terakhir diperbarui Pada 20 Maret 2024 at 1:07 pm
Daftar Isi
Artikel telah ditinjau oleh: Stock Market Analyst RK Team
Kasus beras oplosan yang menyeret PT Indo Beras Unggul (IBU), yang notabene merupakan salah satu anak perusahaan AISA memang bikin heboh. Anda bisa menemukan banyak sekali artikel mengenai AISA ini di media sosial ataupun sumber informasi lainnya. Bagi Anda yang sebelumnya memegang saham AISA pasti merasakan pengalaman buruk dari berinvestasi di pasar modal, dan mungkin beberapa dari Anda merasakan sedikit trauma dari pengalaman ini.
However, itulah bagian yang tak terelakkan di pasar modal. Beberapa hari ini, Anda mungkin hanya melihat pro dan kontra antara etika bisnis yang dijalankan oleh AISA. Terlepas dari pro dan kontra yang dilakukan oleh AISA tersebut, namun saya mengamati keingintahuan investor lebih dalam mengenai seluk beluk AISA beberapa hari ini, dan itulah yang akan kita bahas kali ini. Setidaknya ada empat pertanyaan yang sering dilontarkan oleh para investor. So, mari kita melihat AISA dari sudut pandang lain…
Mana yang benar, PT Indo Beras Unggul (IBU) anak perusahaan PT Tiga Pilar Sejahtera (AISA) atau sebaliknya?
Ini pertanyaan yang paling sering muncul beberapa hari ini di berbagai media sosial, apakah IBU anak perusahaan AISA, atau AISA anak perusahaan IBU? Beberapa artikel berita menyebutkan “PT Indo Beras Unggul, melalui perusahaannya PT Tiga Pilar Sejahtera….”, beberapa artikel berita lain menyebutkan sebaliknya. Jadi manakah yang benar?
Kalau Anda melihat pada akta perusahaan, maka nama yang tercantum adalah PT Tiga Pilar Sejahtera Food (jadi ada kata food nya di belakang), atau kita singkat saja menjadi TPSF. Nah kalau Anda lihat juga di dalam struktur group perusahaan di bawah ini, terlihat bahwa TFSF memiliki dua jenis usaha yaitu Divisi Makanan (TPS Food) dan Divisi Beras (TPS Rice).
Berdasarkan struktur grup perusahaan, PT Tiga Pilar Sejahtera termasuk ke dalam divisi TPS Food, dan PT Indo Beras Unggul termasuk ke dalam divisi TPS Rice. PT Indo Beras Unggul sendiri merupakan anak perusahaan dari PT Dunia Pangan, nah PT Dunia Pangan ini lah anak usaha dari PT Tiga Pilar Sejahtera Food. Jadi, jelas bahwa yang benar adalah PT Tiga Pilar Sejahtera Food adalah Induk usaha dari PT Indo Beras Unggul.
Struktur Group Perusahaan PT Tiga Pilar Sejahtera Food
Kalau namanya Tiga Pilar Sejahtera, kenapa kode sahamnya nya AISA?
Banyak juga yang bingung, kalau namanya PT Tiga Pilar Sejahtera Food, kenapa kode sahamnya AISA? Kenapa bukan TPSF? Gak nyambung antara nama perusahaan dengan kode sahamnya. Nah saya coba ceritakan yah kenapa kode sahamnya adalah AISA.
Jadi begini ceritanya, tahun 2001, TPS mulai masuk ke industri mie kering, dengan mendirikan pabrik mie kering di Sragen, Jawa Tengah, namun dengan tetap mempertahankan usaha produksi bihun jagung. Dua tahun berikutnya, atau tepatnya pada tahun 2003, TPS mengakuisisi PT Asia Inti Selera. Dengan akuisisi PT Asia Inti Selera, otomatis TPS mengambil alih pabrik mie cap Ayam 2 Telor.
Pada tahun yang sama pula (2003), perusahaan melakukan Penawaran Umum Perdana atau IPO. Karena AISA merupakan perusahaan yang listing di BEI, maka akuisisi ini secara otomatis juga memasukkan TPS ke dalam bursa saham (backdoor listing), maka nama PT Asia Inti Selera kemudian diubah menjadi PT Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA). Itulah penjelasan di balik kode saham AISA ini.
Apakah AISA ini jenis usaha nya hanya beras saja?
Seperti yang telah dijelaskan di atas tadi, secara garis besar bisnis usaha AISA adalah Divisi Makanan (TPS Food) dan Divisi Beras (TPS Rice), namun tahukah Anda bahwa awalnya Tiga Pilar Sejahtera Food awalnya memulai dari bisnis bihun kering cap Cangak Ular?
Pendiri Tiga Pilar Sejahtera (atau disingkat TPS) adalah Tan Pia Sioe (kebetulan kalau disingkat TPS juga). TPS berdiri pada 1959 di Sukoharjo, Jawa Tengah. Selanjutnya, barulah dibentuk badan persero pada 1992 dengan nama PT Tiga Pilar Sejahtera Food. Karena permintaan terus meningkat, didirikanlah pabrik di Sragen, Jawa Tengah seluas 25 hektar. Pabrik ini terintegrasi sehingga tidak hanya membuat bihun dan mie kering, namun juga mie instant, biscuit, dan makanan ringan lainnya.
Barulah pada tahun 2010, PT Tiga Pilar Sejahtera Food memasuki bisnis beras dengan mengakuisisi PT Dunia Pangan (DP) yang bergerak di bidang perdagangan beras. Dan sampai dengan 2016, PT Dunia Pangan memiliki lima anak perusahaan yang bergerak dalam produksi dan perdagangan beras. Berdasarkan data yang dirilis perusahaan dalam Laporan Tahunan 2016, Divisi Beras (TPS Rice) sendiri berkontribusi 61% terhadap pendapatan perusahaan, atau lebih besar daripada TPS Food itu sendiri. Di tahun yang sama (2010), AISA meluncurkan cukup banyak produk makanan ringan dengan berbagai merk, termasuk mengakuisisi merk makanan ringan ‘Taro’, dari Unilever Indonesia (UNVR).
TPSF sendiri sempat mengakuisisi PT Golden Plantation (GOLL) di bawah TPS Palm Oil pada tahun 2014, namun manajemen menilai bahwa bisnis perkebunan kelapa sawit tidak memberikan nilai tambah positif terhadap valuasi Perseroan, maka pada Mei 2016 Perseroan mendivestasi usaha TPS Palm Oil dengan menjual kepemilikan saham perseroan atas PT Golden Plantation kepada PT JOM Prawarsa Indonesia.
Lini produk – TPS Food
Lini produk – TPS Rice
Nama perusahaannya kan PT Tiga Pilar Sejahtera, apakah berarti pendirinya 3 orang?
Ya betul, Anda cukup kritis juga rupanya. Jadi seperti diceritakan di atas, Tiga Pilar Sejahtera meskipun sudah berdiri sejak 1959 oleh Tan Pia Sioe. Namun baru berbentuk perseoran pada tahun 1992. Perseroan memang didirikan dengan nama PT Tiga Pilar Sejahtera Food oleh tiga orang yaitu Bapak Stefanus Joko Mogoginta, Bapak Budhi Istanto, dan Almarhum Bapak Priyo Hadisusanto.
FYI, pada tahun 1978, Tan Pia Sioe wafat, dan usahanya diteruskan oleh putranya, Bapak Priyo Hadi Susanto. Ketika Tan Pia Sioe wafat, saat itu Bapak Priyo baru berusia 28 tahun. Bapak Priyo sendiri kemudian memimpin Tiga Pilar Sejahtera dan menjadi perusahaan besar. Usaha milik sang ayah bermetamorfosi ditangannya menjadi PT Tiga Pilar Sejahtera Food sejak tahun 1992. Bapak Priyo kemudian menyerahkan tampuk pimpinan perusahaan kepada Bapak Stefanus Joko Mogoginta pada tahun 2003.
Sementara Bapak Priyo sempat tetap berada di belakang layar sebagai komisaris sampai beliau meninggal dunia pada Desember 2014 yang lalu. Bapak Stefanus Joko Mogoginta sendiri adalah putra Bapak Priyo Hadisusanto.
Bagaimana cara kita mengantisipasi tindakan manajemen agar kita tidak ikut terseret di saham yang lain?
Saya sendiri memang sejak 2011 sempat mengikuti AISA sampai dengan 2015. Sejauh yang saya tahu, memang tidak ada kejadian yang aneh-aneh. Apalagi saya juga sempat menelusuri history dari berdirinya AISA seperti yang saya ceritakan di atas. Namun, itu pun ternyata saya miss juga. Bahkan kalau mau jujur, kejadian ini bisa dibilang tidak terduga dan mengejutkan banyak pihak.
Namun, pelajaran penting yang bisa kita ambil dari sini adalah pentingnya peranan manajemen dalam menjalankan perusahaan. Penting bagi kita sebagai investor untuk mengetahui latar belakang manajemen (dewan komisaris dan direksi) dan mengetahui rekam jejak nya. Apakah pernah tersandung kasus yang aneh-aneh atau tidak.
Cara paling mudah adalah dengan mempelajari laporan tahunan perusahaan, di mana kita bisa mempelajari latar belakang dewan komisaris dan direksi, kemudian melihat kualitas laporan tahunan apakah disajikan secara transparan atau tidak, sehingga kita bisa meminimalisir resiko kejadian yang serupa dengan AISA.
Well itu tadi beberapa pertanyaan yang saya jumpai menghiasi di media sosial, semoga bisa memberikan pencerahan dan pengetahuan bagi Anda mengenai AISA ini. FYI, saat ini saya tidak ada kepemilikan saham di AISA, jadi tidak ada tendency untuk buy atau sell saham ini. Semoga bermanfaat.
###
DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!
Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.
tengkyu broh…
mencerahkan sekali..
dari awal emang rada bingung dngn berita ini..
mana yg induk mana yg anak..
trus kasus nya juga beribet, ada yg bilang ini pidana, ada yg bilang ini politik lah..
kalo liat dari record nya, yg gue temui di artikel2
company ini cukup mumpuni, cuma somehow keseret “insiden” ini aja
cuma entah gimana ke depanya…
Sedikit koreksi di No.4, Pak Joko Mogoginta adalah keponakan dari Pak Priyo, bukan anaknya. Pak Budhi adalah adik dari Pak Joko.