Fasilitas GSP Diperpanjang, Apa Manfaatnya untuk Indonesia?

Fasilitas GSP Diperpanjang, Apa Manfaatnya untuk Indonesia?


Terakhir diperbarui Pada 30 November 2020 at 9:23 am

Beberapa bulan lalu terdengar kabar bahwa Amerika Serikat memperpanjang fasilitas GSP untuk Indonesia. Generalized System of Preference (GSP) adalah fasilitas perdagangan​ berupa pembebasan tarif bea masuk, yang diberikan secara unilateral oleh Pemerintah AS kepada negara-negara berkembang di dunia sejak tahun 1974. Indonesia pertama kali mendapatkan fasilitas GSP dari AS pada tahun 1980. Dengan diperpanjangnya fasilitas GSP ini, apakah dapat menjadi katalis yang positif bagi Indonesia ?

 

Apa itu fasilitas GSP ?

Generalized System of Preference (GSP) adalah fasilitas perdagangan​ antar negara berupa pembebasan tarif bea masuk, yang dalam konteks ini diberikan secara unilateral oleh Pemerintah AS kepada negara-negara berkembang di dunia sejak tahun 1974. Sebagai negara dengan perekonomian nomor 1 di dunia (GDP Amerika Serikat setara dengan ±15% dari total GDP dunia), Amerika Serikat memiliki bargaining power yang sangat besar terhadap perputaran ekonomi dan perdagangan dunia. Oleh karena itu, GSP yang merupakan pembebasan tarif bea masuk bagi barang-barang yang diimpor oleh Amerika Serikat, adalah fasilitas positif yang dapat diterima oleh sebuah negara. Perlu Anda ketahui juga bahwa tidak semua negara berkembang mendapatkan fasilitas GSP, dan tidak semua negara berkembang mendapatkan perpanjangan fasilitas GSP dari Amerika Serikat. Sebut saja beberapa negara seperti India dan Turki yang fasilitas GSP-nya diberhentikan oleh Amerika Serikat.

GSP sendiri ditujukan untuk meningkatkan perkembangan berkelanjutan bagi negara-negara yang mendapatkan fasilitasnya (total ada sekitar 157 negara), di mana Amerika Serikat akan memberikan keringanan terkait dengan pajak dari transaksi perdagangan yang akan dilakukan. Nantinya, produk-produk yang diimpor dengan menggunakan skema GSP akan langsung disalurkan ke konsumen, para petani, sampai perusahaan manufaktur dan akan menjadi sebuah ekosistem yang mendukung ribuan pekerjaan di Amerika Serikat.

Sisi positifnya lagi adalah, GSP tidak hanya sepenuhnya positif terhadap perekonomian negara yang mengekspor barangnya ke Amerika Serikat, tetapi juga membuahkan hasil yang positif bagi Amerika Serikat sendiri. Program GSP akan mendorong rasa kompetisi bagi produk Amerika, dan akan menggunakan produk impor sebagai bahan baku (yang notabene rata-rata produk impor lebih murah dibandingkan bahan baku di dalam negeri) untuk membuat barang jadi di dalam negeri. GSP sendiri merupakan program yang penting bagi Amerika Serikat, mengingat banyak UMKM di Amerika Serikat yang juga bergantung terhadap pasokan barang baku dari impor. Secara total, GSP memberikan pembebasan tarif kepada kurang lebih 5.000 tipe produk.

 

Besaran Transaksi Perdagangan Indonesia dan Amerika Serikat

Staff Ahli Menteri Perdagangan Bidang Hubungan Internasional, Arlinda dan Undersecretary US Department of Commerce, Joe Semsar membahas kemungkinan penyusunan rencana aksi bersama untuk mewujudkan peningkatan perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat  hingga dua kali lipat dalam lima tahun ke depan. Sebagai informasi, pada tahun 2019 lalu, total perdagangan kedua negara tercatat sebesar US$ 27.11 miliar. Jumlah ini ditargetkan menjadi USD 60 miliar dalam waktu 5 tahun (CAGR ±17.2% dalam waktu 5 tahun). Gagasan ini sebelumnya pernah diangkat pada 2019, namun belum ditindaklanjuti karena kedua pihak fokus pada penyelesaian isu Generalized Systems of Preference (GSP).

 

 

Di masa pandemi ini, ekspor perdagangan ke AS tetap terjaga. Ini ditunjukkan oleh surplus perdagangan bagi Indonesia di periode Januari – September 2020 sebesar US$ 7.24 miliar, atau naik 16.41% YoY. Seperti diketahui, dari tahun 2015 – 2019, neraca perdagangan Indonesia selalu surplus terhadap Amerika Serikat dengan rata-rata surplus sebesar ±4,7%. Pada tahun 2019, neraca perdagangan Indonesia tercatat surplus US$ 8.58 miliar atau meningkat +3.9% YoY dari surplus neraca tahun 2018 dengan US$ 8.26 miliar. Pada 2019, ekspor utama Indonesia ke AS seperti udang beku, karet alam, alas kaki, ban, produk tekstil, dan ban. Sedangkan impor utama Indonesia dari AS antara lain kedelai, kapas, serta gandum.

Besarnya potensi peningkatan total perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat akan membawa angin segar bagi perekonomian Indonesia secara spesifik. Semakin tinggi surplus perdagangannya yang dilakukan Indonesia ke Amerika Serikat, maka akan menambah jumlah devisa negara dan menambah ketahanan perekonomian negara. Dari sisi investor, hal ini akan menjadi baik karena akan menambah daya atraktif Indonesia di mata investor asing untuk lebih agresif berinvestasi di Indonesia.

 

Dampak Perpanjangan Fasilitas GSP terhadap Indonesia

Perpanjangan fasilitas GSP ke Indonesia ini menjadi angin segar bagi perekonomian negara, mengingat beberapa negara lain seperti China, Afrika Selatan, Brazil, India dan Turki tidak mendapatkan perpanjangan fasilitas GSP. Perpanjangan fasilitas GSP ini juga menjadi pertanda bahwa Amerika Serikat juga berniat menjaga hubungan baik dengan Indonesia dalam jangka panjang. Berikut beberapa point penting yang menjadi katalis positif bagi Indonesia apabila sudah mendapatkan perpanjangan fasilitas GSP :

  1. Dapat Menarik Investor Asing ke Indonesia

Dengan fasilitas GSP yang dimiliki, Indonesia dapat menggaet investor asing untuk memindahkan atau merelokasi bisnis produksinya ke Indonesia. Dengan adanya added value bahwa bisnis yang dibangin di Indonesia ini bisa mendapatkan akses jaminan bea masuk yang lebih murah ke pasar Amerika Serikat. Karena fasilitas GSP ini termasuk fasilitas yang ekslusif, tentu saja hal ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para pemilik bisnis dan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.

Kedatangan investor asing ke Indonesia akan meningkatkan dinamika dan kemajuan perkembangan perekonomian. Salah satu faktor yang penting juga adalah akan menyerap tenaga kerja dari domestik. Hal ini akan mengurangi angka pengangguran di Indonesia, dan juga akan menjadi snowball effect untuk perekonomian negara dalam skala mikro sampai ke nasional.

 

  1. Kestabilan Neraca Perdagangan Indonesia

Dengan diperpanjangnya fasilitas GSP Indonesia, Indonesia dapat setidaknya menjaga level neraca perdagangan (trade balance) di level yang stabil dan tidak berfluktuatif. Dalam beberapa tahun terakhir sebenarnya Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan yang disebabkan jumlah impor yang melebihi jumlah ekspor.

Source : tradingeconomics.com

Dapat terlihat pada tabel di atas, selama beberapa bulan terakhir Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan yang disebabkan karena melemahnya permintaan akan impor dalam negeri dan meningkatnya ekspor Indonesia. Hal ini mengakibatkan neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2020 berada dalam tren yang sangat positif. Ditambah lagi dengan adanya perpanjangan fasilitas GSP, setidaknya Indonesia menjadi tidak harus membayar bea masuk ekspor yang biasanya dikeluarkan ketika ingin memasuki pasar negara asing.

 

  1. Potensi Memperbesar Pangsa Pasar Produk Indonesia di Amerika Serikat

Adanya perpanjangan fasilitas GSP membuka peluang bagi produsen produk yang di ekspor ke Amerika Serikat untuk lebih mengambil pangsa pasar di Amerika Serikat. Beberapa produk utama Indonesia yang menikmati fasilitas GSP antara lain: travel goods/tas sebesar US$ 408.2 juta, perhiasan US$ 392.1 juta, produk elektronik US$ 282 juta, ban kendaraan US$ 244.5 juta, dan furniture US$147.9 juta.

Dengan diuntungkannya produk-produk disamping, maka ada potensi total transaksi perdagangan yang akan lebih besar lagi ke depannya.

 

Kesimpulan

Generalized System of Preference (GSP) adalah fasilitas perdagangan​ antar negara berupa pembebasan tarif bea masuk, yang dalam konteks ini diberikan secara unilateral oleh Pemerintah AS kepada negara-negara berkembang di dunia sejak tahun 1974. Perpanjangan fasilitas GSP ke Indonesia ini menjadi angin segar bagi perekonomian negara, mengingat beberapa negara lain seperti China, Afrika Selatan, Brazil, India dan Turki tidak mendapatkan perpanjangan fasilitas GSP. Total perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat tercatat sebesar US$ 27.11 miliar per tahun 2019, dan jumlah ini ditargetkan menjadi USD 60 miliar dalam waktu 5 tahun (CAGR ±17.2% dalam waktu 5 tahun).

Dari tahun 2015 – 2019, neraca perdagangan Indonesia selalu surplus terhadap Amerika Serikat dengan rata-rata surplus sebesar ±4.7%. Seiring dengan perpanjangan fasilitas GSP ini, beberapa sentimen positif yang akan berdampak ke Indonesia antara lain: 1) Dapat menarik investor asing ke Indonesia, 2) Kestabilan neraca perdagangan Indonesia, dan 3) Potensi memperbesar pangsa pasar produk Indonesia di Amerika Serikat.

 

Nah, untuk Anda yang ingin atau sedang menyusun investing plan Anda, tapi memiliki waktu yang terbatas untuk mengolah banyaknya informasi yang beredar, Anda bisa menggunakan Monthly Investing Plan edisi Desember 2020 yang akan segera terbit…

Monthly Investing Rivan Kurniawan

 

###

 

Info:

 

 

Tags : Fasilitas GSP Diperpanjang | Fasilitas GSP Diperpanjang | Fasilitas GSP Diperpanjang | Fasilitas GSP Diperpanjang | Fasilitas GSP Diperpanjang | Fasilitas GSP Diperpanjang | Fasilitas GSP Diperpanjang | Fasilitas GSP Diperpanjang | Fasilitas GSP Diperpanjang | Fasilitas GSP Diperpanjang 

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Komentar

Artikel Lainnya

Youtube Update

Our Social Media

Arsip Artikel