BI Pangkas BI7DRRR jadi 3.50%, Apa Alasannya ?

BI Pangkas BI7DRRR jadi 3.50%, Apa Alasannya ?


Jauh sebelum Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang dilaksanakan pada 18 -19 Februari 2021 dikeluarkan, pasar sudah lebih dulu memprediksikan penurunan suku bunga acuan (BI7DRRR) yang akan dilakukan oleh BI di Februari 2021 kemarin. BI akhirnya memangkas BI7DRRR ke level lebih rendah di 3.50%, sehingga menjadi suku bunga terendah sepanjang masa BI. Lantas, apa alasan BI yang sebenarnya dalam menurunkan BI7DRRR ?

 

BI Pangkas BI7DRRR jadi 3.50%

 

Suku bunga acuan BI (BI7DRRR) per 17 – 18 Februari 2021 telah diturunkan sebanyak 25 bps, dari yang sebelumnya berada di level 3.75%, kini turun ke level 3.50%. Penurunan yang sama juga dilakukan pada suku bunga Deposit Facility yang semula 3.00%, turun menjadi 2.75%, dan suku bunga Lending Facility yang semula 4.50% turun menjadi 4.25%.

Dengan adanya penurunan BI7DRRR pada Februari 2021, maka ruang penurunan suku bunga acuan BI7DRRR untuk yang berikutnya sudah sangat terbatas. Karena level 3.50% ini sudah suku bunga yang terendah.

Penurunan suku bunga acuan BI7DRRR saat ini, secara tidak langsung menjadi terobosan BI yang tetap melanjutkan kebijakan penurunan suku bunga dalam setahun terakhir selama pandemi Covid-19 berlangsung. Tercatat dari tahun 2020 hingga 2021 ini, BI sudah menurunkan suku bunga acuan BI7DRRR sebanyak 6 kali. Bila dilihat dalam grafik, terlihat seperti berikut…

BI7DRRR sejak Januari 2020 – Februari 2021, 6x Turun. Source : tradingeconomics.com

 

Seperti yang kita tahu, pada Januari 2020 sebelum pandemi Covid-19 menyebar, BI7DRRR masih berada di level 5%. Namun di bulan berikutnya, BI mulai mengambil keputusan untuk menurunkan suku bunga acuan BI7DRRR hingga 6 kali penurunan :

1) Mulai per Februari 2020, BI7DRRR dipangkas menjadi 4.75%;

2) Per Maret 2020, BI7DRRR kembali dipangkas menjadi 4.50% yang kemudian bertahan selama tiga bulan berturut-turut. Penurunan suku bunga BI7DRRR ini, terjadi setelah kasus Covid-19 perdana diumumkan di Indonesia;

3) Per Juni 2020, BI7DRRR kembali dipangkas menjadi 4.25%;

4) Per Juli 2020, BI7DRRR kembali dipangkas hingga ke 4.00% yang bertahan dalam empat bulan berturut-turut;

5) Per November 2020, BI7DRRR masih diturunkan lagi menjadi 3.75% yang bertahan selama tiga bulan berturut-turut;

6) Per Februari 2021, BI7DRRR kembali diturunkan menjadi lebih rendah lagi ke 3.50%.

Dari rincian di atas, kita mendapati bahwa BI sudah memangkas suku bunga acuan BI7DRRR sebanyak 5 kali d tahun 2020 dengan penurunan sebanyak 125 bps, dari semula 5% menjadi 3.75%. Dan bahkan, masih dilanjutkan lagi dengan penurunan 1 kali di tahun 2021 ini…

 

 

Ikuti Stock Market Mastery (Februari – Maret 2021) dapat dilihat di sini.

 

 

 

 

BI7DRRR 3.50% Paling Rendah dalam 10 Tahun Terakhir

Bahkan, jika kita tarik secara histori maksimal dalam 10 tahun terakhir, jelas penurunan suku bunga acuan BI7DRRR 3.50% per Februari 2021 adalah yang terendah sepanjang masa sejarah BI. Apalagi, jika kita ingat, sejak Juli 2019 BI terus memberikan ruang longgar terhadap penurunan suku bunga yang secara kumulatif sudah turun sekitar 250 bps.

BI7DRRR dalam 10 Tahun terakhir. Source : tradingeconomics.com

           

Berikut ini adalah review penurunan suku bunga acuan BI7DRRR yang dilakukan pada tahun 2019, di mana saat itu BI menurunkan BI7DRRR sebesar 50 bps hanya dalam waktu 2 bulan…

[Baca lagi : Suku Bunga Acuan Turun 50 bps dalam 2 Bulan, Saatnya Beli Saham?]

 

Alasan Penurunan BI7DRRR jadi 3.50%

Penurunan BI7DRRR yang dilakukan BI pada Februari 2021, nampaknya bukanlah tanpa alasan. Apalagi, jika melihat pada beberapa indikator yang masih belum menunjukkan perbaikan sampai sekarang ini. Berikut ini beberapa alasan yang membuat BI memangkas suku bunga acuan BI7DRRR ke 3.50% :

  • Untuk mempercepat penurunan suku bunga kredit, supaya bisa mendorong peningkatan permintaan kredit/pembiayaan bagi dunia usaha. Seperti yang kita tahu, sepanjang tahun 2020 penurunan BI7DRRR tercatat sebesar 125 bps, sudah mendorong penurunan suku bunga kredit yang cenderung masih terbatas yaitu hanya sebesar 83 bps ke level 9.70% selama tahun 2020. Hal ini karena Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) perbankan yang masih tinggi. Sehingga penurunan suku bunga BI7DRRR di tahun 2020 masih belum mampu mendongkrak penyaluran kredit, lantaran hantaman pandemi Covid-19.

Source : www.cnbcindonesia.com/suku-bunga-acuan-bi-turun-terus-bunga-kredit-tetap-selangit

 

Oleh karenanya, dengan BI memangkas suku bunga BI7DRRR jadi 3.50%, perbankan pun di minta untuk segera mengimplementasikan kebijakan moneter yang ditetapkan BI. Tujuannya jelas, untuk meningkatkan permintaan kredit dan sektor usaha bisa lebih ekspansif. Namun dalam hal ini, perlu kita catat beberapa kendala yang biasa menjadi kendala dalam penyesuaian suku bunga perbankan dengan BI. Di antaranya faktor kondisi kesehatan bank, neraca keuangan bank, cost of fund bank, dan lainnya.

Source : www.cnbcindonesia.com/kabar-baik-pemerintah-desak-bunga-kredit-bank-turun

 

  • Untuk mengupayakan pemulihan ekonomi nasional secara menyeluruh, penurunan suku bunga BI7DRRR jadi 3.50% ini juga diikuti dengan sejumlah kebijakan pendukung untuk mendorong konsumsi masyarakat. Beberapa di antaranya adalah : 1) Pelonggaran rasio Loan to Value (LTV) untuk kredit kepemilikan rumah hingga 100%; 2) Pelonggaran down payment (DP) 0% untuk kredit kendaraan bermotor.
  • Untuk mengantisipasi kontraksi ekonomi lanjutan di tahun ini. Dalam hal ini kita tahu, bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia/GDP tahun 2020 tumbuh negatif -2.07%, setelah terkontraksi dalam tiga kuartal berturut-turut. Dengan itu, penurunan suku bunga BI7DRRR ini dinilai sebagai langkah lanjutan dalam pemulihan ekonomi Indonesia. Perlu kita tahu, BI telah merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021, dari 4.8% – 5.8% menjadi lebih rendah di kisaran 4.3% – 5.3%.

GDP Indonesia 2020 -2.07%

[Baca lagi : GDP Indonesia 2020 -2.07%, Apakah Bisa Pulih di 2021 ?]

 

Bank yang Sudah Pangkas Suku Bunga

Dari pembahasan di atas, terlihat jelas upaya pemerintah dalam mendorong penurunan suku bunga perbankan. Adapun sampai dengan sekarang, perusahaan Bank yang diketahui bersedia dan terbuka untuk mematuhi aturan suku bunga BI di antaranya ada :

PT Bank Negara Indonesia (BBNI), salah satu bank yang sudah melakukan penyesuaian suku bunga kredit. Di mana untuk Kredit Konsumsi Non KPR, SBDK BBNI ditetapkan turun menjadi 8.75%, dari posisi Desember 2020 sebesar 11.7%. Lalu, untuk SBDK Kredit KPR turun jadi 7.25% dari posisi Desember 2020 sebesar 10%. Kemudian, SBDK Kredit Ritel yang turun menjadi 8.25% dari posisi Desember 2020 sebesar 9.8%. Dan juga SBDK Kredit Korporasi yang turun menjadi 8.0% dari posisi Desember 2020 sebesar 9.8%.

Berikutnya, juga ada PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) yang memangkas seluruh segmen kredit baik itu Korporasi, Ritel, Mikro, KPR, dan non-KPR dengan penurunan yang signifikan di kisaran 150 bps – 325 bps. BBRI menempatkan penurunan SBDK terbesar pada segmen Kredit Konsumer non-KPR sebesar 3.25%, sehingga turun dari 12% menjadi 8.75%. Selain itu, BBRI juga menurunkan SBDK KPR sebesar 2.65%, sehingga turun dari 9.90% jadi 7.25%. Dan penurunan SBDK segmen mikro sebesar 2.5%, sehingga turun dari 16.50% jadi 14%. Begitu pula dengan penurunan SBDK pada segmen Kredit Segmen Korporasi dan Ritel, tercatat untuk SBDK Segmen Korporasi sebesar 1.95% sehingga turun dari 9.95% jadi 8.0%. Sedangkan untuk SBDK Segmen Ritel sebesar 1.5% sehingga turun dari 9.75% jadi 8.25%.

 

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, bisa kita tarik kesimpulkan bahwa pelonggaran suku bunga sebenarnya sudah dilakukan sejak tahun 2019. Namun rupanya, hal itu belum cukup kuat mendorong penurunan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK), sehingga tidak mampu mendorong permintaan kredit. Oleh karenanya, di tahun 2021 ini BI kembali melanjutkan pelonggaran suku bunga, denganmemangkas BI7DRRR menjadi 3.50%. Alhasil suku bunga acuan BI7DRRR saat ini menjadi yang paling terendah dalam sejarah BI, namun sekaligus dianggap sebagai terobosan di tengah pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Dengan itu, jelas tujuan penurunan suku bunga acuan BI7DRRR menjadi 3.50% tidak lain adalah untuk mendorong penurunan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK). Dengan harapan bisa meningkatkan permintaan kredit dan sektor usaha bisa lebih ekspansif lagi di tahun ini, sehingga bisa mendorong percepatan pemulihan ekonomi dan pertumbuhan GDP tidak lagi terkontraksi. Dan setelah BI pangkas BI7DRRR jadi 3.50%, beberapa perusahaan bank yang sudah menurunkan SBDK di antaranya adalah BBNI dan BBRI.

Terus, apa masih ada potensi BI7DRRR ini lebih rendah lagi Pak ? Sampai sejauh ini, kita meyakini bahwa BI7DRRR yang kini berada di level 3.50%, sudah tidak turun lagi karena sudah sangat kecil potensi diturunkannya. Kalaupun, nantinya BI7DRRR diturunkan lagi, akan sangat riskan bagi keluarnya aliran modal asing, dan juga kinerja nilai tukar Rupiah yang bisa kembali tertekan.

 

 

Untuk Anda yang ingin atau sedang menyusun investing plan Anda, tapi memiliki waktu yang terbatas untuk mengolah banyaknya informasi yang beredar, Anda bisa menggunakan Monthly Investing Plan edisi Maret 2021 yang telah terbit…

 

###

 

Info:

 

Tags : BI Pangkas BI7DRRR | BI Pangkas BI7DRRR | BI Pangkas BI7DRRR | BI Pangkas BI7DRRR | BI Pangkas BI7DRRR | BI Pangkas BI7DRRR | BI Pangkas BI7DRRR | BI Pangkas BI7DRRR | BI Pangkas BI7DRRR | BI Pangkas BI7DRRR | BI Pangkas BI7DRRR | BI Pangkas BI7DRRR 

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Komentar

Artikel Lainnya

Youtube Update

Our Social Media

Arsip Artikel