Pabrik Nikel Sulfat Terbesar Dunia

Pabrik Nikel Sulfat Terbesar Dunia dan Pertama di Indonesia, NCKL Siap Genjot Produksi?


Terakhir diperbarui Pada 7 June 2023 at 3:44 pm

Tahun 2023 ini menjadi momentum berharga bagi Indonesia, karena pada akhirnya Indonesia memiliki pabrik nikel sulfat pertama di Indonesia, sekaligus terbesar di dunia. Pabrik nikel sulfat ini menjadi kabar baik, terutamanya terhadap prospek industri nikel Indonesia. Nah, berkaitan dengan itu apakah NCKL akan menggenjot produksi?

 

Pabrik Nikel Sulfat Terbesar di Dunia

Pada akhir Mei 2023 kemarin, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi telah meresmikan pabrik nikel sulfat yang berada di Pulau Obi – Halmahera Selatan, Maluku Utara.

Pabrik tersebut akan difokuskan untuk mengolah nikel sulfat, dengan kapasitas produksi sekitar ±240.000 metrik ton per tahun dengan kandungan nikel metal sebesar 54.000 ton per tahun. Kapasitas ini menjadikan pabrik nikel sulfat di Pulau Obi menjadi yang terbesar di dunia dari sisi kapasitas produksi.

Pabrik Nikel Sulfat, unit bisnis PT Halmahera Persada Lygend. Source: liputan6.com

 

Nikel sulfat (NiSO4) adalah bahan utama penyusun prekursor elektroda baterai ion litium, yang akan digunakan pada baterai kendaraan listrik. Berdasarkan karakter fisik, nikel sulfat memiliki bentuk seperti kristal dan berwarna biru kehijauan terang.

Wujud Nikel Sulfat. Source: Berbagai Sumber

 

Selain nikel sulfat, pabrik baru di Pulau Obi ini juga akan memproduksi kobalt sulfat (CoSO4) yang merupakan bahan katoda baterai lithium. Untuk kobalt sulfat kapasitasnya ±30.000 metrik ton per tahun. Kedua bahan baku tersebut penting dalam rantai produksi baterai lithium.

Sebagai update saja, pabrik nikel sulfat saat ini sudah memasuki fase peningkatan yang cukup siginifikan yakni ramping up, sehingga mampu mencapai kapasitas produksi yang ditargetkan secara penuh.

Dengan adanya pabrik ini, pemerintah menargetkan produksi bisa tercapai pada pertengahan kuartal II-2023, untuk mengejar ekspor perdana nikel sulfat yang rencananya bisa dilaksanakan pada Juni 2023.

Target tersebut cukup realistis, menimbang potensi tersimpan di Pulau Obi yang banyak mengandung komoditas logam, yakni nikel. Bahkan pulau seluas 3.111km² ini sudah menjadi bagian proyek strategis Nasional yang mendukung pengembangan hilirisasi nikel di Indonesia Timur.

 

Pemilik Pabrik Nikel Sulfat

Breakdown lebih jauh tentang kepemilikan pabrik nikel sulfat, sebenarnya pabrik baru ini dimiliki oleh Harita Group. Untuk operasional pabrik nikel sulfat ini dilakukan oleh PT Halmahera Persada Lygend (PT HPL) yang merupakan afiliasi bisnis dari emiten tambang PT Trimegah Bangun Persada Tbk (sticker code: NCKL) yang tergabung dalam jaringan bisnis Harita Group.

Hubungan afiliasi tersebut, juga tercantum dalam prospektus NCKL, di mana  NCKL mempunyai kepemilikan langsung di PT Halmahera Persada Lygend (HPL) sebesar 45.10% sejak tahun 2018. Berikut ini…

Source: Prospektus NCKL halaman xiv

Jadi meski pabrik nikel sulfat ini tidak dimiliki secara langsung oleh NCKL, namun secara manfaat dan keuntungannya. NCKL berpotensi besar meraup keuntungan dari operasional produksi pabrik nikel sulfat tersebut. Perlu diketahui, bahwa memang kegiatan usaha utama NCKL adalah pertambangan bijih nikel yang sudah dijalankan sejak tahun 2009.

 

Pajak Progresif Ekspor Nikel

[Baca lagi: Pajak Progresif Ekspor Nikel Sebesar 2%, Sah!]

 

Prospek NCKL, Siap Genjot Produksi?

Sejalan dengan beroperasinya pabrik nikel sulfat, HPL sebagai entitas afiliasi dari NCKL memiliki peluang besar untuk mengolah dan memurnikan produksi MHP (Mixed Hydroxide Precipitate – Produk menengah bijih nikel laterit) untuk menjadi nikel sulfat dan kobalt sulfat. Untuk di tahun ini, HLP menargetkan pengolahan MHP menjadi nikel sulfat sebanyak 50% terlebih dulu.

Terlebih lagi, HPL juga gencar melakukan penjajakan penjualan dengan beberapa pembeli potensial untuk bisa melancarkan ekspor nikel. Di mana hal ini, juga akan berimbas baik pada NCKL. Karena dengan adanya kenaikan permintaan bahan baterai seperti nikel sulfat, kobalt sulfat maupun MHP, maka akan mendorong keuntungan HPL yang juga akan mendorong peningkatan laba bagian dalam laba entitas asosiasi dalam NCKL.

Sedangkan untuk NCKL sendiri, juga sudah berhasil memproduksi nikel sulfat kelas baterai untuk pertama kalinya pada 25 Maret 2023 lalu. Bahkan NCKL akan terus menyempurnakan dan meningkatkan produksi nikel sulfat melalui pabrik yang baru ini.

Jadi, dengan adanya pabrik nikel sulfat yang dioperasikan HPL, secara tidak langsung NCKL berpotensi besar untuk menggenjot produksi nikel. Terlebih NCKL sudah memiliki sepak terjang dalam memproses nikel murni, mulai dari penambangan nikel hulu sampai ke peleburan nikel hilir, selama 10 tahun lebih di Pulau Obi – Maluku.

Dan sampai sekarang, NCKL juga telah mengoperasikan dua proyek pertambangan nikel laterit aktif seluas 5.53 ribu hektar di Kawai dan Loji. Tidak hanya itu, NCKL juga mempunyai dua konsensi pertambangan nikel di Tabuji – Lauw dan Jikodolong seluas 3.66 ribu hektar. Seluruh proyek dan konsensi NCKL berada di Pulau Obi – Maluku Utara.

Kondisi tersebut, membuat NCKL berada dalam posisi strategis terhadap potensi meningkatnya permintaan baterai isi ulang untuk industri kendaraan listrik.

Disamping itu, NCKL dan HPL juga memiliki kesepakatan pasokan dalam jangka panjang, yang berpotensi meningkatkan permintaan bijih nikel, sejalan dengan berkembangnya sektor kendaraan listrik.

Seperti yang kita tahu, sektor kendaraan listrik ini begitu tergantung terhadap baterai. Mau tidak mau, sektor baterai ini berhasil mengintensifikasi permintaan nikel yang terus meningkat. Bahkan perkembangan teknologi yang ada sudah memungkinkan perubahan pada bijih nikel laterit yang banyak ditemukan di lokasi tambang NCKL, menjadi sumber nikel dengan kadar baterai ekonomis. NCKL yakin bisa mendapatkan keuntungan dari tingginya kebutuhan baterai kendaraan listrik.

Nah kalau dilihat sekilas, dari pencapaian kerja NCKL di kuartal I-2023. NCKL memang berhasil mencatatkan kenaikan pendapatan sekitar 74.45% YoY, menjadi Rp 4.78 triliun per kuartal I-2023, dari sebelumnya Rp 2.74 triliun di kuartal I-2022.

Pos Pendapatan NCKL. Source: Laporan Keuangan NCKL Kuartal I-2023

Sehingga NCKL berhasil meraup Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk sebesar Rp 1.36 triliun per kuartal I-2023. Jauh lebih rendah dibandingkan Laba Rp 1.59 triliun di kuartal  I-2022. Laba bersih kuartal I-2023 yang turun ini terutamanya dipengaruhi oleh pelemahan harga nikel dan kobalt.

Harga Nikel dan Kobalt sepanjang kuartal I-2023. Source: tradingeconomics

 

Kacamata Industri Nikel

Sementara dari sisi industri nikel, posisi Indonesia sebagai negara penghasil nikel di dunia juga semakin kuat. Kondisi tersebut, diprediksikan mampu mengantarkan Indonesia untuk menjadi produsen bahan baku prekursor katoda baterai kendaraan listrik.

Apalagi nikel sekarang ini telah dimanfaatkan oleh banyak sektor, seperti konstruksi hingga ke kendaraan listrik (EV). Untuk di Indonesia secara khusus, permintaan nikel diprediksi akan mengalami pertumbuhan sekitar 2.8% atau mencapai sekitar 436.000 ton di tahun 2027 mendatang. Berdasarkan prediksi AME Mineral Economics, permintaan nikel untuk sektor kendaraan listrik akan terus meningkat sekitar 20% sampai tahun 2027 mendatang…

Source: Prospektus halaman 662.

Peningkatan permintaan nikel, nampak sejalan dengan potensi permintaan baterai sampai tahun 2027 yang didukung oleh industri manufaktur kendaraan listrik (EV) yang terus berkembang.

Source: Prospektus halaman 663.

Source: Prospektus halaman 664.

 

Pemerintah menargetkan realisasi 13 juta motor listrik dan 2.2 juta mobil listrik di tahun 2023. Sehingga pemerintah diprediksi membutuhkan dua pertiga dari produksi baterai masa depan untuk bisa memenuhi permintaan kendaraan listrik dalam negeri. Dari targetnya tersebut, pemerintah berencana mengarahkan produsen kendaraan listrik untuk mendapatkan 80% bahan pasokan dari dalam negeri, supaya bisa mendorong kapasitas produksi nikel Indonesia.

Prospek lain yang turut mendukung industri nikel Indonesia, juga tidak lepas dari status Indonesia sebagai pemilik cadangan nikel terbesar di dunia. Dalam hal ini kita dapat mengacu pada laporan yang dirilis oleh United States Geological Survey (USGS), menyebutkan bahwa Indonesia adalah pemilik cadangan nikel terbesar di dunia dengan cadangan nikel sebanyak 21 juta metrik ton di tahun 2022. Jumlah cadangan nikel tersebut setara dengan Australia yang juga di periode 2022. Artinya, baik Indonesia maupun Australia sama-sama menyumbang sebesar 21% dari total cadangan nikel global sepanjang tahun 2022.

Source: databoks.katadata.co.id

 

Itu artinya Indonesia berpeluang besar untuk mendorong kinerja ekonomi melalui komoditas nikel, yang menjadi komponen penting dalam pembuatan baterai kendaraan listrik (EV), di mana saat ini tengah mengalami pertumbuhan secara global.

Dan melihat prospek industri nikel, rasanya sudah pasti NCKL akan menargetkan kenaikan produksi, yang diharapkan mampu mendorong peningkatan kinerja keuangannya. Namun perlu diperhatikan bahwa kinerja NCKL ini sangat rentan terhadap risiko pelemahan harga nikel maupun kobalt.***

 

DISCLAIMER : Tulisan ini bukan bersifat rekomendasi beli atau jual. Tulisan ini bersifat untuk edukasi berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Do Your Own Research sebelum memutuskan untuk membeli atau menjual saham.

###

Info:

 

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Komentar

Artikel Lainnya

Youtube Update

Our Social Media

Arsip Artikel