Boikot Indosat

Boikot Indosat dan Industri Telekomunikasi di Indonesia


Terakhir diperbarui Pada 26 August 2019 at 12:38 pm

Boikot Indosat dan Industri Telekomunikasi di Indonesia

Beberapa hari belakangan ini, salah satu saham di sektor telekomunikasi, PT Indosat TBK (ISAT), ramai diperbincangkan karena banyaknya netizen (istilah keren untuk pengguna internet) banyak yang berkicau di Twitter dengan menulis tandapagar (tagar) #BoikotIndosat dan membuatnya menjadi trending topic. Dan di saat yang bersamaan, harga saham ISAT turun dari 7400 an ke 6100 an (-17%) hanya dalam 8 hari perdagangan saja. Banyak orang berpendapat bahwa penurunan tersebut terjadi karena seruan #BoikotIndosat di Twitter. Benarkah demikian?

Ramai #BoikotIndosat di Media Sosial Twitter – Source : TribunNews

 

Harga saham Indosat 6 bulan terakhir (Des 2016 – Jun 2017) – source : ft.com

 

Pertama-tama, kita perlu mengetahui terlebih dahulu mengenai latar belakang #BoikotIndosat itu sendiri. Bagi Anda yang belum mengetahui, hal tersebut diawali dengan kabar pemecatan Manager Business Inteligent and Reporting Indosat Riko M. Ferajab yang memposting hal-hal yang berbau politik di media sosial. Tak terima hal itu, netizen yang mendukung pandangan politik Riko beramai-ramai menggaungkan topik #BoikotIndosat di Twitter. Sebagian besar tweet di topik itu menghujat Indosat dan mengembuskan isu bahwa Riko sudah dipecat akibat pandangan politiknya.

 

Terlepas dari pro dan kontra yang dilakukannya, memang dalam dunia korporat biasanya perusahaan melarang setiap karyawan untuk mengeluarkan konten negative yang bernada provokatif ataupun hasutan di media sosial mana pun, dan hal tersebut telah dituangkan dalam bentuk Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Terkait seruan #BoikotIndosat itu sendiri, Indosat melalui Deva Rachman (Head of Corporate Communication) menampik bahwa Riko dipecat, melainkan diberikan peringatan secara langsung.

 

Namun, jika kita teliti lebih dalam, #BoikotIndosat mulai ramai menghiasi laman Twitter sejak Senin malam, 5 Juni 2017, sedangkan penutupan harga saham ISAT tanggal 5 Juni 2017 adalah 6675, sehingga sejak #BoikotIndosat tersebut, harga saham ISAT “hanya” turun 8% (sedangkan saham ISAT sendiri mulai turun sejak 22 Mei 2017 ketika harga sahamnya masih di 7400 an. Jadi, sebenarnya bisa kita simpulkan bahwa sebenarnya penurunan harga saham ISAT bukan hanya karena #BoikotIndosat, melainkan ada faktor lain juga di balik penurunan harga saham ISAT. Nah ini salah satu contoh bahwa kita harus berhati-hati juga dalam menanggapi sebuah berita.

 

Lalu, apa yang menyebabkan harga saham nya turun 17% hanya dalam 1 – 2 minggu terakhir? Saya melihat penurunan harga saham ISAT lebih ke beberapa faktor bisnis. Pertama, Pada kuartal I 2017, ISAT “hanya” membukukan laba bersih Rp 173.9 miliar. Angka itu menurun 19.9 % jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2016 sebesar Rp 217.2 miliar. FYI, ISAT mempublish laporan keuangan nya pada tanggal 22 Mei 2017, ketika harga sahamnya masih di 7400-an, sehingga alasan ini lah yang lebih masuk akal.

 

Kedua, Perang tarif operator yang masih terus berlanjut. Hal ini akibat lemahnya pengawasan regulator telekomunikasi dan pengawas persaingan usaha, yang seharusnya menjadi tugas Kementerian Kominfo dan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI). In my opinion, pemberian tarif promo yang dilakukan operator telekomunikasi sudah mengarah ke predatory pricing atau persaingan yang tidak sehat. Seperti kita tahu, Telkomsel masih menjadi market leader di industry telekomunikasi. Jika Telkomsel terpancing menurunkan tarif, kemungkinan Indosat dan XL akan kalah bersaing dan bisa saja mati.

 

Jika Indosat dan XL mati, dominasi Telkomsel akan semakin kuat lagi dan berujung pada terpuruknya industri telekomunikasi nasional. FYI, dengan perang tarif operator ini membuat Net Profit Margin (perbandingan laba bersih dibandingkan pendapatan) perusahaan telekomunikasi sangat kecil, bahkan baik ISAT maupun EXCL mencatatkan rugi bersih tahun 2014 dan 2015. Per kuartal I 2017 sendiri, Net Profit Margin ISAT tercatat hanya 2%, dan EXCL hanya 1%. ROE kedua nya pun di bawah 5% (ISAT 5%, EXCL 1%). Can you imagine?

 

Ketiga, Persoalan geopolitik Qatar dengan Arab Saudi berbuntut panjang hingga terjadi penghentian hubungan diplomatik oleh sejumlah negara di Timur Tengah. Seperti diketahui, sebagian besar saham operator seluler nasional PT Indosat Tbk. dimiliki oleh Ooredoo, Asia Pte. Ltd yang bagian dari grup bisnis raksasa asal Qatar.  Meskipun demikian, manajemen Indosat meyakinkan bahwa kinerja ISAT tak terkena dampak apapun dari peristiwa yang terjadi di Qatar.

 

Mengenai valuasi industri telekomunikasi sendiri bisa dibilang overvalued. Contohnya saja ISAT harga sekarang PER nya adalah 53x dengan PBV 2.6x, sedangkan EXCL PER nya adalah 170x dengan PBV 1.5x. Untuk ukuran perusahaan yang menghasilkan NPM <10%, dan ROE <5% harga sahamnya sekarang jelas mahal.

 

Kesimpulan :

Penurunan harga saham ISAT bukan hanya karena sentimen negative #BoikotIndosat, melainkan lebih ke faktor bisnis di mana laporan keuangan 2017 tidak menggembirakan, perang tarif operator yang menjurus ke predatory pricing, dan persoalan geopolitik antara Qatar dan Arab Saudi. So, semoga artikel ini dapat memberikan wawasan yang lebih clear mengenai hastag #BoikotIndosat yang marak belakangan ini.

 

###Telek

 

Info : Hadirilah Workshop Value Investing tanggal 8 – 9 Juli 2017 di Bursa Efek Indonesia pukul 09.00 – 16.00. Pendaftaran dapat dilakukan melalui :

http://bit.ly/daftarworkshopvalueinvestingjuli

atau

Email : rivan.investing@gmail.com

WA : 0896-3045-2810 (Johan)

 

 

Tags : Boikot Indosat dan Industri Telekomunikasi di Indonesia

Boikot Indosat dan Industri Telekomunikasi di Indonesia, Boikot Indosat dan Industri Telekomunikasi di Indonesia

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Komentar

Artikel Lainnya

Youtube Update

Our Social Media

Arsip Artikel