Net Interest Margin BNI

Net Interest Margin BBNI Tertekan, Bagaimana Prospek Ke Depannya ?


Terakhir diperbarui Pada 8 May 2019 at 2:30 pm

Keputusan Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan BI 7DRRR sebesar 150 basis poin menjadi 5.75%, ternyata memberikan dampak terhadap menurunnya Net Interest Margin (NIM) sejumlah Perbankan, termasuk BBNI. Di tahun 2017 sendiri Net Interest Margin BBNI masih berada di kisaran di 5.5%. Namun pada Kuartal III-2018, Net Interest Margin BBNI mengalami penurunan sekitar 21 basis poin. Saat ini per Kuartal III-2018, Net Interest Margin BBNI menjadi 5.31%. Dengan kondisi Net Interest Margin BBNI yang saat ini tergerus, lantas bagaimana propek saham BBNI ke depannya ? dan bagaimana BBNI menyiasati dampak kenaikan suku bunga acuan BI ?

 

Pengertian Net Interest Margin

Dengan suku bunga BI yang dalam lima bulan terakhir meningkat hingga 150 bps dari 4.25% sampai 5.75% saat ini, membuat Perbankan harus memutar otak lebih keras lagi dalam menjaga Net Interest Margin nya. Sebelum Penulis menjelaskan lebih jauh, Penulis ingin mengajak Anda untuk memahami apa itu Net Interest Margin (NIM) terlebih dahulu.  Untuk memudahkan Anda memahami tentang kondisi Net Interest Margin yang di alami Perbankan saat ini, Penulis akan memberikan analogi bagi Anda seperti berikut :

“Bapak Andi, seorang karyawan swasta, mendepositokan sebagian dari penghasilan nya di Bank. Dengan mendepositokan uang nya di Bank,  maka Pak Andi akan mendapatkan bunga deposito dari Bank sebesar, katakanlah 5.0%. Dari pihak Bank, sejumlah uang yang sudah masuk ke Bank tersebut akan diputarkan lagi oleh Bank sebagai sumber dana pinjaman dalam bentuk pinjaman kredit. Katakanlah di lain pihak Pak Budi, seorang pengusaha di bidang teksil, sedang berencana untuk mengembangkan usahanya. Langkah yang Pak Budi ambil adalah melakukan pinjaman dana ke Bank. Setelah Pak Budi memperoleh dana pinjaman dengan jangka waktu tertentu, maka Pak Budi ini mempunyai kewajiban untuk membayar suku bunga kredit ke Bank sebesar, katakanlah 10.5 % dari pinjaman tersebut.”

Artinya, besaran bunga deposito yang diberikan Bank terhadap Pak Andi adalah 5.0%, sedangkan Bank memperoleh bunga kredit yang masuk dari Pak Budi sebesar 10.5%. Dengan demikian, terdapat selisih sekitar 5.5% yang merupakan Net Interest Margin tadi (selisih antara bunga yang dibayarkan Bank dalam bentuk bunga deposito, dan bunga yang didapatkan Bank dalam bunga kredit).

“Katakanlah beberapa bulan kemudian, Pak Andi kembali melakukan deposito uang nya ke Bank. Namun, kali ini Bank sudah menaikkan bunga deposito nya (karena kenaikan suku bunga acuan BI), maka Pak Andi akan mendapatkan bunga deposito yang lebih besar, katakanlah sebesar 5.5 %. Dan uang deposito tersebut akan diputarkan lagi oleh Perbankan sebagai sumber dana pinjaman. Kali ini, Pak Budi, akan kembali melebarkan usaha nya. Meskipun Bank sudah menaikkan suku bunga deposito, namun Bank masih mempertahankan suku bunga kredit nya di tingkat yang sama, katakanlah 10.5 %. Maka Bank yang tadinya bisa mendapatkan selisih sebesar 5.5%, kali ini harus puas dengan selisih yang lebih kecil, yaitu 5.0 %.”

Artinya, jumlah bunga deposito yang diberikan Bank terhadap nasabah semakin besar di 5.5%. Sedangkan, Bank hanya menerima bunga kredit masuk masih tetap sebesar 10.5%. Hal ini membuat margin yang diterima Bank menjadi lebih kecil.

 

Mengapa BBNI Tidak Menaikkan Suku Bunga Kredit ?

Analogi diatas cukup menjelaskan kondisi Perbankan saat ini, salah satu nya pada BBNI yang Net Interest Margin nya menurun. Turunnya Net Interest Margin BBNI, lantaran BBNI telah mendongkrak bunga simpanan, namun tidak diimbangi dengan menaikkan suku bunga kredit. Pertanyaan berikutnya, mengapa BBNI tidak menaikkan suku bunga kredit nya saja? Bukankah kalau katakanlah suku bunga deposito naik 1%, maka Bank tinggal menaikkan suku bunga kredit sebesar 1% juga? Namun permasalahannya, bagi Bank tidak lah sesederhana itu…

 

 

Ada beberapa alasan yang membuat sejumlah Perbankan termasuk BBNI tidak serta merta menaikkan suku bunga kreditnya antara lain :

  • Adanya Permintaan Dari Pemerintah. Salah satu permintaan dari pihak pemerintah, Bank Indonesia, dan sejumlah regulator seperti Otoritas Jasa Keuangan adalah agar Perbankan tidak tergesa-gesa menaikkan suku bunga kredit. Di satu sisi, Pemerintah menginginkan agar suku bunga kredit tetap di level yang sama agar momentum pertumbuhan ekonomi bisa tetap terjaga. Selain alasan tersebut, Perbankan sebenarnya bisa memperoleh keuntungan dengan melakukan efisiensi operasional nya. Semakin besar angka efisiensi, semakin baik.
  • Kondisi likuiditas BBNI yang baik. Bagi Bank Besar (Bank BUKU IV) seperti BBNI masih memiliki likuiditas yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan CAR nya saat ini sebesar 17.80% per Kuartal III-2018. Dengan likuiditas yang baik, maka tidak ada urgensi bagi BBNI untuk langsung merespon kenaikan suku bunga acuan BI dengan menaikkan suku bunga kredit. Namun tentu saja kondisi nya berbeda dengan Bank BUKU III yang lebih agresif.
  • Potensi dari Pendapatan Non-Bunga. Selain likuiditas yang baik, BBNI juga bisa mengupayakan kenaikan pendapatan non bunga (fee based income) yang tumbuh sekitar 6% menjadi Rp 7.18 triliun. BBNI sendiri menilai Net Interest Margin BBNI nya yang saat ini sebesar 5.31% masih tergolong cukup.
  • Risiko kredit yang tinggi karena suku bunga yang lebih tinggi. Menaikkan suku bunga kredit bukan berarti bebas risiko. Karena, jika perbankan menaikkan suku bunga kredit maka justru berpotensi menimbulkan jumlah kredit macet yang mungkin bertambah. Belum lagi adanya persaingan dengan Bank lain dalam mendapatkan debitur. Kondisi itu yang membuat pihak Perbankan harus berhati-hati untuk menaikkan suku bunga kredit.

 

Kinerja BBNI dalam kondisi Net Interest Margin BBNI yang tertekan

Penulis sendiri melihat bahwa penurunan Net Interest Margin BBNI adalah hal yang normal. Karena bukan hanya BBNI yang mengalami penurunan NIM, melainkan hampir semua Perbankan di Indonesia juga terkena dampak dari kenaikan suku bunga acuan BI.

Sekarang, setelah Anda memahami alasan mengapa BBNI tidak serta-merta langsung menaikkan suku bunga kredit nya, yang membuat Net Interest Margin BBNI nya tergerus sampai 21 basis poin. Jadi, apakah akan mempengaruhi kinerja BBNI secara fundamental ?

Untuk mengetahui kinerja BBNI, bisa dilihat berdasarkan Laporan Keuangan Kuartal III-2018 yang baru saja dirilis. Kita akan melihat bagaimana pertumbuhan kinerja BBNI yang berdasarkan rasio perbankan. Melalui rasio-rasio perbankan ini kita bisa dengan mudah membandingkan BBNI secara internal dalam pencapaian kinerja Kuartal III-2017 dengan pencapaian kinerja Kuartal III-2018. Berikut rasio-rasio nya :

 

 

BBNI Kuartal III-2018

BBNI Kuartal III-2017
CAR / KPMM17.80%

19.01%

Permodalan BBNI Kuartal III 2018 VS Kuartal III 2017

 

Berdasarkan tabel diatas, yang pertama kali bisa kita lihat adalah kemampuan modal BBNI. Dimana CAR (Capital Adequacy Ratio) BBNI ini sedikit mengalami penurunan dari 19.01% di Kuartal III-2017 menjadi 17.80% di Kuartal III-2018. Penurunan CAR ini menunjukkan bahwa kemampuan BBNI dari segi permodalan saat ini sedang sedikit menurun untuk menanggung risiko-risiko kerugian. Meskipun terlihat menurun, namun sebenarnya CAR BBNI masih tergolong baik karena ketahanan modalnya diatas batas minimal CAR sebesar 14%.

 

 

BBNI Kuartal III-2018

BBNI Kuartal III-2017

Laba Bersih

Rp 11.4 triliunRp 10.1 triliun

Pendapatan Bunga

Rp 26.0 triliun

Rp 23.5 triliun

Pendapatan Non Bunga8.7 triliun

8.3 triliun

ROE

16.77%

15.94%

Profitabilitas BBNI Kuartal III 2018 VS Kuartal III 2017

 

Dengan CAR yang masih baik di 17.80% pada Kuartal III-2018 ini, BBNI juga mampu membukukan sejumlah pertumbuhan yang konsisten naik. Hal ini ditunjukkan dengan pencapaian Laba Bersih BBNI dari Rp 10.1 triliun Kuartal III-2017 menjadi Rp 11.4 triliun Kuartal III-2018 (naik 12.8%). Yang juga disertai peningkatan pada Pendapatan Bunga dari Rp 23.5 triliun Kuartal III-2017 menjadi sebesar Rp 26.0 triliun Kuartal III-2018 (naik 10.6%). Sementara Pendapatan Non Bunga juga mengalami peningkatan dari Rp 8.3 triliun Kuartal III-2017 menjadi Rp 8.7 triliun Kuartal III-2018 (naik 4.8%). Dengan demikian, ROE BBNI juga meningkat dari 15.94% di Kuartal III-2017 menjadi 19.77% di Kuartal III-2018. Hal ini menunjukkan meskipun NIM BBNI tertekan, tidak serta merta menekan Laba Bersih nya seperti yang banyak diberitakan sejumlah media. Bahkan, BBNI tetap mampu mencatatkan pertumbuhan yang baik.

 

 

BBNI Kuartal III-2018

BBNI Kuartal III-2017

Penyaluran Kredit

Rp 487.1 triliunRp 421.4 triliun
NPL  Gross2.01%

2.75%

NPL Net

0.84%0.79%
BOPO70.30%

70.30%

Kualitas Kredit dan Efisiensi BBNI Kuartal III 2018 VS Kuartal III 2017

 

Tidak hanya dari Profitabilitas saja yang meningkat, BBNI sampai saat ini pun BBNI masih terus menjaga pertumbuhan kredit nya, di mana jumlah penyaluran kredit meningkat dari Rp 421.4 triliun di Kuartal III 2017 menjadi Rp 487 triliun di Kuartal III 2018 (naik 5.6% YoY). Meskipun jumlah kredit meningkat, BBNI tetap menjaga kualitas kredit nya. Hal ini terlihat dari NPL (Net Performing Loan) BBNI pada dua rasio berikut :

NPL Gross 2.75% Kuartal III-2017 turun menjadi 2.01% Kuartal III-2018. Menurun nya NPL Gross BBNI menunjukkan turun nya jumlah kredit kurang lancar BBNI. Sedangkan, untuk NPL Net dari 0.79% Kuartal III-2017 naik menjadi 0.84% Kuartal III-2018 menunjukkan bahwa adanya sedikit kenaikan jumlah kredit yang sudah jelas status macetnya. Meskipun sedikit meningkat, akan tetapi NPL Net BBNI yang sebesar 0.84% di Kuartal III-2018, masih jauh dari batas maksimal NPL Net yang sebesar 2%.

Besarnya jumlah kredit macet BBNI tersebut,  juga tidak mempengaruhi angka BOPO BBNI yang masih stabil di 70.30% di Kuartal III-2018. Dengan stabilnya BOPO BBNI menunjukkan bahwa sampai saat ini BBNI masih konsisten dalam melakukan efisiensi operasional nya.

 

 

BBNI Kuartal III-2018

BBNI Kuartal III-2017

NIM

5.31%5.52%

LDR

89.04%

87.86%

CASA61.9%

60.4%

Rasio Rentabilitas BBNI Kuartal III 2018 VS Kuartal III 2017

 

Meskipun BBNI masih konsisten melakukan efisiensi, tidak demikian hal nya dengan Net Interest Margin (NIM) BBNI yang justru menurun. Net Interest Margin BBNI 5.52% di Kuartal III-2017 turun menjadi 5.31% pada Kuartal III-2018 ini. Tergerusnya angka Net Interest Margin BBNI tidak lain adalah disebabkan oleh kenaikan suku bunga acuan BI, sedangkan BBNI sendiri tidak ikut menaikkan suku bunga kredit nya.

Tergerus nya Net Interest Margin BBNI, justru tidak mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR) BBNI. Sehingga LDR BBNI ini naik tipis dari 87.86% Kuartal III-2017 menjadi 89.04% Kuartal III-2018. LDR ini mencerminkan perbandingan antara besarnya kredit yang disalurkan dengan besarnya dana yang diterima dari pihak ketiga. LDR BBNI meningkat, mengindikasikan dana yang diterima dari pihak ketiga terserap dengan baik dalam bentuk kredit. Hal ini sejalan dengan meningkatnya jumlah kredit yang disalurkan oleh BBNI yang belum menaikkan suku bunga kreditnya.

Namun dilihat dari sisi lain, dari keseluruhan rasio perbankan diatas kita bisa mendapatkan bahwa Demikian pula, Bank BBNI juga mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan BI dengan terus mengejar Rasio CASA (Dana Murah), di mana Rasio CASA (Dana Murah) adalah perbandingan antara Dana Murah (Tabungan + Giro) dengan Total Dana Pihak Ketiga (Tabungan + Giro + Deposito).Rasio CASA (Dana Murah) dari BBNI saat ini diperlihatkan dengan meningkatnya Dana Pihak Ketiga (DPK). Dana Pihak Ketiga (DPK) BBNI sendiri meningkat dari Rp 480.5 miliar menjadi Rp 548.6 miliar. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BBNI dikontribusi dari Tabungan dan Giro, yang membuat Rasio CASA BBNI meningkat dari 60.4% di Kuartal III-2017 saat ini menjadi 61.9% per Kuartal III-2018.

Kesimpulan

Setelah kita meilhat kinerja BBNI, kita dapat menarik kesimpulan meskipun dengan Net Interest Margin BBNI yang tertekan karena BBNI tidak turut menaikkan suku bunga kredit. Justru BBNI masih mampu menunjukkan pertumbuhan Laba Bersih yang positif dan likuiditas yang tetap baik. Selain itu, keputusan BBNI untuk menjaga suku bunga kredit juga berdampak positif dengan meningkatnya jumlah kredit yang disalurkan, dan Loan to Deposit Rasio (LDR) yang juga meningkat.

Salah satu strategi yang dilakukan BBNI untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan BI adalah menggenjot Pendapatan Non Bunga (fee based income), bahkan BBNI mampu mengelola efisiensi operasional nya dengan baik (rasio BOPO menurun), menjaga kualitas aset yang disalurkan (NPL turun), dan Selain menunjukkan pertumbuhan yang konsisten dan efisien,  BBNI mampu meningkatkan rasio CASA nya hingga saat ini dengan melakukan ekspansi dana murah.

 

Disclosure : BBNI telah menjadi bagian dari portfolio Penulis pada average 7650. Perubahan posisi dana average dapat terjadi sewaktu-waktu. Pembahasan ini bukan bersifat rekomendasi beli atau jual. Do Your Own Research.

 

###

 

Info:

  • Monthly Investing Plan Desember 2018 akan segera terbit. Anda dapat memperolehnya di sini.
  • Cheat Sheet LK Q3 2018 sudah terbit, Anda dapat memperolehnya di sini.
  • E-Book Quarter Outlook LK Q3 2018 sudah terbit. Anda dapat memperolehnya di sini.
  • Jadwal Workshop :
    • Workshop Value Investing (Jogja, 24 November 2018) dapat dilihat di sini.
    • Workshop Value Investing (Bandung, 8 Desember 2018) dapat dilihat di sini.

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

3 Comments

  • Hanif
    22 November 2018 at 9:46 AM

    Nice info pak RK, kapan nih mau ke daerah sumatra?

  • Riqi
    15 February 2019 at 1:58 PM

    berarti di 2019 BBNI masih bagus ya Pak

Komentar

Artikel Lainnya

Youtube Update

Our Social Media

Arsip Artikel