SILO berencana menambah rumah sakit

SILO Berencana Menambah Rumah Sakit di kala Pandemi, Apakah ini Langkah yang Baik?


Terakhir diperbarui Pada 19 August 2020 at 2:36 pm

Salah satu emiten yang bergerak di bidang pengelolaan rumah sakit, PT Siloam International Hospital Tbk (SILO) menargetkan untuk menambah jumlah rumah sakit yang dimilikinya di kala pandemi. Di tengah menurunnya daya beli masyarakat, di tengah menurunnya tingkat pendapatan masyarakat, dan di tengah masa ketidakpastian seperti sekarang. Apakah strategi yang direncanakan SILO ini merupakan langkah yang baik dalam peningkatkan kinerja perusahaan ke depannya ?

 

Sekilas Profil SILO

Siloam International Hospitals Tbk (SILO) bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan. Berawal dari PT Sentralindo Wirasta pada tahun 1996, Perseroan per 31 Desember 2019 mengelola dan mengoperasikan 37* rumah sakit. Terdiri dari 13 rumah sakit di Kawasan Jabodetabek dan 24 rumah sakit yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara. Dari 37 rumah sakit yang beroperasi, 26 rumah sakit di antaranya sudah melayani pasien BPJS Kesehatan (Program Asuransi Nasional), dan dalam waktu dekat akan semakin bertambah lebih banyak lagi. Saat ini, total kapasitas tempat tidur Siloam mencapai 7.682, dan total tempat tidur operasional 3.679.

Perseroan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada September 2013, sebagai PT Siloam International Hospitals Tbk dengan kode SILO. Pemegang terbesar saham SILO sekarang adalah PT Megapratama Karya Persada yang menguasai 42,55% saham SILO. Diikuti dengan masing Prima Health Company Ltd dan Credit Suisse yang masing-masing memiliki 26,18% dan 9,57% dari total saham SILO.

 

Pemegang Saham SILO dengan Kepemilikan >5%. Source : Annual Report SILO 2019

 

Sisanya saham SILO sebesar 21.7% dikuasai oleh berbagai pihak dengan persentase <5%. Seperti pihak asuransi, individual, perusahaan, yayasan, dana pensiun, sampai reksa dana.

Meskipun terlihat bahwa banyak pihak yang memiliki saham SILO. Tetapi perlu Anda ketahui bahwa SILO merupakan anak usaha dari PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR). Hal ini terlihat karena Lippo sendiri ternyata merupakan perusahaan afilisasi dari PT Megapratama Karya Persada, di mana apabila kita menjumlahkan kepemilikan PT Megapratama Karya Persada dan anak usaha Lippo Group lainnya di jajaran pemegang saham SILO. Maka kita akan melihat bahwa Lippo Group secara tidak langsung sebenarnya menguasai 51.05% saham SILO.

Kepemilikan Saham SILO oleh LPKR. Source : Annual Report SILO 2019

 

Saat ini, SILO merupakan penyedeia pelayanan kesehatan terbesar di Indonesia. Dengan memiliki total 37 rumah sakit yang tersebar di 26 kota di seluruh Indonesia.

 

Kinerja Keuangan SILO

SILO tergolong perusahaan yang mencatatkan kinerja keuangan yang cukup baik. Hal ini terlihat, baik dari sisi profitabilitas sampai ke neraca.

Data Historikal Pendapatan SILO. Source : Cheat Sheet Kuartal I-2020

Apabila Anda melihat grafik di atas, terlihat bahwa SILO mencatatkan peningkatan pendapatan setiap tahunnya yang cukup impresif. Dengan peningkatan rata-rata pendapatan setiap tahunnya sebesar 21.9% (CAGR), dari tahun 2011 – 2020 (pendapatan di 2020 di-annualized). Peningkatan pendapatan ini menjelaskan bahwa SILO bertumbuh dengan konsisten dalam hampir dari 10 tahun terakhir.

 

Data Historikal Laba Bersih SILO. Source: Cheat Sheet Kuartal I-2020

 

Dapat terlihat juga, bahwa peningkatan pendapatan ini sejalan juga dengan peningkatan laba bersih perusahaan yang terus meningkat. Well, setidaknya terhitung dari tahun 2011 – 2017 di mana laba bersih perusahaan terus mengalami peningkatan,dari Rp 44 miliar pada 2011 menjadi Rp 94 miliar di tahun 2017. Hanya saja, pada tahun 2018 perusahaan mengalami penurunan laba bersih yang cukup drastis, dari Rp 94 miliar pada tahun 2017, turun menjadi Rp 16 miliar di tahun 2018. Bahkan mengalami rugi bersih sebesar Rp 339 miliar pada tahun 2019. Pertanyannya: Kok bisa ?

 

  • Pada tahun 2018, beban usaha perusahaan mengalami peningkatan drastis, sebesar +20.39% YoY dari Rp 1.35 triliun pada 2017, menjadi Rp 1.63 triliun pada tahun 2018.

Peningkatan beban usaha ini disebabkan karena hampir semua beban umum dan administrasi perusahaan mengalami peningkatan. Mulai dari beban gaji, biaya kantor, biaya sewa dst. Hal ini menjadi penekan laba bersih, karena meskipun pada tahun yang sama perusahaan mencatatkan peningkatan pendapatan. Tetapi masih tetap tertekan karena peningkatan beban usaha yang sangat tinggi ini.

Breakdown Beban umum dan Administrasi Perusahaan (FY2018). Source : Laporan Keuangan SILO FY2018

 

  • Perusahaan mencatatkan rugi bersih pada FY2019, karena disebabkan oleh meningkatnya COGS perusahaan sebesar +19.38% YoY, dari Rp 4 triliun per tahun 2018 menjadi Rp 4.8 triliun pada tahun 2019.

Tidak hanya itu, beban usaha perusahaan dan beban lain-lain pada tahun 2019 juga masing-masing mengalami peningkatan sebesar +14.70% dan +302.5% YoY dari tahun sebelumnya.

Laporan Laba/Rugi SILO FY2019. Source : Laporan Keuangan SILO FY2019

 

Apabila ingin dibreakdown lebih dalam, peningkatan beban perusahaan ini disebabkan karena adanya peningkatan pembayaran jasa tenaga ahli dan gaji untuk kesejateraan karyawan dan karena adanya peningkatan pembelian obat dan perlengkapan medis untuk rumah sakit – baik untuk rawat inap maupun rawat jalan.

Jadi, dapat disimpulkan pada tahun 2018 – 2019 terjadi penurunan kinerja pada SILO dikarenakan adanya peningkatan dari beban operasional.

Nah, kita kembali lagi ke topik utama. Dengan kinerja seperti ini, apakah langkah SILO untuk melakukan ekspansi perusahaan merupakan langkah yang tepat? Mari kita bahas di bagian selanjutnya.

 

Kesehatan Keuangan Perusahaan

Dari sisi kesehatan keuangan, perusahaan, dapat dikatakan bahwa SILO memiliki kondisi keuangan yang cukup baik. Saat ini, perusahaan mencatatkan liquidity ratio sebesar 1.25x, cash ratio 0.3x, dan rasio DER sebesar 0.5x. Ini artinya, dengan SILO berencana menambah rumah sakit setidaknya masih cukup mampu.

Liquidity ratio dan cash ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar utang jangka pendeknya. Untuk liquidity ratio, rata-rata perusahaan di BEI memiliki liquidity ratio sebesar 1x saja – yang artinya, jumlah aset lancar kurang lebih sama dengan jumlah utang jangka pendek perusahaan. Tentu saja, semakin tinggi liquidity ratio, semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan utang janka pendeknya. Untuk cash ratio sendiri, adalah rasio yang digunakan untuk membandingkan jumlah kas perusahaan dengan jumlah utang jangka pendek perusahaan. Di BEI sendiri, rata-rata perusahaan memiliki cash ratio sebear 0.3x – yang di mana angka ini juga sama dengan SILO. Angka 0.3x artinya adalah bahwa perusahaan memiliki jumlah kas sebesar 30% dari total utang jangka pendek perusahaan. Dari dua rasio ini, dapat disimpulkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan bayar utang jangka pendek yang cukup baik.

 

Siloam Hospitals. Source : tribunnews.com

 

Selanjutnya dari sisi utang jangka panjang, SILO mencatatkan DER 0.5x yang artinya jumlah utang perusahaan hanya sebesar 50% dari total modal perusahaan. Angka DER yang baik biasanya berada di bawah 1x, menandakan total utang perusahaan tidak lebih dari besar dibandingkan total ekuitasnya. Dan dalam kasus ini, tentu saja SILO sudah melewati garis standardnya.

Dari dua hal ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa SILO memiliki kondisi keuangan yang sehat. Dilihat dari segi kemampuan perusahaan dalam membayar utangnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Pak, apa hubungannya kesehatan keuangan perusahaan, dengan strategi perusahaan untuk menambah rumah sakit ?

Sangat berhubungan. Hal ini disebabkan karena perusahaan dengan kondisi kesehatan keuangan yang kurang baik, dapat menambah risiko apabila perusahaan mengeluarkan biaya lebih untuk melakukan ekspansi. Tetapi, apabila kondisi keuangan perusahaan sedang sehat dan memiliki kemampuan bayar utang yang sangat baik, hal ini juga akan memperlancar proses ekspansi bisnis perusahaan.

Terlebih untuk SILO, perlu Anda ketahui bahwa SILO menganggarkan belanja modal (capital expenditure / capex) sebesar Rp 400 miliar, untuk menambah 2-3 jaringan rumah sakit baru dan pengadaan fasilitas kesehatan Covid-19. Sebagai gambaran, selama semester I-2020, perusahaan telah merealisasikan 1 jaringan rumah sakit di Siloam Mampang, Jakarta. Sementara sisanya, SILO berencana membuka rumah sakit baru di Pulau Sulawesi, yakni di Ambon dan Maluku. Tetapi, perusahaan juga mengakui bahwa hal tersebut bukan menjadi prioritas utama perusahaan. Saat ini perusahaan juga sedang fokus kepada rumah sakit yang ada, apalagi di tengah situasi pandemi Covid-19 seperti ini.

Yang lebih penting lagi untuk diketahui adalah, capex yang dikeluarkan perusahaan tidak bersumber dari penerbitan utang, tapi bersumber dari kas internal perusahaan. Tentu saja hal ini menjadi positif karena perusahaan tidak menambah kewajiban utang dan membayar bunga ke depannya.

Pembuatan rumah sakit baru ini juga akan mengukuhkan dan memperkuat posisi SILO, sebagai penyedia jasa kesehatan terbesar di Indonesia. Dan tentu saja harapannya juga dapat meningkatkan kinerja perusahaan ke depannya.

 

Kesimpulan

SILO merupakan emiten yang bergerak di bidang penyedia layanan kesehatan terbesar di Indonesia, dengan memiliki total 37 rumah sakit yang tersebar ke 26 kota di seluruh Indonesia. Dari sisi profitabilitas, dapat dikatakan bahwa SILO merupakan perusahaan yang terus mengalami peningkatan pendapatan setiap tahunnya – bahkan peningkatan pendapatannya sangat baik, yakni dengan rata-rata peningkatan sebesar 21,9% setiap tahunnya dari tahun 2011 sampai 2019.

Perusahaan juga memiliki kesehatan keuangan yang baik, yang dapat direpresentasika melalui liquidity ratio, cash ratio, dan debt-to-equity ratio. Kondisi kesehatan keuangan perusahaan ini akan menjadi faktor yang penting untuk menentukan apakah perusahaan sudah melakukan langkah yang bagus dengan cara ekspansi bisnis.

Yang menjadi PR bagi SILO adalah, bagaimana perusahaan dapat mengontrol beban usaha SILO agar lebih stabil agar laba bersih perusahaan juga ikut bertumbuh seiring dengan pertumbuhan pendapatan perusahaan. Apabila ini berhasil dilakukan, maka profitabilitas SILO akan meningkat tajam. Ditambah lagi strategi ekspansi yang baik juga, karena menggunakan kas internal perusahaan dan tidak menambah utang untuk perusahaan.

 

###

 

Info:

 

Tags : SILO berencana menambah rumah sakit | SILO berencana menambah rumah sakit | SILO berencana menambah rumah sakit | SILO berencana menambah rumah sakit | SILO berencana menambah rumah sakit | SILO berencana menambah rumah sakit | SILO berencana menambah rumah sakit

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Komentar

Artikel Lainnya

Youtube Update

Our Social Media

Arsip Artikel