Rivan Kurniawan

ICBP Mau Mengakuisisi Pinehill Company, Apakah Menguntungkan?


Terakhir diperbarui Pada 26 May 2020 at 7:43 pm

Beberapa waktu yang lalu, Salim Group melalui PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) tengah menjajaki rencana untuk mengakuisisi seluruh saham Pinehill Company. Terkait hal ini, pihak ICBP telah memberikan tanggapan atas tawaran akuisisi yang diajukan oleh Grup Pinehill. Ketika rumor tentang pengakuisisian ini muncul di media-media, justru harga saham ICBP dan induk usahanya – PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) – mengalami penurunan yang cukup dalam pada tanggal 12 Februari 2020 lalu. Apakah pengakuisisian ICBP terhadap Pinehill company ini menguntungkan ?

 

Sekilas Tentang Pinehill Company

Grup Pinehill merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri pembuatan mi instan di Arab Saudi, Nigeria, Turki, Kenya, Maroko, dan Serbia. Adapun dalam memasarkan produknya, Grup Pinehill menggunakan merek Indomie berdasarkan perjanjian lisensi dengan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dari Indofood ICBP. Sebagai informasi, volume penjualan Pinehill mencapai 7,4 miliar bungkus mi per tahun yang dijual ke pasar domestik maupun ekspor. Total populasi pasar domestik yang dilayani Pinehill mencapai 576 juta orang. Rata-rata pertumbuhan penjualan tahunan dapat mencapai sekitar 10%.

Pinehill membayar royalti ke Indofood demi menggunakan merek Indomie dan mengimpor bumbu-bumbunya dari ICBP. Pinehill memiliki empat anak usaha, yakni Dulfill dengan kepemilikan 49% dan tiga lainnya dengan porsi saham 59%. Sisa saham dipegang oleh mitra lokal perusahaan itu.

 

Kronologis ICBP Mau Mengakuisisi Pinehill Company Limited

Pada tanggal 12 Februari 2020, sudah banyak media yang mendapatkan berita dan rumor terkait langkah yang akan dilakukan ICBP, yakni mengakuisisi Pinehill Company Limited. Di mana sebenarnya Pinehill ini sendiri masih dapat dikatakan “terafiliasi” dengan ICBP, karena Antoni Salim selaku Direktur Utama INDF dan ICBP memiliki saham Pinehill sebesar  51% – yang berarti nantinya saham ini akan “dipindahtangankan” ke ICBP.

Biasanya, ketika keluar berita tentang suatu perusahaan terbuka yang mengakuisisi suatu perusahaan, hal itu menjadi berita yang cukup baik, karena dianggap perusahaan tersebut akan memperluas lini bisnis usahanya. Tetapi, setelah keluar berita tentang related party transaction (RLT) ini, pelaku pasar menyebabkan penurunan terhadap ICBP sebesar 9%, dan INDF mengalami penurunan sebesar 6%. Aksi penurunan tersebut bisa diakibatkan karena masih minimnya informasi yang terdapat di masyarakat. Seperti detail pengakuisisian, harga akuisisi, dan misalnya tujuan dari dilakukannya akuisisi oleh perusahaan.

 

Rencana Akuisisi dan Pembelian Tanah ICBP Sebelumnya

  • INDF Mengakuisisi China Minzhong Food Corporation Limited (CMFC) pada Tahun 2013

Pada Februari 2013, INDF memiliki saham CMFC sebanyak 33,49%  kepemilikan di CMFC. INDF kemudian mengakuisisi lebih dari 50% saham perusahaan sayur asal China yang terdaftar di Bursa Singapura tersebut. Total sampai kepemilikan INDF dapat mencapai seperti itu adalah sebesar SGD 734 juta atau setara dengan Rp 635 miliar.

Kepastian akuisisi tersebut dilakukan setelah penawaran tender pada 2 September 2013 pada harga USD 1,12 per lembar saham. Per 2 September 2013. Saat itu, akuisisi saham CMFC dilakukan Indofood melalui pembelian secara langsung di pasar. Saat itu, diharapkan dengan diakuisisinya CMFC, INDF dapat memanfaatkan model bisnis, teknologi, dan keahlian yang dimiliki CMFC untuk memperkuat mata rantai pasokan dan memperluas produk INDF.

Well, long story short, INDF kemudian melepaskan sebagian saham CMFC pada tahun 2016. Hal ini dilakukan setelah perusahaan pengolahan sayuran asal China tersebut tidak mampu menunjukan kinerja memuaskan setelah dibeli produsen mi instan terbesar Indonesia itu pada tahun 2013. Berdasarkan laporan keuangan CMFC, pendapatan perusahaan sudah turun sejak 2014, dan bahkan pendapatan perusahaan pada tahun 2015 telah turun sebesar 39% dari tahun 2013, dari CNY 1,97 miliar pada 2015, dan CNY 3,25 miliar pada 2013.

Tidak hanya sampai pendapatan, laba perusahaan juga turun hanya menjadi sebesar CNY 320 juta di tahun 2015, telah turun sebesar 50% dari laba bersih di tahun 2013 sebesar CNY 755 juta. Penurunan laba bersih yang lebih besar daripada penurunan pendapatan kemudian menyebabkan net profit margin perusahaan menipis menjadi 16% di tahun 2015 dibandingkan sebesar 23% di tahun 2014.

Per 7 September 2016, INDF mengumumkan akan melepas 82,88% kepemilikan pada CMFC seharga 1,2 per lembar. Pihak pembeli adalah Marvellous BVI, perusahaan yang 92,99% kepemilikan sahamnya dimiliki oleh Anthoni Salim, yang tak lain dan tak bukan adalah direktur utama INDF sekaligus pengendali dari Grup Salim.

Akhirnya, dalam penyelesaian transaksi, INDF akan menerima uang tunai sebesar SGD 416 juta, atau setara IDR 4 triliun (kurs SGD 1 = IDR 9.705,57) dan sisanya SGD 235 juta, atau setara IDR 2,3 triliun dalam bentuk obligasi yang wajib dikonversi menjadi saham CMFC. Uang senilai SG$40 juta telah diterima Indofood pada 30 Desember 2015 sebagai uang muka (downpayment/DP) transaksi pembelian CMZ atau setara 9,6 persen dari total transaksi.

Nah, perlu Anda ketahui pada tanggal saat pengakuisisian INDF terhadap CMFC (2 September 2013), harga saham INDF mengalami penurunan sebesar -8,5%. Kejadian yang kurang lebih sama dengan kondisi sekarang ketika INDF melalui ICBP ingin mengakuisisi Pine Hill.

Perbandingan penurunan harga INDF pada September 2013 dan Februari 2020.

Source: investing.com

 

  • INDF melakukan pembelian tanah seluas 42,877 m2.

First Pacific pada tanggal 7 Juni 2017 mengumumkan Indofood Group, melalui perusahaan bernama Aston Inti Makmur (AIM), sudah menandatangani perjanjian jual beli bersyarat (CSPA) dengan Antoni Salim dan ADS – perusahaan yang 100% sahamnya dimiliki Antoni Salim. Perjanjian itu berisi niat AIM membeli 6 plot tanah seluas 42.877 m2 senilai total IDR 2,2 triliun atau sebesar IDR 51 juta per meter persegi.

Efektifnya, AIM dimiliki 50% oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP), serta 25% lain dimiliki masing-masing oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP).

Sekali lagi, dalam melakukan pembelian ini, tanah yang dibeli INDF ini ternyata kemahalan dan menyebabkan turunnya harga INDF di kemudian hari. Pada tanggal terjadi transaksinya pembelian ini, harga saham INDF mengalami penurunan sebesar -4,4%.

 

 

Jika disimpulkan, dua aksi korporasi dari INDF untuk mengakuisisi CMFC dan lahan untuk produksi pada masing-masing tahun 2013 – 2017 kemarin tidak membuahkan hasil yang cukup baik.

 

Akankah kejadian 2013 dan 2017 terulang di tahun 2020?

Melihat “pola” yang terjadi pada tahun 2013 dan 2017, terkait pengakuisisian dan hal yang berkaitan dengan ekspansi. Hal ini tidak mendapatkan respons positif dari para pemegang saham dan pasar, karena pada hari yang sama atau beberapa hari setelahnya. Harga saham INDF menjadi penurunan yang cukup dalam.

Dalam kasus yang sama pada tahun 2020 ini, INDF – melalui ICBP – berencana melakukan akuisisi terhadap Pinehill – dan kejadian yang sama terjadi lagi, di mana harga saham ICBP mengalami penurunan sebesar 9%, dan INDF mengalami penurunan sebesar 6%

Untuk melihat apakah yang akan terjadi kepada INDF dan ICBP sama atau tidak dengan sebelumnya, kita perlu mengetahui detail dari rencana akuisisi yang dilakukan INDF dan ICBP terlebih dahulu. Dimulai dari hal yang paling sederhana seperti tujuan mengakuisisi, harga pengakuisisian, strategi strategis yang akan dilakukan setelah melakukan pengakuisisian, dan informasi yang lain.

Tetapi, karena market sepertinya sudah “berasumsi” jika apa yang dilakukan oleh INDF adalah sama dengan yang terjadi pada 2013 dan 2017, makanya pasar bereaksi seperti itu – padahal yang terjadi sekarang belum tentu sama dengan sebelumnya.

 

Kesimpulan

Rencana pengakuisisian yang akan dilakukan oleh Salim Group melalui INDF dan ICBP sempat menghebohkan para pelaku pasar. Kejadian ini pun sempat menjadi buah bibir. Ketika harga saham INDF dan ICBP masing-masing turun, sebesar 9% dan 6% pada hari berita ini keluar ke media.

Nampaknya hal ini terjadi karena pasar masih teringat, dengan kejadian yang terjadi pada INDF di tahun 2013 dan 2017 lalu. Ketika INDF melakukan pembelian terhadap CMFC, yang 5 tahun kemudian dijual sahamnya. Di mana pengakuisisian ini, membuat harga saham INDF mengalami penurunan juga.

Kemudian pada tahun 2017, INDF juga melakukan pembelian tanah sebesar 42.877 m2 tanah yang akan digunakan sebagai lokasi pabrik.

Tetapi, sebelum memutuskan apabila ingin memutuskan apakah keputusan yang diambil INDF selaku induk usaha sudah baik atau tidak. Kita perlu mengumpulkan data yang relevan dan valid untuk menghindari bias. Sayangnya saat artikel ini ditulils pun, data maupun informasi yang dikumpulkan masih termasuk sangat sedikit.

Jadi, sampai data yang sudah dibutuhakn lengkap, barulah kita dapat menentukan apakah langkah akuisisi ini sudah tepat atau belum. Apabila belum sampai di sana, Penulis rasa untuk melihat industri ini dalam kacamata wait and see..

 

###

 

Info:

  • Monthly Investing Plan Maret 2020 telah terbit. Anda dapat memperolehnya di sini.
  • Cheat Sheet LK Q3 2019 telah terbit, Anda dapat memperolehnya di sini.
  • E-Book Quarter Outlook LK Q3 2019 telah terbit. Anda dapat memperolehnya di sini.
  • Jadwal Workshop : 
    • Workshop & Advance Value Investing (Jakarta, 14 – 15 Maret 2020) dapat dilihat di sini.
Tags : ICBP Mau Mengakuisisi Pinehill | ICBP Mau Mengakuisisi Pinehill | ICBP Mau Mengakuisisi Pinehill | ICBP Mau Mengakuisisi Pinehill | ICBP Mau Mengakuisisi Pinehill | ICBP Mau Mengakuisisi Pinehill | ICBP Mau Mengakuisisi Pinehill | ICBP Mau Mengakuisisi Pinehill | ICBP Mau Mengakuisisi Pinehill | 
1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Komentar

Artikel Lainnya

Youtube Update

Our Social Media

Arsip Artikel