BMRI Terbitkan Global Bonds Rp 29.2 triliun, Untuk Apa Sih?

BMRI Terbitkan Global Bonds Rp 29.2 triliun, Untuk Apa Sih?


Terakhir diperbarui Pada 20 February 2024 at 6:54 pm

Artikel telah ditinjau oleh: Stock Market Analyst RK Team

Salah satu bank yang terbesar di Indonesia, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk atau dikenal dengan ticker BMRI baru-baru ini merilis obligasi global yang nilainya Rp 29.2 triliun. BMRI sendiri dikenal sebagai bank BUMN terbesar di Indonesia, dan juga top 4 banks terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar maupun asset perusahaan, bersama dengan “teman-teman” top 4 bank lainnya yakni: BBCA, BBRI, dan BBNI. Lantas, untuk apa BMRI mengeluarkan obligasi global yang nilainya hampir setara dengan laba bersih BBCA dalam satu tahun ini ?

 

Kronologis Penerbitan Global Bonds BMRI

BMRI akan menerbitkan surat utang senior dengan bunga tetap yang tidak dijamin (euro medium term note/EMTN) dalam mata uang dolar Amerika Serikat (USD). Salah satu manajemen dari BMRI mengatakan bahwa ini akan menjadi surat utang keiga yang diterbitkan dalam program EMTN BMRI. Di mana jumlah pokok utangnya akan setara dengan USD 2 miliar / Rp 29.2 triliun (kurs Rp 14.600/USD).

 

 

Penerbitan EMTN ketiga dilakukan mulai 9 April 2021 kepada investor di luar wilayah AS dan akan dicatatkan di Singapore Stock Exchange (SGX-ST). Sebagai informasi, BMRI telah melakukan 2x EMTN sebelumnya, yakni:

  • EMTN pertama sebesar USD 750 juta pada 11 April 2019
  • EMTN kedua sebesar USD 500 juta pada 13 Mei 2020

Sehingga dengan jumlah EMTN sebesar USD 2 miliar, maka EMTN ketiga yang akan dilakukan oleh BMRI pada 9 April 2021 kemarin adalah sebesar USD 750 juta. Rencananya, dana hasil penerbitan surat utang global ini akan digunakan perseroan untuk membiayai kembali proyek-proyek eligible green assets dan/atau eligible social assets.

 

Lantas, Bagaimana Tanggapan Market terhadap Penerbitan Obligasi ini ?

Apabila kita melihat secara historis, dikutip dari The Jakarta Post, sebelumnya diketahui bahwa global bond milik BMRI ini oversubscribed sampai 5x lipat. Ini terjadi pada penawaran global bond mandiri pada tahun lalu sebesar USD 500 juta, yang artinya investor yang ingin membeli global bond BMRI berani menggelontorkan uang sampai dengan USD 2.5 miliar – sedangkan supply nya hanya USD 500 juta.

 

 

Investor yang membeli Global Bond BMRI ini dari Asia sebanyak 66% dan 34% dari Eropa, Timur Tengah, Afrika dan Amerika Serikat. Sementara kupon yang ditawarkan oleh Bank Mandiri sebesar 4,75 persen. Kupon ini lebih tinggi dari global bond yang ditawarkan pemerintah pada awal April 2020 yang sebesar 3,9 persen. Jangka waktu kontrak surat utang ini hingga 2025 atau memiliki tenor selama lima tahun. Bank Mandiri mendapat rating Baa2 Stable dari Moody’s, BBB- Negative dari S&P dan BBB- Stable dari Fitch.

 

Bagaimana dengan Obligasi yang Akan Dirilis pada Tahun 2021?

BMRI masih memiliki slot USD750 juta obligasi global sebagai bagian dari EMTN, di mana di tahun ini, BMRI berencana untuk merilis USD300juta yang akan menjadi green bond. Green Bond sendiri adalah instrument obligasi yang penggunaannya dispesifikan untuk mengatasi masalah lingkungan.

      Sedikit kilas balik tentang kinerja BMRI di tahun 2020:

  • Laba bersih turun -37.71% YoY dari Rp 27.48 triliun pada 2019 menjadi Rp 17.1 triliun di tahun 2020
  • Net interest income (NII) turun-5.27% YoY ke level Rp 58.02 triliun pada tahun 2020, namun…
  • fee based income BMRI naik +4.92% YoY ke level Rp 28.7 triliun, dan juga …
  • … total pinjaman yang disalurkan oleh BMRI naik +1.6% YoY =

OJK sendiri menargetkan bahwa pinjaman di tahun 2020 akan meningkat sebesar +7.5% YoY, di mana dana pihak ketiga (DPK) juga diprediksi meningkat sekitar 11% YoY.

Penerbitan obligasi global ini akan digunakan untuk memenuhi rencana BMRI jangka mengengah 3 tahun dan juga jangka panjang yang lebih dari 5 tahun. Green bond yang baru diterbitkan ini memiliki tenor 5 tahun dan kupon sebesar 2% per tahun yang anntinya akan digunakan untuk program-program berwawasan lingkungan milik BMRI. Penerbitan sustainability bond pertama Bank Mandiri itu merupakan bagian dari implementasi Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan (RAKB) yang telah disusun Perseroan dan telah memenuhi standar Sustainability Bond Guidelines dari International Capital Market Association (ICMA).

 

 

Sama juga seperti penerbitan obligasi pada tahun lalu, penerbitan green bond ini menerima demand order lebih dari USD 2,5 miliar pada saat proses book building sehingga terdapat kelebihan permintaan (oversubscription) lebih dari 8,3 kali dari rencana jumlah bond yang diterbitkan – mirip seperti kejadian sebelumnya yang oversubscribed hampir 10x.

Perlu Anda ketahui juga, setelah proses penerbitan obligasi selesai, obligasi milik BMRI ini mendapatkan rating Baa2 dari Moody’s dan BBB- dari Fitch – dan rencananya obligasi ini nantinya akan dicatatkan di Bursa Efek Singapura. Setlah penerbitan green bond ini, BMRI akan fokus mendukung program pemerintah untuk menggali dan memanfaatkan potensi energi baru dan terbarukan yang cukup besar di Indonesia serta mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

 

Artinya, setelah penerbitan green bond pada tahun ini, BMRI masih memliliki saldo penerbitan obligasi lagi sebesar USD 450 juta.

 

Tidak hanya obligasi global, BMRI juga masih memiliki kapasitas penerbitan utang dalam denominasi rupiah sebesar Rp 19 triliun sampai dengan Mei 2022 – namun memang BMRI masih mempertimbangkan penerbitan utang rupiah dikarenakan faktor likuiditas rupiah serta pasar.

Dalam jangka panjang, sebenarnya BMRI memiliki rencana untuk melakukan aksi ekspansi inorganic yang rencananya akan dilakukan pada tahun ini – seperti melakukan pembelian saham maupun akuisisi perusahaan. Namun, rencana tersebut ditunda karena BMRI sedang focus untuk konsolidasi grup serta dukungan pada program pemulihan Covid-19 atau dikenal dengan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Terkait PEN sendiri, BMRI telah menyetujui untuk merestrukturisasi kredit senilai Rp 123.4 triliun kepada lebih dari 543 ribu debitur hingga 31 Desember 2020 – di mana jumlah kredit tersebut merpresentasikan sekitar 16.2% dari total portfolio penyaluran kredit BMRI pada tahun lalu yang senilai Rp 898.2 triliun. Mayoritas restrukturisasi kredit diberikan kepada nasabah non-UMKM sebeasr Rp 89.6 trilun kepada sekitar 206ribu debitur – dan nasabah UMKM sendiri mengantongi persetujuan restrukturisasi kredit sebesar Rp 33.9 triliun kepada sekitar 336ribu nasabah.

 

 

Bagi industri perbankan, restrukturisasi merupakan salah satu dampak negatif karena memperlambat perputaran uang yang dapat dilakukan. Tetapi manajemen BMRI sendiri mengatakan bahwa trend pengajuan restrukturisasi kredit sudah mulai melandai dalam 3 tahun terakhir yang dapat mengindikasikan sudah terjadinya pemulihan ekonomi.

 

Kesimpulan

Bank Mandiri merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia, baik melalui sisi jumlah asset maupun kapitalisasi pasar, bersama dengan “teman-teman” top 4 bank lainnya yakni: BCA, BRI, dan BNI. Dan dalam waktu dekat ini, BMRI akan menerbitkan surat utang senior dengan bunga tetap yang tidak dijamin (euro medium term note/EMTN) dalam mata uang dolar Amerika Serikat (USD), di mana sebelumnya BMRI telah menerbitkan obligasi global ini di tahun 2019 dan 2020 masing-masing berjumlah USD 750 juta dan USD 500 juta.

Penerbitan obligasi global ini akan digunakan untuk memenuhi rencana BMRI jangka mengengah 3 tahun dan juga jangka panjang yang lebih dari 5 tahun. Green bond yang baru diterbitkan ini memiliki tenor 5 tahun dan kupon sebesar 2% per tahun yang anntinya akan digunakan untuk program-program berwawasan lingkungan milik BMRI.

Sama juga seperti penerbitan obligasi pada tahun lalu, penerbitan green bond ini menerima demand order lebih dari USD 2,5 miliar pada saat proses book building sehingga terdapat kelebihan permintaan (oversubscription) lebih dari 8,3 kali dari rencana jumlah bond yang diterbitkan – mirip seperti kejadian sebelumnya yang oversubscribed hampir 10x.

Tidak hanya obligasi global, BMRI juga masih memiliki kapasitas penerbitan utang dalam denominasi rupiah sebesar Rp 19 triliun sampai dengan Mei 2022 – namun memang BMRI masih mempertimbangkan penerbitan utang rupiah dikarenakan faktor likuiditas rupiah serta pasar.

Dalam jangka panjang, sebenarnya BMRI memiliki rencana untuk melakukan aksi ekspansi in-organic yang rencananya akan dilakukan pada tahun ini. Seperti melakukan pembelian saham maupun akuisisi perusahaan.

 

###

 

DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

1 Comment

  • Yunanx
    4 May 2021 at 12:38 PM

    Selama pergantian direktur jadi lebih banyak ekspansi dari hasil penerbitan obligasi, semoga dengan adanya green bond yg diterbitkan BMRI tetap menjadi bank terbesar di Indonesia.

Komentar

Artikel Lainnya

Youtube Update

Our Social Media

Arsip Artikel