Pemerintah Memilih IFG sebagai Holding BUMN Asuransi, Bagaimana Dampaknya?

Pemerintah Memilih IFG sebagai Holding BUMN Asuransi, Bagaimana Dampaknya?


Baru-baru ini tersiar kabar bahwa Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah meluncurkan Indonesia Financial Group (IFG) yang berfokus pada bidang perasuransian dan penjaminan. Bahkan ke depannya, pemerintah akan melakukan penyuntikkan penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 22 triliun kepada IFG. Dengan dibentuknya holding asuransi BUMN di bawah IFG, bagaimana implementasinya dan bagaimana dampaknya terhadap dinamika perekonomian secara keseluruhan ?

 

Detail IFG sebagai Holding BUMN Asuransi

IFG atau Indonesia Financial Group sebenarnya adalah perubahan brand dari PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) yang notabene merupakan induk holding perusahaan asuransi dan penjaminan milik BUMN. Sebagai induk holding, IFG memiliki sembilan entitas anak perusahaan yang fokus pada produk keuangan dan pasar modal, asuransi umum dan penjaminan, serta asuransi jiwa dan kesehatan. Adapun anak perusahaan IFG meliputi PT Jasa Raharja, PT Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo), PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo), PT Graha Niaga Tata Utama, PT Bahana TCW Investment Management, PT Bahana Sekuritas, PT Bahana Artha Ventura, dan PT Bahana Kapital Investa.

IFG memiliki total aset secara konsolidasi sebesar Rp 76.2 triliun. Adapun total premi kotor sebesar Rp 18 triliun, di mana total dana kelolaan konsolidasi holding secara keseluruhan mencapai Rp 81.8 triliun hingga saat ini. Guna memperkuat bisnis holding dan meningkatkan pelayanan, IFG juga mendirikan IFG Life, perusahaan asuransi yang fokus di layanan asuransi jiwa dan kesehatan. Ke depannya IFG Life akan menerima migrasi polis asuransi dari nasabah PT Asuransi Jiwasraya (Persero) hasil restrukturisasi.

Karena nantinya IFG sendiri akan menyuntikkan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 22 triliun kepada IFG, hal ini akan dimanfaatkan untuk mengatasi masalah yang sebelumnya ditimbulkan oleh Jiwasraya. Memang, sampai sekarang detail atau rincian terkait penanggulangan korban masih belum jelas, tetapi setidaknya sekarang pemerintah sedang berupaya untuk menyiapkan skema untuk mengatasi masalah ini.

Sedikit kilas balik, utang klaim polis JS Saving Plan (produk asuransi Jiwasraya) saat ini mendominasi gagal bayar Jiwasraya. Per 31 Mei 2020 total utang klaim jatuh tempo Jiwasraya mencapai Rp 18 triliun. Lalu utang klaim produk JS Saving Plan kepada 17.452 nasabah mencapai Rp 16.5 triliun. Adapun utang klaim polis tradisional dengan jumlah nasabah 35.145 orang mencapai Rp 1.5 triliun. Selain itu, ada pula nasabah jaminan pensiun yang jumlah pesertanya per 31 Agustus 2020 mencapai 2.3 juta.

 

 

Nah oleh karena itulah, Pemerintah telah memutuskan untuk menyelamatkan Jiwasraya menggunakan skema ini. Uang Rp 22 triliun akan disuntikkan ke PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) atau BPUI – yang nantinya BPUI akan menyalurkannya ke perusahaan baru yang akan dibentuk, yaitu Indonesia Financial Group Life atau IFG Life. IFG Life ini yang akan menampung pemindahan polis dari Jiwasraya yang haknya belum dibayarkan sejak 2018.

Tidak hanya dalam menanggulangi masalah dari kasus Jiwasraya, IFG juga turut menjalankan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). IFG melalui anggota holding telah menyalurkan penjaminan kredit modal kerja KUR senilai Rp 143 triliun dan penjaminan UMKM senilai Rp 8.3 triliun kepada lebih dari 200.000 pelaku UMKM.

 

Hubungan Asuransi dan Pasar Modal

Sekilas tentang bisnis model dari industri asuransi. Ada beberapa jenis asuransi: asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi travel, dan lain sebagainya. Asuransi adalah bisnis di mana client memindahkan risiko dari dirinya kepada pihak perusahaan asuransi. Di mana sebagai ganti perpindahan risiko ini, client tadi membayarkan sejumlah premi kepada perusahaan asuransi.

 

 

Okay, jadi client tenang karena risikonya ada yang menanggung, dan perusahaan asuransi juga mendapatkan bayaran per bulan dari menanggung risiko tadi. Nah, uang yang didapatkan oleh perusahaan asuransi kemudian dikelola oleh internal untuk dikembangkan. Bagaimana cara mengembangkannya? Jawabannya: salah satu caranya adalah dengan cara mengalokasikan dananya ke instrumen keuangan, dan salah satunya adalah: saham.

Mari kita bahas perspektif dan pola pengelolaan keuangan perusahaan asuransi dengan cara membelikan ke saham. Berdasarkan data terakhir per bulan Juni 2020 kemarin, Rp 300 triliun dari Rp 500 triliun dana kelolaan perusahaan asuransi ditempatkan di pasar modal (sekitar ±60%). Artinya, semakin tinggi dana kelolaan perusahaan asuransi, semakin tinggi juga dana yang akan masuk ke pasar modal. Artinya, hal ini akan menjadi angin segar bagi investor mengingat ada investor lain dari industri asuransi yang menginvestasikan dananya di dalam pasar modal.

 

Dampak Dibentuknya Holding BUMN Asuransi terhadap Pasar Modal Indonesia

IFG sebagai pengelola dana akan mencari instrumen sebagai tempat untuk menempatkan dananya. Salah satu tujuan yang sangat feasible adalah: pasar modal. Sebelumnya, total aset IFG adalah sebesar Rp 4.7 triliun. Tetapi, setelah dikonsolidasikan bersama dengan institusi lainnya seperti Jasa Raharja, Jamkrindo, Jasindo, dan Askrindo, maka total aset menjadi sebesar Rp 72.5 triliun. Dari sisi total ekuitas BPUI juga meningkat dari Rp 1.3 triliun menjadi Rp 36.7 triliun, dan total pendapatan holding juga meningkat drastis dari Rp 127 miliar menjadi Rp 4.2 triliun. Terakhir, dari laba bersih holding secara keseluruhan juga meningkat dari Rp 19 miliar menjadi Rp 546 miliar.

Sebagai perbandingan, total aset industri asuransi Indonesia per Juli 2020 adalah sebesar Rp 703 triliun – atau setara dengan ±4% dari GDP Indonesia. Tetapi, secara mayoritas dari segmen asuransi ini masih didominasi oleh perusahaan internasional. Oleh karena itu, IFG Life diharapkan dapat mendobrak pasar asuransi nasional dan memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia, khususnya di bidang proteksi jiwa, kesehatan, serta dana pensiun, dan termasuk melakukan migrasi portofolio Jiwasraya yang telah selesai direstrukturisasi oleh Jiwasraya.

 

 

Dampaknya nanti: dana yang dikelola oleh IFG dapat masuk ke industri pasar modal sebagai salah satu sarana alokasi aset selain instrumen pendapatan tetap lainnya seperti deposito maupun obligasi negara. Hal ini akan menjadi dampak yang positif bagi perkembangan pasar modal Indonesia.

Dengan jumlah aset sekarang, sebeasr Rp 72.5 triliun, akan mampu menambah kapitalisasi pasar modal yang sekarang berada di kisaran Rp 6.600 triliun, tentu saja penambahan beberapa puluh triliun akan berdampak terhadap peningkatan IHSG. Tetapi perlu kami ingatkan bahwa kita masih belum tahu besaran penempatan dana dari IFG ke pasar saham Indonesia. Tetapi, setidaknya kita sudah mengetahui jumlah dana kelolaannya sehingga dapat menjadi gambaran tentang katalis positif yang dapat terjadi ke depannya. Perlu Anda ingat juga bahwa angka ini masih dapat bertumbuh jauh ke depannya, mengingat potensi industri asuransi yang masih besar juga (hanya sekitar ±1.7% masyarakat Indonesia yang memiliki produk asuransi).

 

Kesimpulan

Pemerintah telah membuat IFG atau Indonesia Financial Group, di mana IFG adalah perubahan brand dari PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) yang notabene merupakan induk holding perusahaan asuransi dan penjaminan milik BUMN. IFG sendiri memiliki beberapa anak usaha: PT Jasa Raharja, PT Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo), PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo), PT Graha Niaga Tata Utama, PT Bahana TCW Investment Management, PT Bahana Sekuritas, PT Bahana Artha Ventura, dan PT Bahana Kapital Investa.

Konsolidasi yang terjadi di dalam IFG membuat kondisi keuangan, dana kelolaan dan profitabilitas IFG meningkat: total aset menjadi Rp 72.5 triliun (dari Rp 4.7 triliun), ekuitas meningkat menjadi Rp 36.7 triliun, total pendapatan menjadi Rp 4.2 triliun (dari Rp 127 miliar), dan laba bersih meningkat menjadi Rp 546 miliar (dari Rp 19 miliar).

Meningkatnya aset dan dana kelolaan di industri asuransi akan menjadi angin segar bagi industri pasar modal, mengingat sekitar 60% dari total dana kelolaan industri asuransi bernaung di pasar modal. Kami melihat potensi masa depan industri asuransi di Indonesia akan sangat berkolerasi positif dengan pertumbuhan industri pasar modal. Seiring dengan meningkatnya jumlah dana kelolaan asuransi di bawah holding IFG setiap tahunnya, kami mengekspektasikan untuk industri pasar modal akan meningkat juga.

 

Nah, untuk Anda yang ingin atau sedang menyusun investing plan Anda, tapi memiliki waktu yang terbatas untuk mengolah banyaknya informasi yang beredar, Anda bisa menggunakan Monthly Investing Plan edisi Desember 2020 yang akan segera terbit…

Monthly Investing Rivan Kurniawan

 

 

###

 

Info:

 

 

Tags : IFG Sebagai Holding BUMN | IFG Sebagai Holding BUMN | IFG Sebagai Holding BUMN | IFG Sebagai Holding BUMN | IFG Sebagai Holding BUMN | IFG Sebagai Holding BUMN | IFG Sebagai Holding BUMN | IFG Sebagai Holding BUMN | IFG Sebagai Holding BUMN | IFG Sebagai Holding BUMN | IFG Sebagai Holding BUMN | IFG Sebagai Holding BUMN | IFG Sebagai Holding BUMN | IFG Sebagai Holding BUMN 

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Komentar

Artikel Lainnya

Youtube Update

Our Social Media

Arsip Artikel