Gejala Krisis 10 tahunan

Terakhir diperbarui Pada 27 Februari 2019 at 12:47 pm

Kemarin, email Penulis kembali kebanjiran pertanyaan yang menanyakan bahwa di awal Februari 2018 ini IHSG cukup tertekan, apalagi kemarin IHSG drop 1.69% (bahkan sempat anjlok sampai 2.5%)… Apakah ini tanda-tanda bahwa IHSG akan mengalami krisis? Penulis akan coba membahas nya saja dalam artikel ini, agar lebih banyak orang yang bisa lebih memahami. Sebelumnya, Penulis juga sempat membuat artikel mengenai tips berinvestasi menghadapi market bearish, yang artikelnya dapat Anda baca kembali di sini. Okay, kita langsung to the point

Dalam beberapa kesempatan, Penulis sering mengatakan bahwa kita perlu membedakan antara koreksi IHSG dengan krisis. Sebuah krisis tidak terjadi secara tiba-tiba. Berkaca pada krisis yang terjadi di masa lalu, krisis terjadi karena ekonomi yang melaju cepat sehingga terlalu lelah untuk dipacu lebih jauh lagi. Analoginya, kalau kita membawa mobil dengan top speed 200 KM/H secara terus menerus tanpa stop, kemungkinan mesin mobil akan menjadi overheating dan menjadi rusak setelahnya. Demikian pula dengan keadaan ekonomi, krisis yang terjadi di masa lalu adalah karena ekonomi yang terlalu lelah untuk dipacu.

Pada krisis 1998 misalnya, ekonomi dipacu sedemikian rupa sehingga terjadilah bubble di bidang ekonomi. Selepas krisis 1998, ekonomi kembali dipicu secara cepat dengan perkembangan internet (yang dikenal dengan dot com bubble) yang menyebabkan valuasi perusahaan-perusahaan internet berada di luar batas kewajaran. Tahun 2008, krisis terjadi karena harga property digenjot sedemikian rupa tanpa dibarengi dengan kemampuan masyarakat untuk menanggung nya, dan akhirnya krisis pun terjadi. Entah kebetulan atau tidak krisis besar yang terjadi kebetulan membentuk pola 10 tahunan (1998, 2008, 2018?). Inilah dasar dari rumor serta ketakutan banyak pihak akan terjadinya krisis di tahun 2018 ini.

Sedangkan kalau kita lihat kembali apa yang terjadi beberapa tahun belakangan ini justru tidak demikian. Pertumbuhan ekonomi justru sempat melemah menjadi 4.8% ketika tahun 2015. Pertumbuhan ekonomi mulai bangkit sejak 2016 (tumbuh 5.0%) dan dilanjutkan di tahun 2017 di mana baru-baru ini BPS merilis pertumbuhan ekonomi per Desember 2017 adalah sebesar 5.2%.  Kalau diibaratkan sebuah siklus, justru pertumbuhan ekonomi kita masih dalam tahap early recovery.

 

Gambar Atas : Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2008 – 2018

 

Gambar Bawah : Economic Cycle.

Perhatikan kira-kira Pertumbuhan Ekonomi Indonesia saat ini berada di tahap mana? 

 

Selain pertumbuhan ekonomi, krisis juga biasanya berawal dari tingkat inflasi yang tinggi. Inflasi ini merupakan akibat dari pertumbuhan ekonomi tadi. Dengan bertumbuhnya ekonomi yang terlalu cepat, maka inflasi juga bisa naik tidak terkendali. Coba lihat data inflasi yang terjadi selama 20 tahun terakhir di bawah ini. Perhatikan bahwa krisis yang terjadi adalah karena inflasi bergerak naik secara signifikan melebihi rata-rata inflasi. (ingat inflasi tahun 1998 adalah 81% !). Prinsip ekonomi mengatakan apabila inflasi bergerak naik, maka akan memicu kenaikan suku bunga pinjaman. Suku bunga pinjaman yang tinggi ini membuat masyarakat memiliki ekspektasi yang tinggi juga terhadap investasi sehingga pada suatu titik tidak ada bisnis yang mampu memenuhi sehingga akan terjadi stagnansi bisnis. Perhatikan gambar di samping ini. Ketika krisis terjadi, akan diawali dengan tingkat inflasi yang naik signifikan sebelumnya. Sedangkan per Januari 2018, tingkat inflasi masih terbilang cukup rendah yaitu di 3.25%

 

Inflasi 1998 – 2018. Perhatikan inflasi yang terjadi 1998 dan 2008

 

Jadi secara overall, Penulis melihat bahwa setidaknya sampai saat ini signal-signal menuju krisis belum tampak. Meskipun demikian, secara valuasi IHSG saat ini yang berada di 6500 – 6600 jelas tidak bisa dibilang murah lagi untuk saat ini. Oleh karena itu koreksi IHSG tetap mungkin akan terjadi dan bisa terjadi kapanpun. Koreksi sehat mutlak diperlukan agar IHSG bisa naik kembali ke posisi yang lebih tinggi lagi (dengan catatan rata-rata perusahaan juga mencatatkan kinerja yang lebih baik juga).

Hanya saja, tidak seperti krisis yang membuat semua harga saham turun tanpa pandang bulu, dalam koreksi IHSG yang sehat, sejumlah saham tetap berpeluang untuk mencetak kenaikan harga sahamnya. Dan hey, Penulis punya kabar gembira untuk Anda. Kabar gembiranya adalah berdasarkan sejarah, masa koreksi IHSG tidak pernah di atas 1 tahun. Masa bearish IHSG paling lama adalah 6 bulan pada tahun 2015 dan 10 bulan pada tahun 2008 (itu pun karena tahun 2008 terjadi krisis global). Namun di luar dua periode tersebut, masa bearish akan terjadi “hanya” 2 – 4 bulan saja, misalkan ketika

  • IHSG terkoreksi dari 3000 an pada Juli 2010 ke 2500 an pada September 2010 (2 bulan –> koreksi 15%)
  • IHSG terkoreksi dari 4000 an pada Juli 2011, ke 3300 an pada September 2011 (2 bulan –> koreksi 11%)
  • IHSG terkoreksi dari 5000 an pada Mei 2013, ke 3900 an pada Agustus 2013 (4 bulan –> koreksi 25%)

Artinya, kalaupun IHSG akan kembali memasuki fase bearish, kita hanya akan “berpuasa” beberapa bulan saja..

 

Info:

  • Monthly Investing Plan Februari 2018 sudah terbit, Anda dapat memperolehnya di sini
  • Join Our Telegram Channel : t.me/ValueInvestingIndonesia untuk mendapatkan update tentang Value Investing. Gratis !
  • Jadwal Value Investing Bootcamp (For Beginner) dapat dilihat di sini. Info lebih lanjut WA 0812-9828-9288 (Afiandy)
  • Jadwal Workshop Value Investing (For Intermediate) dapat dilihat di sini. Info lebih lanjut WA 0896-3045-2810 (Johan)

 

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

reCaptcha v3
keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *