Terakhir diperbarui Pada 25 April 2024 at 1:13 pm
Daftar Isi
Artikel telah ditinjau oleh: Stock Market Analyst RK Team
ULTJ merupakan perusahaan multinasional yang juga merupakan market leader produsen produk susu cair segar, minuman ringan dan beberapa minuman siap saji lainnya dengan proses UHT. Produk-produk ULTJ juga menjadi market leader di bidang industri minuman dalam kemasan di Indonesia. Sebut saja Susu Ultrajaya, yang menjadi kontributor pendapatan terbesar ULTJ, saat ini menjadi Market Leader 41%. Produk keluaran ULTJ lainnya seperti Teh Kotak juga menjadi Market Leader sebesar 71%.
Di sisi lain, data menunjukkan bahwa tingkat konsumsi susu di Indonesia masih sangat rendah, yaitu hanya sekitar 12 liter per kapita, jauh di bawah negara-negara ASEAN lainnya seperti Malaysia (50.9 liter), Thailand (33.7 liter), dan Filipina (22.1 liter). So, bagaimana prospek saham ULTJ ke depannya ?
Sekilas Profil ULTJ
PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk dirintis sejak tahun 1960 oleh Ahmad Prawirawidjaja (Alm.), seorang pengusaha Tionghoa dan sudah bermukim di Bandung. Usaha ini mulanya hanyalah industri rumah tangga berlokasi di jalan Tambong Dalam – Bandung, dan hanya memproduksi susu. Seiring perkembangannya tepat di tahun 1970, ULTJ mulai memperkenalkan teknologi pengolahan secara UHT (Ultra High Temperature), yaitu proses pemanasan dengan suhu 140 derajat Celcius dalam waktu 3-4 detik. Melalui proses UHT ini produk minuman menjadi lebih steril karena bakteri bisa terbunuh tanpa mengurangi nutrisi dan vitamin di dalamnya. Dan selanjutnya produk susu steril ini dikemas menggunakan teknologi pengemasan dengan kemasan karton aseptik (Aseptic Packaging Material).
Sejak saat itu, ULTJ memutuskan untuk menjadikan usahanya sebagai entitas perseroan terbatas pada tahun 1971. Dan tahun 1975, ULTJ mulai memproduksi secara komersial produk minuman susu cair UHT dengan merek Ultra Milk. Sekaligus Di tahun 1978 ULTJ juga mulai memproduksi minuman sari buah UHT dengan merek Buavita dan Gogo sekitar tahun 1978, dan di tahun 1981 ULTJ memproduksi minuman teh kemasan UHT dengan brand Teh Kotak, Sari Asem Asli, dan Sari Kacang Ijo. Memasuki tahun 2008 produk minuman sari buah UHT Buavita dan Gogo milik ULTJ di akuisisi oleh PT Unilever Indonesia (UNVR), sehingga ULTJ hanya memproduksikan minuman sari buah nya untuk UNVR. Tidak hanya itu, ULTJ juga memproduksi susu untuk perusahaan lain termasuk untuk kebutuhan ekspor. ULTJ sendiri hingga saat ini, memiliki satu pabrik produksi skala besar yang berlokasi di Padalarang – Jawa Barat.
Pada Juli 1990 ULTJ melantai di Bursa Efek Indonesia (pada saat itu masih bernama Bursa Efek Jakarta), dengan melakukan penawaran perdana sahamnya kepada masyarakat. Adapun pembagian kepemilikan saham ULTJ adalah sebagai berikut:
Kepemilikan Saham ULTJ. Source : Laporan Tahunan 2017
Hal-hal Menarik dari Bisnis ULTJ
ULTJ sebagai perusahaan yang telah berdiri hampir 60 tahun ini, memang menjadi salah satu perusahaan yang memiliki sejumlah kelebihan. Beberapa kelebihan ULTJ adalah sebagai berikut :
ULTJ sebagai perusahaan yang memproduksi minuman UHT berhasil menjadi perusahaan dengan bisnis yang anti krisis.
Salah satu contohnya di tahun 2015 pada saat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di titik terendah di 4.8%. ULTJ justru mampu mencatatkan kinerja yang kinclong di tengah emiten BEI yang cenderung mengalami penurunan laba bersih. Di mana ULTJ meraih Pendapatan sebesar Rp Rp 4.3 triliun, dan juga Laba sebesar Rp 519 miliar di 2015.
Demikian halnya dengan pelemahan Rupiah hingga ke Rp 15.000,-an pada 2018 kemarin, ULTJ tidak serta merta ikut terkena dampaknya. Sebaliknya ULTJ masih mampu mencatatkan pencapaian kinerja yang cemerlang hingga akhir tahun 2018 kemarin. Bahkan pencapaian kinerja ULTJ di 2018 kemarin adalah paling besar dibandingkan dengan Pendapatan di tahun sebelumnya, dengan rata-rata CAGR 14.6%.
Peningkatan Pendapatan ULTJ dari 2011 – 2018. Source: Cheat Sheet FY2018 by RK Team
ULTJ juga menjadi perusahaan yang sangat likuid, dengan Kas yang besar.
Menurut catatan Penulis, ULTJ ini merupakan salah satu perusahaan yang paling likuid di BEI. Bukan dalam hal volume perdagangannnya, melainkan dalam hal neraca keuangannya. Dan dalam kurun waktu 8 tahun terakhir, ULTJ termasuk perusahaan yang memiliki pertumbuhan kas yang konsisten bertumbuh. Berdasarkan Laporan Keuangan ULTJ FY 2018, ULTJ memiliki kas dan setara kas sebesar Rp 1.4 triliun. Jika dibandingkan dengan liabilitas jangka pendeknya, yang sebesar Rp 635 miliar dan liabilitas jangka Panjang yang sebesar Rp 146 miliar, maka bisa dikatakan ULTJ ini mampu melunasi seluruh hutang jangka pendek dan jangka Panjang nya hanya dengan menggunakan kas nya saja.
Cash Ratio ULTJ berkisar 2.3x per tahun 2018, yang mengindikasikan bahwa Cash yang dimiliki ULTJ 2.3x lebih besar dibandingkan dengan liabilitas jangka pendeknya. Jadi kasar kata, kalaupun katakanlah Piutang ULTJ yang sebesar Rp 530.5 miliar tidak tertagih, ataupun persediaan ULTJ yang sebesar Rp 708.8 miliar hanya menumpuk di Gudang, maka detik ini juga ULTJ bisa melunasi hutang-hutangnya hanya dengan menggunakan cash nya saja dan masih menyisakan kas sebesar Rp 663 miliar. Hal ini menjadi salah satu penyebab di mana ULTJ, hampir tidak pernah mengandalkan hutang untuk menjalankan bisnisnya, maupun untuk ekspansi di tahun-tahun sebelumnya.
Peningkatan Cash ULTJ dari 2011 – 2018. Source: Cheat Sheet FY2018 by RK Team
Prospek Pertumbuhan Pasar ULTJ di Indonesia masih terbuka lebar.
Konsumsi susu di Indonesia masih relatif rendah, bahkan bisa dikatakan konsumsi susu di Indonesia berada di urutan terendah di ASEAN. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian konsumsi susu masih sekitar 11.09 liter per kapita per tahun, atau jika di rata-rata dalam 5 tahun terakhir, hanya mencapai 12 liter per kapita saja hingga 2018 kemarin. Angka ini terbilang sangat rendah bila dibandingkan dengan sejumlah negara di ASEAN yang konsumsi susunya jauh lebih tinggi. Misalkan seperti Malaysia (50.9 liter), Thailand (33.7 liter), Filipina (22.1 liter).
Meskipun konsumsi susu di Indonesia masih sangat rendah, sekitar 75% kebutuhan susu di Indonesia masih harus disupply dari import dalam bentuk skim milk powder, anhydrous milk fat, dan butter milk powder dari berbagai negara seperti Australia, New Zealand, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Sedangkan 25% nya berasal dari lokal termasuk dari ULTJ ini. Belakangan ini Pemerintah mencanangkan agar 40% dari kebutuhan susu di Indonesia harus bisa disupply oleh produsen lokal. Tentunya ini menjadi peluang tersendiri bagi ULTJ, untuk terus meningkatkan produksinya dan meluaskan kembali pemasarannya.
Risiko Berinvestasi di ULTJ
Setelah melihat ULTJ ini dari sudut pandang positif nya, Penulis juga ingin membagikan sudut pandang negatif atau risiko dalam berinvestasi di ULTJ ini. Sedikit catatan dari Penulis, Kendati ULTJ unggul dari kepemilikan kas dan setara kas yang sangat besar, namun di sisi lain hal tersebut Penulis menilai manajemen kurang memanfaatkan Kas nya secara maksimal. Misalkan dengan jumlah kas yang sempat mencapai Rp 2.1 triliun di 2017, ULTJ justru menggunakan kas nya untuk membeli Obligasi Pemerintah sebesar USD 53 juta (setara Rp 735 miliar) sehingga kas nya saat ini berkurang menjadi Rp 1.4 triliun. Dan dari Rp 1.4 triliun kas ULTJ saat ini, Rp 1.0 triliun di antaranya hanya ditempatkan dalam bentuk deposito.
Permasalahannya adalah baik pembelian Obligasi Pemerintah (Rp 735 miliar) dan Deposito (Rp 1.0 triliun), hanya menawarkan return yang kecil. Sebagai gambaran, pembelian Obligasi Pemerintah hanya menawarkan suku bunga 4.6 – 4.7% per tahun. Demikian pula, deposito hanya menawarkan suku bunga 4.4 – 5.7% per tahun.
Suku Bunga Obligasi Pemerintah. Source : Laporan Keuangan Kuartal IV-2018
Tingkat Suku Bunga Deposito ULTJ. Source : Laporan Keuangan Kuartal IV-2018
Keputusan ULTJ yang menaruh sebagian besar kas nya di dalam deposito, termasuk keputusan membeli Obligasi Pemerintah di atas, sebenarnya cukup agak disayangkan dari sudut pandang investor. Artinya dengan menaruh kas di deposito dan pembelian obligasi pemerintah, per tahunnya ULTJ hanya mendapatkan bunga sekitar Rp 60 miliar per tahunnya. Dengan kepemilikan Kas dan Setara Kas ULTJ yang sebesar Rp 1.4 triliun di 2018, seharusnya bisa digunakan untuk pengembangan pabrik, ataupun ekspansi lainnya yang dapat membuat Perusahaan bisa mendapatkan return lebih besar dari itu.
Selain itu,Meski ULTJ berkemampuan baik secara finansial, hal tersebut tidak turut tercermin dalam pembagian dividend. Bahkan, bisa dikatakan ULTJ termasuk perusahaan yang “cukup pelit” dalam membagikan Dividend. Kondisi ini ditunjukkan pada pembagian Dividend 2018 kemarin, di mana ULTJ hanya membagikan Dividend per Share Rp 10 / lembar saham (setara total Rp 116 miliar).
Jika dibandingkan dengan pencapaian laba bersih 2017 yang sebesar Rp 708.2 miliar, maka Dividend Payout Ratio (DPR) nya hanya sekitar 16%. Dan jika dibandingkan dengan harga saham yang di kisaran 1200 – 1300 an, maka Dividend Yield nya hanya sekitar 0.8%. Penulis sendiri berpendapat, seharusnya ULTJ dapat memberikan dividend yang lebih besar daripada itu sehingga bisa memberikan value lebih kepada pemegang saham.
Prospek ULTJ ke depan
Terlepas dari Pro dan Kontra di atas, ULTJ sendiri memang masih terus melanjutkan trend positif pertumbuhannya. Berdasarkan Laporan Keuangan Kuartal IV-2018 kemarin ULTJ memang mengalami peningkatan Pendapatan menjadi Rp 5.4 triliun, atau naik sekitar 12.5% dari Pendapatan sebesar Rp 4.8 triliun di 2017. Seiring meningkatnya Pendapatan, Beban Pokok Penjualan ULTJ pun turut mengalami kenaikan menjadi Rp 3.5 triliun atau naik sekitar 16.6% dari Beban Pokok Penjualan sebesar Rp 3.0 triliun di 2017.
Meski mengalami kenaikan Beban Pokok Penjualan, namun Gross Profit ULTJ di 2018 masih mencatatkan peningkatan menjadi Rp 1.9 triliun, meningkat sekitar 5.5% dari Gross Profit sebesar Rp 1.8 triliun di 2017. Sayangnya ULTJ harus mencatatkan penurunan tipis dari Laba Bersih sebesar Rp 708 miliar di 2017, turun sekitar -1.5%% menjadi Rp 697 miliar di 2018 (karena faktor selling expenses).
Meski Laba Bersih menurun, Penulis sendiri melihat kinerja ULTJ secara keseluruhan memiliki daya tarik tersendiri untuk investasi jangka panjang. Hal itu bisa terlihat mulai dari Neraca Keuangan ULTJ yang bisa dikatakan hampir tidak pernah bermasalah, apalagi dipusingkan soal hutang-hutangnya, seperti yang Penulis sudah jelaskan pada bagian sebelumnya.
Peluang ULTJ untuk bertumbuh ke depannya juga masih berpotensi lebar, mengingat di atas Penulis juga sudah menjelaskan bahwa tingkat konsumsi susu yang masih rendah dibandingkan dengan negara lainnya justru merupakan suatu opportunity untuk bertumbuh. Di sisi lain, akan semakin ditingkatkan juga bersamaan dengan rencana Pemerintah yang akan menargetkan industri lokal mampu mensupply 40% dari kebutuhan susu domestik pada tahun 2025 mendatang.
Bersamaan dengan itu Pemerintah juga menargetkan peningkatan konsumsi susu menjadi sekitar 23 liter per kapita di tahun 2025 mendatang dengan asumsi potensi konsumsi susu akan meningkat sekitar 2x lipat dalam waktu 5 – 6 tahun ke dapan.
ULTJ sendiri sudah aware akan hal ini, sejalan dengan progress ULTJ akan mengembangkan proyek peternakan sapi perah milik anak usahanya PT Ultra Sumatera Dairy Farm, yang sekitar 69% sahamnya dimiliki oleh ULTJ dan berlokasi di Berastagi – Sumatera Utara. Nantinya pengembangan peternakan ini selain untuk meningkatkan produksi susu segar sesuai rencana Pemerintah, juga untuk memenuhi kebutuhan bahan baku ULTJ. Bahkan ULTJ melalui anak usahanya ini, sudah menerima populasi sapi dari Australia sejak 2 Oktober 2018. Sedangkan di tahun ini, anak usaha ULTJ ini sudah siap beroperasi dengan sekitar 2.000 sapi perah. Di samping itu untuk jangka panjang, akan beroperasi dengan 6.000 sapi perah.
Di sisi lain, bisnis produk susu ULTJ pun akan terbantu oleh fokus Pemerintah di tahun ini dengan adanya rencana program menggenjot sektor manufaktur dengan penerapan industri 4.0 di lima sektor : Makanan dan Minuman (termasuk ULTJ), Tekstil dan Pakaian, otomotif, Elektronik, dan Kimia.
Sektor manufaktur yang berkontribusi 60% terhadap PDB Nasional, di mana Anda bisa mempelajarinya kembali melalui link di bawah ini:
[Baca lagi : Pertumbuhan Ekonomi dan Peranan Industri Manufaktur]
ULTJ di Harga 1200,-an, Apakah Menarik ?
Jika dilihat secara valuasi ULTJ yang saat ini dihargai pada 1200-an, mencerminkan valuasi dengan PER 20.4x dan PBV 3.0x. Sedangkan ROE dari ULTJ saat ini adalah sebesar 15%, tentu valuasi ULTJ ini memang belum bisa dikatakan sangat murah. Namun sebagai catatan, ULTJ sendiri nyaris tidak pernah diperdagangkan pada valuasi yang sangat murah, karena kinerjanya yang memang sangat konsisten.
Namun demikian, jika valuasi saat ini dibandingkan dengan valuasi ULTJ di tahun sebelumnya, di mana ULTJ ini lebih banyak diperdagangkan pada PER 24 – 30x dan PBV 3.7 – 6.0x, maka valuasi saat ini masih terbilang acceptable. Berikut adalah valuasi PER dan PBV ULTJ dalam beberapa tahun terakhir yang bisa Anda jadikan sebagai referensi.
Valuasi ULTJ | |||
PER | PBV | ROE | |
2018 | 20.4x | 3.0x | 15% |
2017 | 21.1x | 3.7x | 17% |
2016 | 18.8x | 3.8x | 20% |
2015 | 22.0x | 4.1x | 19% |
2014 | 36.9x | 4.8x | 13% |
2013 | 40.0x | 6.5x | 16% |
Perbandingan Valuasi ULTJ dari 2013 – 2018
Penulis sendiri berpendapat bahwa ULTJ ini lebih cocok dijadikan dipegang dalam timeframe jangka panjang untuk memberikan profit yang lebih maksimal. Jika Anda memegang ULTJ ini hanya < 1 tahun, kemungkinan besar Anda memang belum mendapatkan apa-apa, sehingga ULTJ ini juga kurang cocok untuk trader jangka pendek apalagi scalper.
Subscribe Monthly Investing Plan terbaru dapatkan Portfolio Update, ikuti Meet The Company, dan Live Discussion! Buruan!
Kesimpulan
Investor perlu mencermati sejumlah kelebihan dan risiko dalam berinvestasi di saham ULTJ. Beberapa kelebihan ULTJ di antaranya adalah pertumbuhan profitabilitas yang sangat konsisten (Ultrajaya dan Teh Kotak konsisten mempertahankan posisi sebagai market leader), jumlah kas yang sangat besar (sangat likuid), dan potensi pertumbuhan yang masih terbilang sangat besar.
Namun ULTJ tidak lepas dari beberapa risiko, seperti pengelolaan kas dan setara kas yang kurang maksimal (sebagian besar hanya ditempatkan di deposito dan obligasi pemerintah), dan juga pembagian dividen yang relative kecil.
Terlepas dari pro dan kontra, Bisnis ULTJ masih memiliki potensi besar di pasar minuman kemasan, seiring dengan tingkat konsumsi susu yang relative rendah dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Selain itu, kinerja ULTJ juga dapat terdorong denganprogram Pemerintah yang ingin industri lokal mampu mensupply 40% dari kebutuhan susu domestik, dan meningkatkan konsumsi susu dari 12 liter per kapita menjadi 23 liter per kapita di tahun 2025 mendatang.
Dengan valuasi saat ini yaitu PER 20.4x dan PBV 3.0x, ULTJ belum dapat dikatakan salah harga. Namun demikian, valuasi saat ini masih jauh di bawah valuasi ULTJ di tahun-tahun sebelumnya. Nah Penulis sudah mencoba untuk menjelaskan positive side dan negative side dari ULTJ ini. Sekarang keputusannya di tangan Anda.***
###
DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!
Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.
karena prospeknya yg bagus menurut saya, ketimbang resikonya yg tidak terlalu berbahaya. ULTJ layak di koleksi. terimakasih Pak
terimakasih reviewnya, pembahasan yg sangat membantu