kinerja saham ASSA

Di Balik Profitabilitas yang Cemerlang, Ternyata Kondisi Keuangan ASSA Mengkhawatirkan…


Terakhir diperbarui Pada 21 February 2019 at 12:11 pm

ASSA merupakan salah satu perusahaan di BEI yang memiliki pencetakan Pendapatan dan Laba Bersih yang positif. Sebagai gambaran, di tahun 2011 – 2018, Pendapatan ASSA meningkat secara konsisten dengan CAGR 18% per tahun. Demikian pula, Laba bersih ASSA meningkat secara konsisten dengan CAGR 46.3% per tahun. Sayang nya kenaikan Laba Bersih ASSA yang konsisten itu, tidak disertai dengan Cash Flow nya yang baik. Karena cash flow yang kurang baik, ASSA bahkan harus menerbitkan sejumlah hutang untuk mendukung ekspansinya. Sehingga di balik profitabilitas yang terlihat kinclong, sebenarnya ada sesuatu yang mengganjal di tengah kondisi keuangan ASSA saat ini. Bagaimana kinerja saham ASSA yang sebenarnya ? Silakan baca selengkapnya pada artikel ini.

 

Company Profile ASSA

PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) sebagai perusahaan layanan transportasi terbesar di Indonesia, menyediakan jasa penyewaan kendaraan untuk kebutuhan korporasi, transportasi logistik dan layanan pengemudi. Dirintis sejak tahun 2013 dengan armada awal sejumlah 819 unit kendaraan dibawah nama Adira Rent. Kemudian pada Oktober 2010,  resmi berganti nama menjadi ASSA Rent.

Perkembangan usaha ASSA cukup pesat, ASSA sudah mengelola lebih dari 21.300 unit kendaraan dan sekitar 4.100 pengemudi melayani lebih dari 1.000 perusahaan di Indonesia dihampir semua kota besar utama. ASSA juga memberikan jaminan kelancaran operasional melalui 44 jaringan di seluruh Indonesia, lebih dari 864 bengkel perbaikan resmi.

 

ASSA : Profitable Company Namun Tidak Menghasilkan Nilai Tunai Operasi ?

Sebagai seorang investor, mungkin jika kita hanya memberikan perhatian kepada laporan laba rugi, ASSA ini termasuk perusahaan yang diidam-idamkan karena pertumbuhan laba bersih dan pendapatan yang konsisten. Di tahun 2018 sendiri, kinerja profitabilitas ASSA masih tergolong baik, di mana ASSA mencatatkan Pendapatan Rp 1.8 triliun (2018 Anlz), meningkat 7% YoY dibandingkan dengan pendapatan 2017 yang sebesar Rp 1.6 triliun. Demikian pula, meningkatnya Pendapatan ASSA juga diikuti dengan kenaikan Laba Bersih dari Rp 103 miliar di 2017 menjadi Rp 142 miliar di 2018 (Anlz), atau bertumbuh 37%.

Namun sayangnya, kinerja profitabilitas yang konsisten ini tidak disertai dengan kinerja arus kas yang baik. Sebagai contoh, di tahun 2011 – 2015, ASSA lebih banyak mencatatkan arus kas operasi Negatif. Secara rata-rata, di tahun 2011 – 2015 arus kas operasi ASSA adalah negative Rp 100 miliar per tahun. Barulah di tahun 2016 – 2018 ini, ASSA baru bisa menghasilkan arus kas operasi positif sekitar Rp 150 miliar per tahun.

Permasalahannya tidak berhenti sampai di situ, di Kuartal III 2018 ini pun ketika ASSA mampu menghasilkan arus Kas Operasi positif sebesar Rp 148.7 miliar, dan dikurangi dengan kebutuhan untuk investasi sebesar Rp 98.9 miliar, ASSA masih menyimpan Free Cash Flow sebesar Rp 49.8 miliar. Jika Penulis menjadi manajemen ASSA, seharusnya Penulis akan menggunakan Free Cash Flow ini untuk melunasi sebagian dari hutang-hutangnya yang mulai menumpuk. Namun apa yang terjadi justru sebaliknya, ASSA justru menambah pinjaman bank jangka Panjang sebesar Rp 602 miliar + Pinjaman jangka pendek sebesar Rp 116.6 miliar, yang detailnya dapat Anda lihat pada screenshot di bawah ini :

 

Financing Cash Flow ASSA. Source : Laporan Keuangan ASSA Kuartal III-2018

 

Pengelolaan Kas Flow Kurang Baik -> Hutang Menumpuk ?

Pola arus kas seperti ini agak membingungkan bagi Penulis. Karena ASSA sendiri masih menyimpan hutang yang cukup banyak dan memberatkan. Sebagai gambaran, per Kuartal III 2018 ini, ASSA masih memiliki jumlah liabilitas sebesar Rp 2.6 triliun, dengan rincian liabilitas jangka pendek sebesar Rp 1.0 triliun, dan liabilitas jangka Panjang sebesar Rp 1.6 triliun. Sementara ekuitas nya? Saat ini ASSA hanya memiliki ekuitas sebesar Rp 1.1 triliun. Artinya, jumlah liabilitas ASSA saat ini adalah 2.5x lebih besar dibandingkan dengan ekuitas nya (DER : 2.5x). Tentu ini bukan kondisi yang ideal bagi sebuah perusahaan.

Dan apabila kita teliti lebih dalam, dari jumlah Liabilitas ASSA yang saat ini mencapai angka Rp 2.6 triliun, kita akan menemukan bahwa sebagian besar dari total liabilitas tersebut adalah Hutang Berbunga. Kalau dirinci secara detail, per Kuartal III 2018 ini ASSA memiliki sejumlah hutang berbunga seperti :

  • Pinjaman Bank Jangka Pendek : Rp 116 miliar
  • Pinjaman bank Jangka Panjang yang akan jatuh tempo < 1 tahun : Rp 665 miliar
  • Pinjaman bank Jangka Panjang : Rp 1.4 triliun.

Bila dikalkulasikan, maka jumlah Hutang berbunga ASSA mencapai angka Rp 2.1 triliun. Artinya, 85% dari total liabilitas ASSA adalah hutang berbunga. Kembali lagi, ini merupakan catatan yang kurang baik bagi kesehatan keuangan Perusahaan.

 

Dampak Dari Hutang Berbunga -> Profitabilitas Berkurang

Setelah Anda memahami bahwa sebagian besar (85%) dari hutang yang dimiliki ASSA merupakan hutang berbunga. Selanjutnya, Anda perlu memahami dampaknya bagi profitabilitas ASSA itu sendiri. Sebagaimana kita ketahui, apabila sebuah perusahaan memiliki hutang bank, maka perusahaan tidak hanya harus membayarkan pokok hutang, melainkan juga beban bunga nya. Beban bunga ini lah yang timbul pada Laporan Laba Rugi.

Dampak dari jumlah hutang berbunga jangka pendek dan jangka panjangnya ASSA, membuat Beban Bunga ASSA mencapai Rp 128 miliar per Kuartal III-2018. Ini adalah angka beban bunga yang besar, bahkan tergolong sangat besar.  Beban bunga sebesar itu cukup menggerus profitabilitas ASSA. Sebagai gambaran, laba operasi ASSA per Kuartal III 2018 adalah sebesar Rp 263.4 miliar. Namun karena beban bunga Rp 128 miliar tersebut (ditambah dengan beban pajak), maka ASSA hanya mampu menikmati laba bersih setengahnya saja, yaitu Rp 106.4 miliar. Padahal kalau ASSA ini bisa menjaga hutangnya, laba bersih nya tentu akan jauh lebih besar…

Kondisi ini akan berbeda kalau ASSA bisa menjaga pertumbuhan hutangnya, justru akan membuat Laba ASSA semakin bertumbuh lebih besar.

 

Likuiditas ASSA, Mengkhawatirkan ?

Di awal Penulis menyampaikan bahwa di balik profitabilitas yang terlihat kinclong, sebenarnya ada sesuatu yang mengganjal di tengah kondisi keuangan ASSA saat ini. Apakah ganjalan yang dimaksud?

Meskipun Pendapatan dan Laba Bersih meningkat secara konsisten, tapi ASSA termasuk perusahaan yang kurang likuid secara kesehatan finansial. Sebagai gambaran saat ini seharusnya ASSA memiliki Kas Rp 65 miliar saja (namun karena pinjaman bank yang dijelaskan pada bagian sebelumnya, jumlah Kas ASSA sekarang menjadi Rp 182.9 miliar).

Sementara seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya, jumlah liabilitas jangka pendek ASSA saat ini sebesar Rp 1.0 triliun. Dengan asumsi ASSA bisa menjual semua aset lancar yang saat ini senilai Rp 539 miliar pun (Liquidity Ratio : 0.54x), secara logika belum bisa menutupi liabilitas jangka pendek. Oleh karena itu, opsi menerbitkan pinjaman jangka panjang Rp 600 miliar + pinjaman jangka pendek Rp 116 miliar menjadi satu-satunya pilihan. Dengan demikian, tentu saja berisiko bagi seorang investor, apalagi jika tujuannya adalah untuk investasi jangka menengah – Panjang, untuk menginvestasikan uangnya pada Perusahaan yang memiliki likuiditas kurang baik.

 

Kesimpulan

Secara profitabilitas, ASSA sebenarnya merupakan perusahaan yang mencetak peningkatan Pendapatan yang konsisten dan kondisi Laba Bersih ASSA yang juga meningkat konsisten. Dengan kondisi seperti itu, sebenarnya kinerja saham ASSA ini berpotensi untuk bisa menjadi great company.

Namun sayangnya, meskipun secara profitabilitas ASSA terlihat baik-baik saja, Sayang nya kinerja saham ASSA termasuk perusahaan yang kurang baik dalam hal menjaga cash flow nya. Sehingga, Perusahaan agak bergantung kepada hutang untuk menjalankan ekspansinya. Dan entah disadari manajemen atau tidak, kinerja saham ASSA saat ini kurang mendukung secara likuiditas karena finansial nya yang kurang baik.

Dengan kondisi hutang berbunga mencapai 85% dari total liabilitas, beban bunga yang ditimbulkan cukup menggerus profitabilitas ASSA. Belum lagi, investor juga perlu waspada dengan kondisi di mana jumlah aset lancar ASSA yang saat ini jauh di bawah liabilitas jangka pendek (Liquidity Ratio : 0.54x), bisa saja menjadi bom waktu di masa yang akan datang.

 

###

 

Info:

  • Monthly Investing Plan November 2018 sudah terbit. Anda dapat memperolehnya di sini.
  • Cheat Sheet LK Q3 2018 sudah terbit, Anda dapat memperolehnya di sini.
  • E-Book Quarter Outlook LK Q3 2018 sudah terbit. Anda dapat memperolehnya di sini.
  • Jadwal Workshop :
    • Workshop Value Investing (Jakarta, 17 November 2018) dapat dilihat di sini.
    • Workshop Value Investing (Jogja, 24 November 2018) dapat dilihat di sini.
    • Workshop Value Investing (Bandung, 8 Desember 2018) dapat dilihat di sini.

 

 

Tags : Kinerja Saham ASSA, Kinerja Saham ASSA, Kinerja Saham ASSA, Kinerja Saham ASSA, Kinerja Saham ASSA, Kinerja Saham ASSA

 

Tags: ASSA
1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

8 Comments

  • Putu Merta
    7 November 2018 at 10:11 AM

    Ini yang bapak gambarkan baru sebatas membaca laporan keuangan saja. Namun harusnya kalau bisa digambarkan juga proses bisnisnya sehingga bisa dijawab mengapa hutang sudah besar berani berhutang lagi. Kalau diulas juga proses bisnisnya pasti akan terjawab juga.

    • Putu Merta
      7 November 2018 at 10:27 AM

      Ini juga sepertinya solusinya akan nambah utang jangka panjang lagi, untuk bayar hutang yang jatuh tempo. Saya setuju ini perusahaan kurang likuid

      • Rivan
        Rivan Kurniawan
        15 November 2018 at 6:20 AM

        Thanks for your feedback.. Sure, untuk proses bisnis nya nanti kita coba dilengkapi lagi di lain waktu untuk melengkapi pemahaman mengenai mengapa solusi untuk ekspansi nya adalah dengan menambah hutang..

  • investor gelandangan
    9 November 2018 at 10:05 AM

    halo pak rivan…saya pembaca blog bapak, sekaligus antusias dengan laporan keuangan, saya berbeda sependapat dengan analisa bapak diatas, yang saya yakini model bisnis itu beraneka ragam, jadi tidak juga melulu tentang freecash flow, bila kita screner, maka kita akan mendapat perusahaan dengan FCF yg konsisten adalah perusahaan yg mahal, Growing ..nanti dulu

    saya setuju pengelolaan arus kas adalah utama, tapi saya rasa bila hanya melihat arus kas operasi pun itu tidak cukup, ada baik nya kita menggali lebih dalam ke cash collection nya, masalah utama dari sebuah bisnes adalah “apakah dia make money dalam cash basis” & apakah cash basis tadi bertumbuh..

    maka ada kita menggali lebih dalam ttg cash collection nya , sepanjang cash collection nya tumbuh atau tidak drop terlalu dalam, arti nya bisnis sedang berjalan lancar…

    Cash Collection ASSA =
    2017 = 1.680.951
    2016 = 1.562.192
    2015 = 1.332.438
    2014 = 1.117.450

    setidak nya hampir setiap tahun ASSA menerima uang tunai hampir 1 Tn dan terus bertumbuh uang tunai yg di dapat, dimana sedikit sekali credit sales berbanding cash sales yg di punyai perusahaan

    well, di luar cost harus di akui..ini bisnis yg menarik, karena cash basis yg besar di depan.

    • Rivan
      Rivan Kurniawan
      15 November 2018 at 6:25 AM

      Halo Pak.. Nice input and feedback.. Betul bahwa cash collection ASSA bertambah setiap tahunnya… Namun di lain pihak, hutangnya bertumbuh lebih cepat ketimbang cash collection nya tadi.. Anyway, artikel ini bukan untuk mendiscourage pemegang saham ASSA, melainkan untuk memberikan sudut pandang lain yang perlu diperhatikan oleh pemegang saham.. Sehingga tidak hanya memberikan perhatikan kepada profitabilitas ASSA, melainkan juga mengenai likuiditas dari ASSA, yang menurut pandangan kami, cukup mengkhawatirkan…

  • Tedja
    9 November 2018 at 10:08 AM

    thanks pembahasanya pak..

  • Anggi
    15 February 2019 at 4:40 PM

    thanks Pak,, pembahasan yang kerennn

Komentar

Artikel Lainnya

Youtube Update

Our Social Media

Arsip Artikel