Kilang Minyak Arab Saudi Dibom, Bagaimana Dampaknya Terhadap MEDC dan ELSA?



Pasar keuangan dunia belum lama ini dihebohkan dengan kebakaran pabrik minyak yang terjadi di Pabrik Saudi Aramco di Arab Saudi.  Tak pelak, hal tersebut berdampak pada naiknya harga minyak lebih dari 10% dalam 1 hari, Kenaikan harga minyak ini juga mempengaruhi pasar keuangan Indonesia, terutama untuk emiten-emiten yang bergerak di sektor pertambangan minyak. Apa sebenarnya dampak dari peristiwa ini terhadap emiten-emiten tersebut?

 

Peristiwa Pembakaran Pabrik Minyak Aramco, Arab Saudi

Pada 14 September 2019 kemarin, tepatnya pada pukul 4.00 pagi (pukul 08.00 WIB), kebakaran dilaporkan terjadi di pabrik minyak milik Aramco di Abqaiq dan Khurais – bagian sebelah timur Arab Saudi. Kebakaran tersebut dapat dipadamkan beberapa jam kemudian dan tidak ada korban jiwa yang dilaporkan. Perlu Anda ketahui sebelumnya, Aramco merupakan salah satu pabrik penghasil minyak terbesar di dunia.

Potret Pabrik Aramco yang terbakar. Source: https://bisnis.tempo.co/read/1247942/kilang-milik-saudi-aramco-terbakar-produksi-minyak-terpengaruh

 

Pelaku pun kemudian diidentifikasi adalah Kelompok Houthi di Yaman. Kelompok Houthi tersebut pun mengaku bertanggung jawab atas serangan ini. Memang, antara Arab Saudi dan Yaman sedang terjadi ketegangan dikarenakan adanya intervensi militer di Yaman – sejak 2015. Ketegangan ini sendiri bermula dari Arab Saudi yang memimpin pasukan gabungan dari beberapa negara di Arab yang melakukan penyerangan melalui udara ke beberapa basis markas pemberonyak di Hutsi, Yaman. Pengakuan Kelompok Houthi di Yaman yang mengaku bahwa merekalah dalang dari peristiwa ini pun dirasa benar mengingat adanya motif dari tindakan tersebut.

Tetapi, Amerika Serikat menuding bahwa dalang dari penyerangan ini adalah Iran atau Irak. Melalui pejabat senior AS – yang identitasnya tidak ingin disebutkan itu – mengatakan kepada wartawan bahwa penyerangan tersebut diluncurkan bukan dari Yaman, melainkan dari Irak atau Iran. Pejabat senior AS tersebut juga mengatakan kepada media Reuters bahwa ada indikasi juga serangan tersebut terjadi dengan menggunakan rudal jelajah – dan bukan drone.

Well, semakin banyak saja kejadian yang membuat pasar keuangan dunia bergejolak, dari trade war, peluang resesi, beberapa yang telah krisis, dan sebagainya. Kebetulan, kemarin penulis ada menulis artikel tentang potensi resesi ekonomi di tahun 2020, Anda dapat membaca artikel tersebut melalui link berikut ini:

[Baca Lagi : Potensi Resesi Ekonomi di Tahun 2020]

 

Dampak dari Terbakarnya Pabrik Aramco

Seperti yang penulis sampaikan sebelumnya, Pabrik Aramco merupakan salah satu produsen minyak terbesar di dunia. Dalam kondisi normal, pabrik minyak di Aramco berkontribusi sebanyak 7 juta barel minyak per hari (data tahun 2018) atau berkontribusi terhadap 7% produksi minyak dunia.

Akibat peristiwa ini juga, pabrik Aramco terpaksa untuk menutup fasilitas kilang minyak yang mengakibatkan pemotongan produksi minyak negara Arab Saudi, dari yang awalnya dapat memproduksi 9,8 juta barel minyak per hari menjadi hanya 4,1 juta barel minyak per hari. Itu berarti terjadi kehilangan 5,7 juta barel perhari – setara dengan lebih dari 50% produksi minyak Arab Saudi – atau sekitar 5% dari produksi global.

Dari juru bicara pabrik mengatakan bahwa pabrik diharapkan dapat kembali menghasilkan ke kapasitas normalnya pada 16 September 2019. Untuk sementara waktu, untuk menutupi kekurangan minyak tersebut perusahaan akan menggunakan cadangan minyaknya. Tercatat, pabrik Aramco memiliki cadangan minyak sekitar 260,2 miliar barel setara minyak per 2017 kemarin. Meskipun juru bicara mengatakan bahwa kapasitas produksi minyak akan kembali normal dalam waktu yang relatif singkat, pejabat pemerintahan Arab Saudi memperkirakan – untuk memulihkan produksi secara normal lagi – akan memerlukan waktu berminggu-minggu, bukan hanya beberapa hari.

Menurunnya supply dari minyak yang signfikan tersebut pastinya akan mempengaruhi harga minyak dunia. Lihat saja harga acuan Brent yang pada saat berita tentang peristiwa ini keluar, harga minyak Brent langsung naik 19,5% menjadi USD 71,95 per barel pada pembukaan harga minyak. Harga acuan WTI juga mengalami peningkatan sebesar 12,08% dari yang sebelumnya USD 54,85 per barel menjadi USD 61,48 per barel.

Pergerakan harga minyak acuan Brent dan WTI. Source: investing.com

 

Rencana IPO Saudi Aramco Tertunda ?

Sebelumnya, Saudi Aramco sudah merencanakan akan melakukan IPO (initial public offering). Bahkan, Saudi Aramco telah menyewa 9 investment banks untuk melakukan joint dalam rangka melaksanakan IPO-nya. Perusahaan produsen minyak terbesar di dunia ini berencana untuk melepaskan 1% sahamnya ke public melalui Riyadh Stock Exchange (atau disebut juga Saudi Stock Exchange) pada tahun ini dan 1% lagi pada tahun 2020. Targetnya, Aramco akan melepaskan total 5% sahamnya ke public.

Saudi Aramco sebelumnya telah divaluasikan sebesar antara USD 1,5 – 2 triliun, dan melalui IPO tahun ini ditargetkan Saudi Aramco akan mendapatkan dana segar sejumlah USD 15 – 20 miliar. Jika berjalan dengan lancar, maka IPO Saudi Aramco akan menjadi IPO terbesar di dunia.

Ternyata sebelum tanggal pengesahan IPO, pabrik Saudi Aramco terkena musibah penyerangan dan pembakaran pabrik minyaknya. Hal ini menyebabkan rencana IPO Saudi Aramco terhambat karena peristiwa ini justru mengakibatkan kekhawatiran para investor terhadap “keamanan” berinvestasi di Aramco. Meskipun para pejabat Arab Saudi telah melakukan usaha untuk meyakinkan para investor tentang ketahanan dan kemampuan Aramco untuk dapat bertahan dan kembali ke kondisi normal, tetapi ternyata kejadian tersebut masih menimbulkan kekhawatiran bagi para investor.

Terkait apakah Aramco akan tetap melanjutkan kegiatan IPO seperti pada rencana awal ataupun terjadi perubahan rencana, sampai saat ini belum ada informasi yang pasti dari perusahaan. Kita tunggu saja perkembangan terkait IPO perusahaan minyak ini untuk melihat juga apakah penyerangan kemarin menjadi salah satu faktor krusial dalam penentuan IPO perusahaan.

 

Dampak terhadap MEDC dan ELSA

  • PT Medco Energi International (MEDC)

PT Medco International (MEDC) merupakan salah satu emiten di Indonesia yang bergerak di bidang tambang minyak dan gas. Dengan persentase pendapatan lebih 84,8% pendapatan perusahaan berasal dari penjualan minyak dan gas bumi neto, MEDC pasti akan terkena dampak dari peristiwa terbakarnya pabrik minyak di Arab Saudi. Tapi.. dampaknya akan berupa dampak positif atau negatif nih?

Pemasukan MEDC ditinjau dari jenis pendapatan. Source: Laporan Keuangan MEDC Kuartal II-2019

 

Tujuan penjualan berdasarkan pelanggan MEDC. Source: Laporan Keuangan MEDC Kuartal II-2019

 

Terlihat, sumber pendapatan mayoritas MEDC masih berasal dari luar negeri / ekspor dengan persentase 60,3% dari total pendapatan sedangkan ke domestik hanya sekitar 39,7% dari keseluruhan pendapatan perusahaan. Berarti bisa disimpulkan bahwa MEDC lebih banyak mendulang pendapatan dari ekspor. Hal ini berarti, jika terjadi pengurangan supply minyak di dunia – yang tidak mengganggu supply MEDC, MEDC dapat memanfaatkan momentum ini untuk mencari market yang baru dan menjual minyak ke daerah tersebut. Shortage minyak karena kebakaran di pabrik Aramco kemarin memang dapat diantisipasi dari cadangan minyak yang dimiliki oleh Aramco, tetapi tidak menutup kemungkinan akan terjadi shortage di kemudian hari.

Nah, jika kita lihat dampak dari pembakaran pabrik Aramco yang menyebabkan harga minyak dunia meningkat, hipotesanya hal ini akan memberikan dampak positif kepada MEDC. Diperkirakan dengan meningkatnya harga penjualan minyak akan turut meningkatkan pendapatan MEDC.

Tetapi, yang perlu Anda pahami di sini, kasus pembakaran dan berkurangnya produksi minyak dari Aramco hanya bersifat jangka pendek saja. Dengan terbakarnya pabrik Aramco, bukan berarti produksi minyak langsung berkurang 5% per hari secara permanen, toh Aramco juga mempunyai stock cadangan minyak. Segera setelah pabrik Aramco diperbaiki dan telah kembali normal lagi, supply dan demand dari minyak akan kembali bertemu dan harga minyak akan kembali lebih stabil lagi.

 

  • PT Elnusa Tbk

PT Elnusa (ELSA) merupakan salah satu emiten di Indonesia yang bergerak di bidang tambang minyak dan gas. ELSA sebenarnya adalah salah satu anak usaha dari Pertamina. Lini bisnis ELSA terdiri dari jasa distribusi dan logistik energi, hulu minyak dan gas yang terintegrasi, serta jasa penunjang migas. Di luar itu, pendapatan ELSA sebenarnya lebih banyak ditopang oleh pihak-pihak yang berelasi dengan ELSA – well, majority sebenarnya adalah dari Pertamina.

Dari sisi pendapatan, pendapatan ELSA pun mayoritas bersumber dari Pertamina. Rinciannya, dari seluruh total pendapatan ELSA, 63,6% bersumber dari Pertamina – baik dari PT Pertamina, PT Pertamina EP, maupun PT Pertamina Hulu Indonesia.

Rincian pendapatan ELSA. Source: Laporan Keuangan Kuartal II-2019

 

Rincian pendapatan ELSA yang lebih dari 10%. Source: Laporan Keuangan Kuartal II-2019

 

Jadi, sebenarnya mayoritas dari pendapatan ELSA bersumber dari Pertamina. Nah, kembali ke topik awal, bagaimana dengan dampak terbakarnya pabrik Aramco di Arab Saudi terhadap kinerja ELSA?

Penulis melihat dampak dari peristiwa tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja ELSA. Sama juga dengan MEDC, kejadian ini hanyalah berpengaruh secara jangka pendek saja. Ketika semua pabrik sudah melalui perbaikan, dan produksi minyak telah kembali normal, gejolak-gejolak dalam industri minyak dunia juga akan reda dan kembali ke equilibrium lagi.

 

Kesimpulan

Kenaikan harga minyak yang dikarenakan terbakarnya pabrik Saudi Aramco di Arab Saudi merupakan kejadian yang menggegerkan dunia. Dampak dari kejadian tersebut sangat masif – sampai mempengaruhi 5% dari total produksi harian minyak di dunia, dan 50% dari total produksi di Arab Saudi. Berkurangnya total produksi harian ini mempengaruhi ke harga minyak dunia yang sempat naik hampir 15% dalam satu hari kemarin, pada tanggal 16 September 2019.

Terhadap Indonesia secara general, hal ini akan berdampak negatif ke perekonomian Indonesia karena Indonesia merupakan negara importir minyak dunia. Naiknya harga minyak dunia akan menyebabkan meningkatnya pengeluaran negara dalam mengimpor minyak – yang kemudian akan memperparah neraca perdagangan (trade balance) dan transaksi berjalan (current account) yang notabene sedang dalam kondisi yang tidak baik.

Terhadap emiten tambang minyak dan gas, khususnya MEDC dan ELSA, penulis melihat bahwa peristiwa ini hanyalah bersifat sementara saja (short-term). Eventually, ketika pabrik Saudi Aramco telah membaik dan produksi minyak telah kembali normal, gejolak di industri perminyakan dunia juga akan normal kembali.

 

 

###

 

Info:

  • Monthly Investing Plan Oktober 2019 sudah terbit. Anda dapat memperolehnya di sini.
  • Cheat Sheet LK Q2 2019 sudah terbit, Anda dapat memperolehnya di sini.
  • E-Book Quarter Outlook LK Q2 2019 sudah terbit. Anda dapat memperolehnya di sini.
  • Jadwal Workshop :
    • Workshop & Advance Value Investing (Bali, 12 -13 Oktober 2019) dapat dilihat di sini.
    • Workshop & Advance Value Investing (Medan, 02 – 03 November 2019) dapat dilihat di sini.
    • Workshop & Advance Value Investing (Jakarta, 23 – 24 November 2019) dapat dilihat di sini.

 

Tags : Kilang Minyak Arab Saudi | Kilang Minyak Arab Saudi | Kilang Minyak Arab Saudi | Kilang Minyak Arab Saudi | Kilang Minyak Arab Saudi | Kilang Minyak Arab Saudi | Kilang Minyak Arab Saudi | Kilang Minyak Arab Saudi | Kilang Minyak Arab Saudi | Kilang Minyak Arab Saudi | Kilang Minyak Arab Saudi | Kilang Minyak Arab Saudi | Kilang Minyak Arab Saudi | Kilang Minyak Arab Saudi | Kilang Minyak Arab Saudi | 

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Komentar

Artikel Lainnya

Youtube Update

Our Social Media

Arsip Artikel