Apa Rahasia Saham SIDO Bisa Survive!

Apa Rahasia Saham SIDO Bisa Survive!


Terakhir diperbarui Pada 24 January 2024 at 3:24 pm

Artikel telah ditinjau oleh: Stock Market Analyst RK Team

Di tengah persaingan sektor industri jamu yang semakin ketat saat ini. SIDO berhasil menjadi perusahaan jamu tradisional dan farmasi terlama di Indonesia. Bahkan berhasil menjadi perusahaan produsen jamu dan produk herbal yang mendominasi pasar farmasi, dengan market share yang sangat luas. Harga saham SIDO sempat berada dalam tren bearish pada kisaran 400an – 500an terhitung sejak tahun 2015 hingga menjelang tahun 2017. Dan barulah pada tahun 2018 kemarin harga sahamnya kembali memasuki tren bullish. Hingga saat ini harga saham SIDO berhasil mencapai level tertingginya di kisaran 900 – 1000an. Kenaikan harga saham SIDO tersebut menunjukkan bahwa kinerjanya berhasil survive. Lantas strategi bisnis apa yang dilakukan SIDO ? Dan bagaimana kinerja fundamentalnya ?

 

 

Sekilas Profil SIDO

Perjalanan panjang SIDO berawal dari industri rumahan di Jogja pada tahun 1930an dan dikelola langsung oleh Ny. Rahkmat Sulistio. Tahun 1940 adalah tahun pertama kali Ny Rahkmat Sulistio meracik ramuan jamu godogan untuk masuk angin yakni “Tolak Angin”. Hingga akhirnya di tahun 1951, industri rumahan itu mengalami perkembangan menjadi perusahaan besar dan terkenal. Ditandai dengan berdirinya sebuah pabrik jamu sederhana di Mlaten Trenggulung – Semarang dengan nama “Sido Muncul” yang bernama “impian yang terwujud”. Sejak saat itu produksi jamu mulai berbentuk serbuk dalam kemasan kertas sehingga bisa disimpan lebih dulu, dan bisa diseduh kapan saja.

Kemudian di tahun 1970 mulai dibentuk CV Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul, dan di tahun 1975 berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul. Seiring dengan perkembangan usaha, karena kapasitas pabrik semakin besar akhirnya pada tahun 1984 lokasi pabrik pindah ke Lingkungan Industri Kecil di Kaligawe – Semarang, dengan penggunaan mesin-mesin modern dan kapasitas produksi yang terus bertambah. Selanjutnya di tahun 1992 Tolak Angin mulai diproduksi dalam bentuk cair yang lebih praktis, sejak saat itu permintaan pasar mengalami lonjakan. Dan akhirnya di tahun 1997 SIDO membangun pabrik yang lebih besar di lahan seluas 30 hektar di Ungaran – Jawa Tengah.

Pada tahun 2013, akhirnya SIDO melakukan IPO untuk pertama kalinya dengan melepas 1.5 miliar lembar saham dengan nilai IPO sebesar Rp 870 miliar, dan resmi mendapatkan kode saham SIDO. Sejak menjadi perusahaan terbuka, SIDO membuka peluang merger yang akhirnya kesempatan itu di ambil oleh PT Berlico Mulia Farma yang memutuskan untuk bergabung. Mergernya kedua perusahaan itu menandakan pengembangan bisnis SIDO ke industri farmasi.

Dalam operasionalnya, SIDO menjalani bidang usaha yang terdiri dari : Pertama, bidang perindustrian obat-obatan (farmasi) termasuk alkohol (Etanol & Bio Etanol), jamu, bahan jamu, kosmetika, minuman dan makanan untuk kesehatan, serta alat-alat elektronik kesehatan. Kedua, usaha perdagangan baik impor atau ekspor, keagenan, grosir, supplier, dan distributor. Ketiga, usaha pengangkutan darat meliputi ekspedisi dan pergudangan, hingga transportasi pengangkutan. Keempat, jasa pelayanan kebugaran memakai alat-alat elektronik kesehatan. Kelima, usaha pertanian untuk konservasi tanaman obat dan satwa yang juga digunakan sebagai obyek penelitian.

 

 

Strategi Bisnis SIDO Mempertahankan Bisnis di Tengah Persaingan

Hingga saat ini, SIDO sudah hampir berdiri selama 80 tahun. Namun SIDO tetap mampu eksis di tengah persaingan yang ketat di Industri Farmasi. Beberapa hal yang menjadi kunci keberhasilan SIDO dalam mempertahankan eksistensinya adalah sebagai berikut :

Pertama, Faktor Manajemen yang berusia muda menjadi salah satu kunci. Jika selama beberapa dekade terakhir Irwan Hidayat, yang merupakan cucu dari Ny Rakhmat Sulistio, memimpin SIDO selama beberapa dekade (termasuk saat IPO di 2013). Beberapa tahun terakhir pucuk pimpinan diambil alih oleh darah yang lebih muda, yaitu Jonatha Sofjan Hidayat di tahun 2016, dan kemudian berganti kembali ke David Hidayat di tahun 2018. Irwan Hidayat sendiri saat ini masih memegang posisi Direktur Marketing dan Jonatha Sofyan Hidayat masih menduduki posisi Komisaris Utama. Posisi Direktur lainnya diisi Gerry Mustika (eks Direktur Pemasaran dan Penjualan Divisi Kesehatan Konsumer PT Boehringer Ingelheim Indonesia) dan Leonard merupakan Chief Financial Officer PT Great Giant Pineapple (Gunung Sewu Group). Dengan demikian jajaran direksi saat ini diisi oleh energi darah muda berusia 40 – 50 tahun.

Kedua, dengan jajaran direksi diisi oleh darah muda, membawa inovasi pada produk jamu yang tradisional. Salah satunya, mungkin tidak banyak yang tahu bahwa dalam kegiatan bisnisnya, perusahaan produsen jamu herbal ini ternyata juga sudah dilengkapi dengan platform belanja online yakni www.sidomunculstore.com. Tujuannya adalah untuk mempermudah konsumen/pelanggan mendapatkan produk-produk SIDO dan juga untuk beberapa produk dari perusahaan yang sudah berafiliasi dengan SIDO. Bahkan layanan belanja online milik SIDO kini berkembang menjadi Layanan aktif untuk para konsumennya yang menginginkan permintaan informasi produk yang terdiri dari Jamu Herbal, Makanan & Minuman, serta Farmasi.

 

 

Ketiga, SIDO juga terus aktif berekspansi. Di tahun ini nampaknya SIDO siap untuk mengembangkan kembali sayap bisnisnya, salah satunya melalui cara akuisisi dan melakukan pengembangan melalui produk baru yakni produk herbal dalam bentuk soft gel yang ditargetkan akan launching di Kuartal IV-2019,. Adapun segmentasi pasar yang disasar adalah untuk memenuhi kebutuhan khusus generasi milenial. Di sisi lain, tahun ini SIDO sudah didukung oleh peningkatan kapasitas produksi salah satu pabriknya, karena SIDO baru saja merampungkan pembangunan pabrik fasilitas produksi Cairan Obat Dalam 2 (COD 2) yang modern  dengan kapasitas 100 juta sachet per bulan. Nantinya pabrik tersebut akan digunakan untuk memproduksi produk Tolak Angin.

Di sisi lain, SIDO pun saat ini tengah menjajaki peluang ekspor baru salah satunya pasar ASEAN dan Afrika. Padahal di saat yang hampir bersamaan, SIDO juga tengah mempersiapkan penetrasi ke pasar Nigeria. Karena ke depannya SIDO akan melakukan ekspor secara langsung melalui anak usaha Muncul Nigeria Limited yang baru didirikan di Nigeria pada tahun 2018 kemarin. Pengembangan tersebut dirasa perlu, lantaran hingga saat ini produk SIDO sudah dipasarkan ke lebih dari 16 negara di dunia. Sayangnya, kontribusi ekspor masih relatif kecil dikisaran 2% dari total penjualan. Sehingga SIDO menargetkan peningkatan kontribusi ekspor tumbuh hingga kisaran 5%.

 


Kinerja Fundamental Saham SIDO

Lalu kira-kira seperti apa kinerja SIDO saat ini ? Jika dilihat dari sisi Pendapatan, SIDO selalu mencatatkan pencapaian kinerja yang memuaskan di mana rata-rata Pendapatannya meningkat secara konsisten setiap tahunnya. Pendapatan SIDO selalu bertumbuh dari Rp 2.2 triliun di 2011 meningkat menjadi sebesar Rp 2.8 triliun (Annualized) di tahun 2019 dengan rata-rata pertumbuhan CAGR sebesar 3.3%. Berikut ini adalah gambaran Pendapatan SIDO dari 2011 – 2019 :

Pendapatan SIDO 2011 – 2019. Source : Cheat Sheet 2019 by RK Team

 

Pertumbuhan Penjualan SIDO tersebut lantaran berasal dari kontribusi ketiga segmen operasi produk herbalnya, seperti di bawah ini :

 

Kontribusi Penjualan. Source : Laporan Keuangan SIDO Kuartal I-2019

 

Dari screenshot di atas terlihat masing-masing segmen memberikan kontribusi terhadap total Pendapatan SIDO. Kontribusi terbesar berasal dari Jamu Herbal dan Suplemen sebesar 68.4%, lalu dari Makanan dan Minuman sebesar 27.0%, serta Farmasi sebesar 4.4%.

Selain mampu menumbuhkan Pendapatan secara konsisten, SIDO juga mampu menekan beban operasionalnya, sehingga SIDO mampu menumbuhkan Laba Usaha secara konsisten dari Rp 504 miliar di 2012 menjadi sebesar Rp 1.04 triliun (Annualized) di tahun 2019. Adapun gambarannya seperti di bawah ini :

Laba Usaha SIDO 2011 – 2019. Source : Cheat Sheet 2019 by RK Team

 

Sejalan dengan Pendapatan dan Laba Usaha yang terus bertumbuh, demikian pula dengan pencapaian Laba Bersih nya yang secara konsisten tumbuh positif. Dari grafik Laba Bersih tersebut terlihat bahwa Laba Bersih SIDO juga terus mengalami peningkatan dari Rp 340 miliar di tahun 2011, menjadi sebesar Rp 835 miliar (Annualized) di tahun 2019 dengan rata-rata pertumbuhan CAGR sebesar 11.9%. Berikut ini adalah gambaran Laba Bersih SIDO dari 2011 – 2019 :

Laba Bersih SIDO 2011 – 2019, perhatikan lonjakan dalam 2 tahun terakhir. Source : Cheat Sheet 2019 by RK Team

Margin Laba Bersih SIDO juga senantiasa naik. Terlihat dari NPM (Net Profit Margin) SIDO yang terus meningkat dari 15% di 2011 menjadi sebesar 29% per 2019 berjalan ini.

Net Profit Margin SIDO 2011 – 2019. Source : Cheat Sheet 2019 by RK Team

 

Arus Kas SIDO

Dan bagaimana dengan kondisi Cash Flow nya ? Pencapaian kinerja SIDO pada Laba Bersihnya, sejalan dengan pertumbuhan Operating Cash Flow yang semakin meningkat. Arus Kas Operasi SIDO juga terus bertumbuh positif. Meski SIDO sempat mencatatkan Operating Cash Flow yang negative di tahun 2012 dan 2013, namun ternyata SIDO mampu memperbaikinya menjadi sebesar Rp 846 miliar di tahun 2018 kemarin. Dengan begitu artinya, perolehan Laba Bersih yang didapatkan oleh SIDO sudah tercermin dalam Arus Kas nya.

Arus Kas Operasi. Source: Cheat Sheet 2019 by RK Team

 

 

Neraca Keuangan SIDO

Jika secara profitabilitas dan arus kas SIDO sudah cukup baik, maka ada baiknya kita juga meninjau posisi neraca keuangan SIDO. Sepanjang Kuartal I-2019 kemarin, SIDO mencatatkan total Liabilitasnya sebesar Rp 376 miliar per Kuartal 2019. Sedangkan total Ekuitas SIDO mencapai Rp 3.1 triliun per Kuartal I-2019. Dengan begitu, menunjukkan Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (DER) hanya sebesar 0.12x. Itu artinya SIDO mampu mengcover total hutangnya dengan menggunakan modal yang dimiliki.

Bahkan untuk jangka pendek, Aset Lancar SIDO yang jumlahnya mencapai Rp 1.6 triliun mampu melampaui total Liabilitas Jangka Pendeknya yang sebesar Rp 331 miliar. Sehingga, didapatkan Liquidity Ratio sebesar 5.0x. Artinya Liabilitas Jangka Pendek bisa diatasi dengan Aset Lancar yang dimiliki SIDO. Jadi secara keseluruhan, posisi neraca keuangan SIDO bisa dikatakan dalam kondisi sehat dan tidak dibebani oleh jumlah hutangnya.

 

SIDO di Harga 1000-an, Menarik kah ?

Harga Saham SIDO. Source : RTI Business

 

Secara fundamental, SIDO ini memang bisa dikatakan memiliki fundamental yang baik, sangat baik malahan. Lantaran kinerja nya secara konsisten meningkat dan sudah tercermin dalam Arus Kas nya, serta juga memiliki posisi keuangan yang sangat sehat.  Namun bagaimana dengan valuasinya ? Apakah saham SIDO ini masih dapat dikatakan undervalued ?

Dalam 1.5 tahun terakhir, harga saham SIDO sudah meningkat dari 440 an ke 1000 an, atau sudah meningkat > 100%. Dan ketika artikel ini ditulis, market price SIDO yang kini berada pada 1000-an, mencerminkan Valuasi dengan PER 18.0x dan PBV 4.8x.

Jadi meskipun fundamental SIDO sangat baik, namun sayangnya Valuasi SIDO ini sudah tidak bisa dikatakan lagi undervalue. Apalagi dari jika melihat PER SIDO secara historikal memang paling rendah dihargai pada Valuasi PER 15.3x di tahun 2017 yang lalu. Berikut adalah gambarannya :

 

PER SIDO. Source: Cheat Sheet 2019 by RK Team

 

Jadi, jika Anda memang sudah memiliki SIDO dari 400 – 500 an, maka Anda bisa terus hold SIDO ini sepanjang kinerjanya baik dan terus bertumbuh. Namun jika Anda belum memiliki SIDO, maka Anda perlu lebih bersabar menunggu SIDO ini dihargai lebih murah, let say di harga 700 – 800 an.

 

 

Kesimpulan

SIDO berhasil survive ditengah ketatnya persaingan sektor industri jamu, bahkan produknya cukup mendominasi pasar farmasi di Indonesia. Kondisi tersebut tidak terlepas dari jajaran direksi yang rata-rata masih berusia muda 40 – 50 tahun, inovasi bisnis yang dilakukan oleh SIDO, seperti salah satunya menyesuaikan tren pasar saat ini yang sedang dibanjiri oleh platform belanja online. Bahkan di tahun ini, SIDO sudah semakin didukung oleh peningkatan kapasitas dari salah satu pabrik yang memproduksi Tolak Angin. Dan dalam beberapa waktu ke depan tepatnya di Kuartal IV-2019, SIDO akan melaunching produk barunya. Tidak hanya itu, SIDO pun fokus menggenjot peluang ekspor baru di pasar ASEAN dan Afrika dengan target peningkatan kontribusi ekspor tahun ini bisa tumbuh mencapai kisaran 5%.

Secara profitabilitas, SIDO ini terbilang cukup sehat karena Pendapatannya cenderung meningkat secara konsisten. Sama halnya dengan Laba Usaha dan Laba Bersih SIDO yang juga tumbuh positif. Bahkan SIDO mampu meraih margin yang lebih besar hingga saat ini mencapai NPM sebesar 29%, karena mampu menekan beban operasionalnya. Pencapaian laba bersih SIDO yang meningkat tersebut, juga tercermin dalam Arus Kas nya yang terus bertumbuh secara positif. Sementara dari sisi neraca keuangan, SIDO juga sangat berkemampuan dalam mengcover hutangnya karena memiliki DER sebesar 0.12x dan Liquidity Ratio sebesar 5.0x.

Sayangnya, SIDO yang saat ini dihargai di kisaran 1000-an memiliki Valuasi PER 18.0x dan PBV 4.8x. Maka SIDO sudah tidak bisa lagi dikatakan undervalued. Apalagi secara historikal PER SIDO dihargai paling rendah pada PER 15.3x. Bagi Anda yang sudah memegang saham SIDO terutama di range 400 – 500 an, saham SIDO sendiri bisa dijadikan sebagai investasi jangka panjang dan bisa terus hold, sedangkan bagi yang belum punya bisa menunggu saham SIDO terkoreksi minimal di kisaran 700 – 800 an.

 

###

 

DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

1 Comment

  • Lukman
    8 July 2019 at 11:58 AM

    SIDO memang bagus, sampai sekarang pun saya masih invest di SIDO

Komentar

Artikel Lainnya

Youtube Update

Our Social Media

Arsip Artikel