Hal-yang-Harus-Dihindari-Value-Investor

Value investor adalah investor yang berinvestasi dengan mengincar saham-saham yang memiliki valuasi murah. Lo Kheng Hong memberikan perumpamaan bahwa value investor selalu mencari “Mercy harga Bajaj”. Lalu apakah menjadi value investor itu mudah? Dan apa saja hal yang harus dihindari value investor?

 

 

Menjadi Seorang Value Investor

Value investor bukanlah suatu investasi gaya baru, bahkan sejak awal tahun 1930 an sudah banyak investor yang berinvestasi dengan gaya value investor. Sebut saja salah satunya ialah guru dari Warren Buffet, yakni Benjamin Graham. Ia bahkan telah menerbitkan buku The Intrepretation of Financial Statement yang merupakan buku awal. Di mana ia memperkenalkan value investor, sebelum ia menerbitkan buku best sellernya yang banyak digunakan oleh value investor hingga saat ini, The Intelligent Investor.

 

 

 

Dapatkan seluruh layanan dari RK Team secara lengkap dan harga spesial hanya untuk member RK. Yuk gabung sekarang juga menjadi Platinum Member !

Platinum-Members

 

 

 

 

Pada artikel kali ini kita akan membahas beberapa hal-hal yang harus dihindari value investor. Jika teman-teman investor di sini, ingin mengambil jalan menjadi value investor seperti Benjamin Graham ataupun Warren Buffet.

Berikut ini enam hal yang harus dihindari oleh valur investor:

  1. Tidak Memiliki Time Frame Investasi

Time frame investasi merupakan hal paling mendasar sebelum memutuskan menjadi value investor. Pasalnya, value investor memiliki tujuan investasi dan time frame investasi yang berbeda-beda.

Ada yang memutuskan menjadi value investor selama 1 tahun, 5 tahun, 10 tahun. Atau bahkan selamanya. Hal tesebut juga erat kaitannya dengan kemampuan financial yang kita miliki.

Lantas, apakah kita mampu seperti Pak LKH yang menghold saham dengan jangka waktu lebih dari 5 tahun dengan nominal yang fantastis?

Penulis rasa hal tersebut akan sangat sulit untuk dilakukan oleh kebanyakan orang, terutama bagi yang memiliki kondisi finansial yang pas-pasan.

 

  1. Terlalu Cinta dengan Perusahaaan

Dalam menjadi seorang value investor memang kita dituntut untuk dapat memahami laporan keuangan dan menemukan emiten-emiten “hidden gem”.

Tidak jarang ketika kita menjadi value investor, kita beranggapan akan menghold saham tersebut dalam jangka waktu lama. Terlebih lagi kalau kita sudah cinta dengan perusahaan dan manajemennya.

Ingat, hal tersebut merupakan suatu langkah yang tidak tepat, mengapa? Kondisi perusahaan akan sangat mungkin mengalami dinamika dan dapat berubah sewaktu-waktu.

Oleh sebab itu, para value investor perlu rajin memantau kondisi keungan dari emiten yang di hold, paling tidak selama 1 bulan hingga 3 bulan.

Adapun jika menemukan hal yang dirasa tidak pas, maka tidak jarang seorang value investor akan menjualnya. Walaupun baru di hold dalam jangka waktu yang tidak lama.

 

  1. Terlalu Banyak Melakukan Diversifikasi Portfolio Saham

Diversifikasi portfolio saham merupakan hal yang baik, namun jika teman-temen investor terlalu banyak melakukan divesifikasi. Bukan tidak mungkin, kita justru akan menemui kesulitan untuk fokus terhadap saham-saham tertentu. Dan berpotensi membuat investasi menjadi kacau.

Umumnya value investor, hanya memiliki kurang dari 10 saham, dari sektor-sektor yang berbeda. Hal ini  dikarenakan para value investor, harus mempelajari kondisi perusahaan secara mendetail. Bahkan dibutuhkan keberanian untuk melakukan pembelian dengan volume yang tidak sedikit.

 

 

 

Manfaat-Diversifikasi-dalam-Investasi-Saham

[Baca lagi: Manfaat Diversifikasi dalam Investasi Saham]

 

 

 

  1. Fear of Missing Out (FOMO)

Sebagai value investor, kita juga disarankan untuk tidak mengikuti terlalu banyak berita. Termasuk denga napa yang diiklankan oleh para influencer saham. Pasalnya hal itu, justru akan membuat kita cenderung untuk FOMO.

FOMO merupakan hal yang berbahaya, karena jika FOMO maka tujuan kita sebagai value investor akan terganggu dengan berita bias. Perlu diketahui bahwa berita-berita bias yang beredar dapat menyebabkan tujuan kita menjadi tidak jelas antara trading atau investing.

Tidak heran banyak value investor pemula yang kemudian berubah arah, menjadi trading. Kemudian banyak diantara mereka mengalami ‘saham nyangkut’. Sehingga mendadak menjadi seorang investor. Namun berubah haluan lagi menjadi value investor.

Nah hal seperti itu, sering terjadi dan wajib kita hindari. Jika benar, kita ingin fokus menjadi seorang value investor.

 

 

Investor-Saham-Pemula-Sering-FOMO

[Baca lagi: Mengapa Investor Saham Pemula Sering FOMO? Bagaimana Cara untuk Mengatasinya?]

 

 

 

  1. Terjebak Value Trap

Sebagai seorang value investor tentunya, kita juga pernah terjebak dalam saham yang memiliki value trap atau saham yang seolah-olah memiliki valuasi yang murah. Padahal sebenarnya saha itu, tidak murah yang berakhir menjadi jebakan.

Umumnya hal tersebut terjadi karena kita hanya melihat beberapa rasio tertentu, seperti PBV di bawah 1 atau PER di bawah 5. Tanpa kita mengetahui ada apa saja dibalik angka-angka tersebut.

 

 

 

Value-Trap-Saham

[Baca lagi: Value Trap Saham, Cara Menghindari dan Menghadapi]

Berikut ini beberapa cara untuk mengindari value trap:

    • Tidak mengetahui kategori saham.

Saham memiliki beberapa macam jenis, seperti saham siklikal dan non siklikal. Biasanya setelah perusahaan mendapatkan keuntungan yang besar, maka PER dan PBV akan kecil.

Nah umumnya value investor yang hanya fokus terhadap PER dan PBV akan tertarik melihat kedua indikator tersebut. Dan dengan cepat melakukan investasi, padahal belum tentu saham siklikal memiliki performance yang sama pada kuartal berikutnya. Dikarenakan pergerakannya yang sensitif terhadap faktor-faktor lain seperti harga komoditas.

 

    • Tidak memperhatikan rata-rata rasio selama beberapa tahun terakhir.

Hal tersebut penting karena kita dapat mendapatkan gambaran bagaimana perusahaan konsisten dalam menjaga rasio-rasio keuangan. Oleh karena itu, jangan terburu-buru mengambil keputusan, hanya dengan melihat rasio keuangan dalam 1 kuartal saja.

 

    • Pahami dasar laporan keuangan.

Dengan memahami laporan keuangan, maka kita akan mendapatkan gambaran terkait kondisi keuangan sebenarnya dari suatu perusahaan. Untuk itu, setidaknya kita harus dapat memahami korelasi dari beberapa indikator yang ada pada laporan keuangan.

Nah ketiga hal diatas dapat kamu terapkan agar kamu terhindar dari value trap.

 

  1. Gaya Hidup Boros

Terakhir sebagai value investor, teman-teman investor harus memiliki kemampuan yang baik untuk memanage uang. Terpentingnya lagi, jangan memiliki gaya hidup yang boros. Warren Buffet dalam ceritanya, ia tetap berlangganan steak Gorat’s, walaupun ia sudah menjadi seorang triliuner.

Bahkan hingga saat ini Warren Buffet masih setia dengan mobil jadulnya. Hal ini menjadi gambaran bahwa gaya hidup frugal living, sangat erat kaitannya dengan para value investor.

Jadi para value investor, memang lebih memilih menggunakan uangnya untuk membelanjakan saham, dibandingkan memenuhi gaya hidup.

Hal ini memang tidaklah mudah! Tidak semua orang mampu hidup sederhana seperti Warren Buffet maupun Pak Lo Kheng Hong. Tetapi bukan tidak mungkin ya, kita semua juga mampu menerapkan gaya hidup frugal living. Karena akan bermanfaat sekali bagi kondisi kesehatan keuangan yang kita miliki

 

Kesimpulan

Itu tadi keenam hal yang harus dihindari value investor. Ya, karena memang untuk bisa menjadi seorang value investor handal tidak mudah. Bahkan sangat dibutuhkan dua hal yang penting yakni conviction atau keyakinan dan patience atau kesabaran. Di mana tidak semua orang mampu memiliki kedua hal itu dengan baik.

Nah dari beberapa hal yang harus dihindari value investor di atas, poin manakah yang sudah mampu teman-teman investor jalankan dan kuasai sampai dengan saat ini?***

 

###

 

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *