Pandemi Covid-19 Picu Perang Dingin

Pandemi Covid-19 Picu Perang Dingin AS vs China, Akankah Kembali Berpengaruh pada Dunia ?


Saat dunia sedang kalut akibat merebaknya Coronavirus di berbagai negara, Trump justru mengecam China atas meluasnya Coronavirus dengan berbagai tudingan dan desakan. Setelah sebelumnya kedua negara tersebut terlibat dalam perang dagang yang berkepanjangan. Akibatnya tuduhan AS tersebut, telah menambah panjang daftar konflik antar kedua negara tersebut. Bahkan untuk kali ini lebih mengarah kepada perang dingin yang baru, setelah perang dingin teknologi AS dan China terjadi pada awal tahun ini. Pertanyaannya, akankah perang dingin yang dipicu oleh Coronavirus ini kembali memberi pengaruh baru bagi dunia ?

 

Latar Belakang

Sejak pemerintahan Trump mulai menjabat pada Januari 2017 yang lalu, Trump telah mengubah arah kebijakan AS terhadap China. Tidak hanya itu saja, AS juga terus menghadapi China di berbagai bidang mulai dari urusan militer, intelijen, perang dagang, teknologi, polemik Hong Kong, dan juga konflik lainnya.

Dan baru-baru ini, Trump telah kembali menambah daftar panjang konfliknya dengan China. Setelah AS menuduh China atas merebaknya pandemi Covid-19, tak pelak hal itu semakin meningkatkan perselisihan di antara keduanya. Bermula dari merebaknya wabah Coronavirus pertama kali di Wuhan – China, pada Desember 2019. Wabah tersebut menyebar dengan cepat ke hampir seluruh negara di dunia. Hingga per artikel ini ditulis, berdasarkan data WHO secara global tercatat ada sekitar ±6.7 juta kasus yang terkonfirmasi positif Coronavirus di seluruh dunia, termasuk sebanyak ±395 ribu angka kematian yang dilaporkan ke WHO.

Data penyebaran Covid-19 secara global. Source : https://covid19.who.int/?gclid=Cj0KCQjwoPL2BRDxARIsAEMm9y-XyeWbmDJfm2Lsg-25cM815V9qvXPGWWuhmH7pSOeZO8DUE1hV3YcaAu-8EALw_wcB

 

Awalnya, Trump tidak terlalu menghiraukan ancaman merebaknya wabah Coronavirus ini di negaranya. Oleh karenanya, Trump pun sempat yakin bahwa China sanggup mengatasi wabah tersebut dengan melakukan pengujian massal. Akan tetapi, sikap Trump mulai berubah ketika wabah Coronavirus di China semakin menurun. Tercatat hingga per artikel ini ditulis jumlah kasus di China tercatat mengalami penurunan, sebanyak ±84.6 ribu yang terkonfirmasi positif terinfeksi Coronavirus, dengan ±4.6 ribu angka kematian – source: https://covid19.who.int/region/wpro/country/cn.

Sedangkan di waktu yang sama, jumlah kasus di AS justru mengalami peningkatan yang cukup besar. Tercatat sebanyak ±1.8 juta yang terkonfirmasi positif terinfeksi Coronavirus, dengan ±109 ribu angka kematian yang terjadi di AS – source: https://covid19.who.int/region/amro/country/us. (Noted : angka bisa berubah kapan saja mengikuti pertumbuhan data masing-masing negara, data di atas diambil per tanggal 7 Juni 2020).

 

Trump menunjukkan data persebaran Coronavirus di China melalui grafik yang memperlihatkan kasus kematian, dalam arahan singkat harian satuan tugas khusus Coronavirus di Gedung Putih – Washington, AS. Source : https://www.antaranews.com/berita/1464303/china-ejek-as-lewat-animasi-mirip-lego-once-upon-a-virus

 

Melihat data penyebaran Coronavirus tersebut, sikap Trump lantas berubah dan semakin menampakan perang dingin yang baru. Bahkan jauh lebih buruk daripada perang dingin sebelumnya yang sempat mencuat di awal tahun ini terkait perang dingin teknologi, termasuk dengan ketika Trump mengenakan kenaikan tarif pada barang-barang China dalam konflik perang dagang.

Yuk, baca lagi artikel mengenai konflik perang dagang antara AS dan China..

[Baca lagi : AS – China Mencapai Kesepakatan Dagang Fase Satu, Tanda Recovery Ekonomi?]

 

 

Jika demikian situasinya, lantas mengapa kecaman AS terhadap China berpotensi mengarahkan kedua negara tersebut pada perang dingin ?

 

Kronologi

Dengan semakin meningkatnya jumlah kasus infeksi di AS, maka satuan tugas penanganan Coronavirus yang dipimpin oleh Wakil Presiden AS – Mike Pence, dengan tegas menuduh China tidak memberikan data secara lengkap mengenai penyebaran Coronavirus di Wuhan. Begitupun dengan Menteri Luar Negeri – Mike Pompeo juga turut melontarkan tuduhan-tuduhan kepada China atas merebaknya pandemi Covid-19 yang terjadi di AS. Sebelum itu, Mike Pompeo pun sudah lebih dulu menuduh China menyebabkan sejumlah kerugian dan hilangnya nyawa karena telah menutup-nutupi awal mula penyebaran Coronavirus. Termasuk juga terhadap laporan virus yang sudah ditutupi oleh pejabat di Wuhan pada Desember 2019.

 

 

Tidak hanya China yang menjadi sasaran tudingan AS, lantaran tuduhan yang sama pun juga diarahkan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Di mana Trump menyebutkan, bahwa WHO tidak terbuka mengenai wabah Coronavirus dan menilai China terlalu berpihak pada China. Trump pun menuduh, bahwa Coronavirus merupakan hasil rekayasa, lantaran ia melihat bukti yang membuat dirinya semakin “yakin” jika Coronavirus memang berasal dari laboratorium Institut Virologi di Wuhan – China. Sayangnya, ia tetap menolak menjelaskan buktinya. Tak segan-segan, AS pun menyebarkan tudingannya melalui kicauan Twitternya…

 

Cuitan Trump tentang “Wacko in China”. Source : https://twitter.com/realdonaldtrump/status/1263085979491016708

 

Istilah “Wacko in China” setidaknya adalah penggambaran AS terhadap ketidakmampuan China dalam mengangani merebaknya wabah Coronavirus, dan berujung pada “pembunuhan massal” di seluruh dunia.

Menyusul kemudian, tanggapan dari Gedung Putih yang senada dengan Trump, bahkan sudah beberapa kali mengatakan Coronavirus memang berasal dari Laboratorium China yang secara tidak sengaja justru muncul ke permukaan. Sayangnya pernyataan Gedung Putih dikeluarkan tanpa bukti yang kuat. Akibatnya di saat yang sama, pemerintahan AS semakin mendesak China agar membuka akses untuk para pakar dunia melakukan pemeriksaaan terhadap kegiatan dan standar baku kegiatan di area Laboratorium tersebut.

 

Kegiatan penelitian di Laboratorium Institut Virologi, Wuhan – China. Source : https://www.cnnindonesia.com/internasional/20200429073020-134-498284/relasi-kusut-as-china-akibat-virus-corona

 

Konflik tersebut, membuat Trump melakukan pencabutan bantuan anggaran bagi WHO hingga kemungkinan AS tidak lagi melanjutkan pemberian bantuan sampai kapanpun. Alasan tindakan Trump, lantaran Trump sangat yakin, seharusnya China bisa mencegah wabah Coronavirus agar tidak menjadi pandemi yang meluas seperti sekarang ini.

 

Respon China atas Tudingan AS

China sendiri tak ingin kalah telak hanya karena dipukul mundur begitu saja oleh AS, terlebih atas berbagai tudingan-tudingan yang diarahkan kepada pemerintahan China. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh China mulai dari, reaksi keras China yang menolak dan tidak memberikan izin atas keinginan AS yang akan melakukan pemeriksaan terhadap kegiatan di sekitar area Laboratorium Institut Virologi Wuhan. Tidak cukup itu saja, tudingan-tudingan AS pun ditolak tegas oleh China sekaligus membalasnya, seperti pernyataan yang dilontarkan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian yang mengatakan bahwa Coronavirus ini merupakan hasil konspirasi yang dilancarkan oleh AS dan pertama kali dibawa ke China oleh militer AS. Bahkan China pun menduga adanya keterlibatan AS dalam merebaknya Coronavirus, dan merupakan bagian dari senjata biologis. Zhao Lijian juga mengatakan bahwa AS telah banyak melontarkan kebohongan-kebohongan yang tak pasti, lantaran China menilai jika para pemimpin AS sempat memuji kemampuan China dalam melawan wabah Coronavirus ini.

Di lain sisi, media pemerintahan China dan para diplomat pun telah melakukan serangan melalui media sosial terhadap para tokoh politik AS. Salah satunya melalui sebuah video animasi pendek berjudul “Once Upon a Virus” yang mengejek penanganan AS terhadap Coronavirus menggunakan tokoh-tokoh mirip lego dalam bentuk seorang prajurit terakota yang mengenakan topeng wajah dan Patung Liberty, untuk mewakili kedua negara. Video animasi itu diunggah oleh kantor berita resmi China di saluran Youtube Xinhua – New China TV pada akhir April 2020 kemarin. Unggahan tersebut per artikel ini ditulias, telah ditonton setidaknya lebih dari sekitar 2.1 juta kali dan di-retweet oleh beberapa diplomat China.

 

Video animasi pendek dari China kepada AS. Source : https://www.youtube.com/watch?v=Q5BZ09iNdvo

 

Meski demikian, China tidak melakukan hal yang dilakukan oleh AS, di mana AS telah mencabut bantuannya terhadap WHO. Sedangkan China justru menanggapinya dengan memberikan dana tambahan senilai jutaan dolar kepada WHO. Tidak hanya itu saja, China pun tetap gencar mengirimkan bantuan kepada sejumlah negara agar bisa menangani Coronavirus. Termasuk juga dengan mengisi kekosongan pengaruh AS di WHO. Tindakan China itu, senada dengan pernyataan dari Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, yang mengatakan bahwa China bukanlah musuh AS di tengah merebaknya Coronavirus sekarang ini dan justru meminta agar saling membantu. Sayangnya, pernyataan tersebut bukanlah pertanda bagi China untuk mengalah.

Adapun di lain pihak, China sendiri mendapatkan pembelaan pakar hukum dari Yale University – Stephen L. Carter, yang menyebutkan tudingan dan desakan sejumlah politisi untuk melakukan penyelidikan terhadap China adalah tindakan konyol. Melainkan memang tujuan AS dan para pejabatnya menyebarkan informasi anti China, sehingga bisa dengan mudah memojokkan China.

Lantas bagaimana dengan tanggapan WHO ?

 

Respon WHO atas Tudingan AS

Tidak hanya China saja yang melemparkan penolakan tegas atas tudingan-tudingan AS. WHO pun hingga saat ini masih kukuh dengan semua bukti yang ada sejak awal mula kemunculan wabah Coronavirus. Di mana bukti tersebut lebih menunjukkan bahwa memang wabah Coronavirus berasal dari hewan yang diperjual-belikan di sekitar pasar Wuhan – China. Dengan kemungkinan terbesar asal muasal merebaknya Coronavirus adalah dari kelelawar.      

Membahas tentang asal muasal Coronavirus ini, Penulis jadi ingat artikel yang juga membahas pertama kali kemunculan Coronavirus ini… Yuk, review kembali artikelnya melalui link di bawah ini…

 

[Baca lagi : Tertekan Wabah Virus Corona, Bagaimana Dampak Terhadap Pasar Saham?]

 

 

Gugatan juga Datang dari Negara Lain

Dengan sengitnya perseteruan antara kedua negara tersebut. Kini AS dan China diibaratkan sebagai dua raksasa, yang masih terus memperebutkan pengaruh di seluruh dunia. Terlebih lagi, konflik atas tuduhan AS terhadap China ini bergerak ke arah perang dingin baru yang nampaknya juga menunjukkan hal yang tak berbeda jauh dengan konflik sebelum nya.

Pasalnya tuduhan dan berbagai serangan yang diluncurkan AS kepada China atas merebaknya Coronavirus ini. Telah mendapatkan dukungan penuh, yang datang dari berbagai negara lainnya di seluruh dunia yang menuntut keterbukaan China lantaran dinilai menutupi asal muasal Coronavirus. Termasuk dengan data-data penyebaran Coronavirus hingga tuntutan pemberian ganti rugi.

AS sendiri melayangkan gugatan hukum kepada China melalui gugatan class-action yang ditangani oleh sebuah firma hukum bernama Berman Law Group di Miami, gugatan ini pun mendapatkan dukungan dari ribuan warga AS. Disusul kemudian oleh gugatan class-action terpisah atas nama pengusaha di Las Vegas yang juga sudah didaftarkan, dengan tuntutan ganti rugi miliaran dolar ke China. Para pengusaha di Las Vegas berpendapat seharusnya China kooperatif membagikan informasi awal tentang Coronavirus ini, bukan sebaliknya mengintimidasi dokter, ilmuwan, jurnalis, hingga praktisi hukam. Dan membiarkan wabah Coronavirus ini meluas.

Demikian halnya dengan Eropa, Henry Jackson Society – Lembaga Pemikir di Inggris berpendapat China harus bertanggung jawab atas pandemi Coronavirus karena sudah menutup-nutupi wabah ini. Bahkan lembaga Inggris ini menilai, negara-negara G-7 bisa menuntut ganti rugi ke China dengan taksiran nilai sebesar 3.2 triliun atau setara Rp 61 ribu triliun. Hal yang sama juga dilakukan oleh tabloid Bild di Jerman yang meminta ganti rugi sebesar 50 miliar euro atau setara Rp 841 ribu miliar untuk usaha kecil – menengah. Dan juga menyatakan bahwa pemerintahan dan ilmuwan China sebenarnya sudah lama tahu tentang Coronavirus yang sangat menular, namun justru membiarkan seluruh dunia tidak tahu hal tersebut dan tidak merespon saat para peneliti Barat ingin tahu apa yang terjadi di Wuhan.

 

Kesimpulan

Kembali lagi pada pertanyaan di awal, akankah perang dingin yang dipicu oleh Coronavirus ini akan memberi pengaruh baru bagi dunia ?

Sejauh penjelasan Penulis di atas tadi… Penulis sendiri memandang perang dingin antara AS dan China yang dipicu oleh wabah Coronavirus ini, dampaknya tidak akan terlalu berpengaruh besar. Mengingat perseteruan yang terjadi antara AS dan China kali ini, bukanlah yang pertama kalinya melainkan sudah kesekian kalinya. Di lain sisi, market sendiri sudah cukup jenuh atas perseteruan yang terjadi antara AS dan China. Terhitung sejak 3 tahun Trump menjabat sebagai pemimpin AS, di mana keduanya harus masuk ke dalam sejumlah konflik. Seperti yang sudah Penulis sebutkan di bagian atas tadi. Dan salah satu konflik yang terbilang panjang, selama Trump menjabat adalah perang dagang. Meskipun kini keduanya sudah resmi mencapai kesepakatan perdagangan fase I.

Dari sejumlah konflik yang sudah terjadi di antara AS dan China. Setidaknya kita sudah bisa menilai, bahwa dampak perang dingin kali ini tidak akan berlangsung lama. Apalagi kini, sejumlah negara tengah bersiap memasuki fase new normal. Guna menghidupkan kembali kegiatan ekonomi yang sempat melambat, akibat dampak Coronavirus.

 

###

 

Info:

 

Tags : Pandemi Covid-19 Picu Perang Dingin | Pandemi Covid-19 Picu Perang Dingin | Pandemi Covid-19 Picu Perang Dingin | Pandemi Covid-19 Picu Perang Dingin | Pandemi Covid-19 Picu Perang Dingin | Pandemi Covid-19 Picu Perang Dingin

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Komentar

Artikel Lainnya

Youtube Update

Our Social Media

Arsip Artikel