Berkenalan Lebih Dekat dengan Hutang, Good Debt or Bad Debt ?

Berkenalan Lebih Dekat dengan Hutang, Good Debt or Bad Debt ?


Terakhir diperbarui Pada 29 December 2023 at 6:56 pm

Hutang. Apa yang terlintas di benak Anda jika mendengar kata yang satu ini? Mungkin sebagian besar dari kita akan mengasosiasikan “Hutang” sebagai hal dengan konotasi negatif. Padahal hutang tidak selalu memiliki efek negatif, karena hutang bisa menjadi efek positif apabila dikelola dengan baik. Jadi, apa itu hutang dan bagaimana dampak hutang ?

 

 

Apa itu Hutang ?

Si nganu terlilit hutang gak bisa bayar”. Otak bawah alam sadar kita mengasosiasikan bahwa si nganu tadi karena gak punya uang kemudian harus berhutang pada pihak lain sampai pada akhir nya tidak bisa membayar sama sekali. Apa yang dipikirkan otak kita tersebut sebenarnya tidak salah.

Namun, tahukah Anda bahwa orang yang menyandang status milyarder justru banyak yang  berhasil mengembangkan usahanya dari hutang. Bahkan tak jarang dengan nominal yang jauh lebih besar, dibandingkan dengan hutang orang kalangan menengah bawah. Mengapa milyarder tersebut justru berhutang?

 

 

Perbandingan Good Debt or Bad Debt

Sebelum kita melangkah lebih jauh, kita perlu mengetahui bahwa tidak semua hutang bersifat jelek, sehingga tidak semua hutang tersebut memiliki konotasi negatif…

  • Good debt

Ada istilah yang disebut dengan good debt. Good debt ini adalah hutang yang diambil untuk membiayai tujuan produktif dan justru bisa menghasilkan uang lagi di masa yang akan datang. Contoh dari Good debt ini adalah meminjam uang untuk menambah modal usaha, atau untuk membiayai proyek. Hal yang tidak kalah penting, good debt ini diambil bukan tanpa dasar pertimbangan, melainkan sudah diperhitungkan terlebih dahulu reward-risk ratio nya. Dengan ini, maka sebenarnya hutang tidak selalu memiliki efek negatif, namun juga memiliki efek positif apabila dikelola dengan baik. Karena jika dikelola dengan benar dan digunakan untuk menambah modal usaha, tentu hutang bisa membawa keuntungan yang lebih besar bagi perusahaan.

  • Bad debt

Berbanding terbalik dengan good debt, ada pula yang disebut dengan bad debt. Bad debt ini adalah hutang yang diambil untuk membiayai tujuan konsumtif yang melebihi batas kemampuan yang dimiliki. Dalam hal perusahaan, bad debt ini biasanya digunakan untuk menutupi hutang sebelumnya yang jatuh tempo. Hutang yang tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan hutang perusahaan yang lama-lama semakin besar, tanpa diikuti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba untuk menutupi hutang tersebut.

 

 

Dampak Positif dari Hutang

Sekarang kita mengetahui bahwa ada hutang yang digunakan untuk tujuan produktif (good debt) dan ada hutang yang digunakan untuk tujuan konsumtif atau menutupi hutang yang lama tanpa disertai dengan kemampuan untuk membayar hutang tersebut (bad debt). Pertanyaan selanjutnya, apa dampak yang akan muncul dari hutang yang dimiliki oleh sebuah perusahaan?

  • Dampak Negatif dari Hutang

Pertama, hutang memberikan leverage yang lebih besar bagi perusahaan

Katakanlah sebuah perusahaan memenangkan sebuah proyek, namun ekuitas yang saat ini dimiliki tidak mencukupi untuk mengerjakan proyek tersebut. Maka, perusahaan tersebut bisa menerbitkan hutang (katakanlah sebesar Rp 1 miliar) untuk mengerjakan proyek tersebut. Apabila pengerjaan proyek tersebut berhasil, diproyeksikan ke depannya perusahaan akan mendapatkan pendapatan tambahan sebesar Rp 300 juta setiap tahunnya. Dengan demikian, hutang sebesar Rp 1 miliar justru akan memberikan keuntungan ekstra bagi perusahaan karena tambahan Rp 300 juta tadi akan terus dinikmati oleh perusahaan di masa yang akan datang.

Kedua, hutang bisa membantu perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar

Ternyata Hutang juga bisa membantu perusahaan untuk mengurangi beban pajak, di mana hutang sangat berpengaruh dalam mengurangi pajak penghasilan. Berdasarkan Undang-Undang Tahun 2016 tentang Tax Amnesty, hutang yang berkaitan langsung dengan perolehan harta bisa mengurangi perhitungan dasar pajak yang harus dibayar. Jadi jika sebuah perusahaan memiliki hutang, penghasilan yang didapat tidak seluruhnya kena pajak melainkan dikurangi terlebih dahulu dengan hutang yang dimiliki.

 

  • Dampak Negatif dari Hutang

Pertama, hutang akan menimbulkan beban bunga

Meskipun bisa mengurangi pajak, perlu diingat bahwa hutang akan menimbulkan beban bunga (interest) yang harus dibayar di luar hutang pokoknya. Terlebih apabila hutang tersebut sifatnya jangka panjang, sehingga beban bunga yang harus dibayar pun akan semakin besar. Sementara hutang yang sifatnya jangka pendek (dipakai untuk proyek, atau modal usaha) tidak menimbulkan beban bunga yang terlalu besar dan diharapkan akan mampu menghasilkan kas lebih besar lagi untuk menutupi hutang tersebut.

Apabila tidak dikelola dengan baik, hutang akan semakin besar tanpa diikuti kemampuan perusahaan untuk membiayai hutang tersebut. Mau tau contohnya? Coba saja buka Laporan Keuangan emiten-emiten berikut ini di website IDX : APOL, ARGO, BIMA, BNBR, BUMI, CANI, CPRO, GLOB, IKAI, JKSW, KARW, MYTX, OCAP, OKAS, POLY, SAFE, SQMI, TRAM, TRIO. Anda akan menemukan perusahaan-perusahaan ini memiliki hutang yang besar tanpa diikuti dengan kemampuan perusahaan untuk mencetak laba sehingga ekuitas nya menjadi negatif alias defisiensi modal.

Kedua, hutang bisa menyebabkan kebangkrutan

Dalam jangka yang lebih panjang lagi, hutang juga dapat menyebabkan perusahaan mengalami kebangkrutan karena perusahaan bahkan tidak mampu lagi untuk membayar beban bunga yang timbul.

 

 

Kuncinya : Pengelolaan Hutang Dengan Baik

Setelah kita juga memahami bahwa Hutang bisa membawa dampak positif dan negatif, kita belajar bahwa kuncinya adalah pengelolaan hutang. Apa yang dimaksud dengan pengelolaan hutang yang baik? Agar lebih mudah dipahami, kita coba sajikan ilustrasi sederhana dari tiga perusahaan yang ada di bawah ini :

 

 

 

Perusahaan A, B, dan C sama-sama memiliki aset senilai Rp 100 juta. Namun yang membedakan adalah struktur permodalan antara hutang dan ekuitas dari masing-masing perusahaan. Perusahaan A sama sekali tidak memiliki hutang (Rp 0) dan seluruhnya berasal dari ekuitas (Rp 100 juta). Perusahaaan B, sebagian besar didanai oleh ekuitas (Rp 80 juta) ditambah dengan hutang (Rp 20 juta). Perusahaan C, lebih banyak didanai dari hutang (Rp 80 juta) ditambah dengan ekuitas (Rp 20 juta).

Kita bisa perhatikan dari tabel di atas. Semakin besar D/E Ratio, maka semakin besar interest yang harus dibayarkan, yang berdampak pada semakin kecil EBIT.

Dalam contoh di atas, dengan EBITDA yang sama (Rp 15 juta), perusahaan C harus membayar beban bunga yang paling besar (Rp 8 juta), sehingga EBT hanya tersisa Rp 7 juta. DI sisi lain, perusahaan A yang tidak memiliki hutang sama sekali menikmati EBT yang paling besar yaitu Rp 15 juta, karena tidak ada beban bunga yang harus dibayarkan. Then, lebih baik tidak berhutang sama sekali ? Kita lanjut terlebih dahulu ke bagian berikutnya…

Dari tabel di atas, kita juga bisa melihat bahwa ternyata perusahaan A yang tidak memiliki hutang sama sekali justru harus membayar beban pajak (Tax) yang paling besar, yaitu Rp 3 juta. sementara perusahaan C yang memiliki komposisi hutang yang paling besar, justru menanggung beban pajak yang paling sedikit (Rp 1.4 juta).

Meskipun menanggung beban pajak yang paling sedikit, Perusahaan C memiliki risiko yang paling besar pula. Karena jumlah liabilitas nya 4X lipat daripada ekuitas nya. Sehingga apabila terjadi force majeure, hampir bisa dipastikan bahwa perusahaan C tersebut tidak akan mampu membayar hutang-hutang nya tersebut.

Oleh karena itu, pilihan yang lebih aman adalah beinvestasi di perusahaan B. Meskipun perusahaan B harus menanggung beban bunga Rp 2 juta dan beban pajak Rp 2.5 juta. Namun, apabila terjadi force majeure, Perusahaan B dapat membayar hutangnya senilai Rp 20 juta dengan ekuitas nya Rp 80 juta. Kunci nya di sini adalah jumlah hutang tidak lebih besar dibandingkan dengan jumlah ekuitas (D/E Ratio < 1.0).

 

 

Kesimpulan 

Hutang tidak selalu memiliki konotasi negatif selama tujuannya adalah tujuan produktif (good debt). Apabila dikelola dengan baik, hutang yang produktif juga bisa menjadi financial leverage (daya ungkit finansial). Membuat perusahaan menikmati laba yang lebih besar di masa yang akan datang. Di sisi lain, perusahaan juga kerap kali menggunakan hutang ini untuk memperkecil beban pajak yang harus dibayarkan. Selama Hutang < Ekuitas (D/E Ratio < 1.0), maka dapat dikatakan bahwa hutang masih memiliki rasio yang relatif rendah baik bagi perusahaan maupun bagi pemegang sahamnya.

 

###

 

 

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

3 Comments

  • Parjo
    17 April 2021 at 2:13 PM

    Nice, good debt.
    Sebelum mengambil keputusan untuk berhutang harus di perhitungkan.
    No, bad debt.
    Hanya kejujuran dan tanggungjawab yg di agunkan, hehehe

  • Marcolm
    24 April 2021 at 3:22 PM

    Bener bgd bro, berhutang utk hal² yg produktif aja udh ..
    Klo sebaliknya mah saya pribadi kapok, ketar ketir gmn gak enaknya hati, ujung²nya gali lobang tutup lobang ..
    Yes, nice debt aja lah, klo bisa gak pke debt .. hhehehe

Komentar

Artikel Lainnya

Youtube Update

Our Social Media

Arsip Artikel