Enterprise Value Calculation dalam Menilai Harga Saham

Enterprise Value Calculation dalam Menilai Harga Saham


Dalam menganalisa apakah sebuah saham bisa dikatakan masih murah atau mahal, kita sering menggunakan metode PER (Price to Earning Ratio). Di mana PER membandingkan Market Cap perusahaan dengan laba bersih yang dihasilkan. Namun dalam perkembangannya ada teori lain yang mengatakan Market Cap perusahaan bukanlah nilai sebenarnya dari sebuah perusahaan. Nilai sesungguhnya sebuah perusahaan dapat dilihat dengan melihat Enterprise Value (EV) nya. Apa itu Enterprise Value Calculation (EV) ?

 

Apa Enterprise Value Calculation Itu ?

Sebelum kita melanjutkan mengenai pembahasan Enterprise Value (EV), Penulis ingin mengingatkan bahwa analisa menilai sebuah perusahaan menggunakan Market Cap dan Enterprise Value Calculation, bukanlah bersifat substitusi (saling menggantikan), melainkan bersifat komplementer (saling melengkapi).

Oke jadi, apa Enterprise Value itu? Kalau kita cari mengenai Enterprise Value di Wikipedia, perhitungannya sebenarnya cukup kompleks.

Definisi Enterprise Value. Source : https://en.wikipedia.org/wiki/Enterprise_value

 

Meskipun terlihat cukup kompleks, namun kita dapat menghitung Enterprise Value dalam pengertian yang lebih sederhana. Secara sederhana, rumus Enterprise Value (EV) adalah nilai kapitalisasi pasar (Market Cap) ditambah hutang kepada bank (lembaga keuangan) dikurangi uang kas perusahaan saat ini. Atau kalau kita jabarkan rumusnya menjadi :

Enterprise Value = Market Cap + Hutang Bank – Kas

 

Jadi, Enterprise Value (EV) di sini tidak hanya memperhitungkan Market Cap nya saja, melainkan juga memperhitungkan hutang bank dan juga kas yang dimiliki perusahaan.

 

 

Ikuti Stock Market Mastery (Februari – Maret 2021) dapat dilihat di sini.

 

 

Contoh Penghitungan Enterprise Value (EV)

Berikutnya, untuk memudahkan, kita akan mencoba untuk menggunakan sebuah contoh. Misalkan perusahaan A saat ini harga sahamnya adalah Rp 500. Saat ini jumlah saham beredar nya adalah 1 miliar lembar saham, serta perusahaan memiliki uang kas Rp 40 miliar, hutang bank Rp 70 miliar. Di sisi lain, perusahaan mencatatkan net profit Rp 100 miliar, dan Cash Flow From Operation Rp 50 miliar.

Dari informasi di atas, kita dapat menghitung bahwa Market Cap nya adalah Rp 500 X 1 miliar lembar = Rp 500 miliar. Apabila kita bandingkan Market Cap Rp 500 miliar ini dengan Net Profit Rp 100 miliar, maka kita akan mendapatkan PER 5X. Artinya dalam waktu 5 tahun, investasi kita sebesar Rp 500 miliar dapat dikembalikan dari hasil keuntungan Rp 100 miliar per tahun nya.

Nah seperti dikemukakan di atas, ada pendapat lain bahwa ketika kita ingin mengambil alih perusahaan A, yaitu kita tidak hanya menikmati keuntungan Rp 50 miliar tadi. Namun, kita juga akan menanggung hutang kepada bank yang sudah berjalan sebelum kita mengambil alih perusahaan A tadi, serta menikmati kas perusahaan.

Jadi jika PER hanya melihat dari sudut pandang laba yang akan kita nikmati, EV melengkapi nya dengan memperhitungkan pula hutang yang ditanggung dan kas yang menjadi hak kita.

Dengan demikian, maka nilai sebenarnya yang akan kita bayarkan bukan Market Cap Rp 500 miliar di atas, melainkan Rp 500 miliar + Hutang Bank Rp 70 miliar – Kas 40 miliar = Rp 530 miliar. Harga Rp 530 miliar ini lah yang disebut Enterprise Value (EV), dan EV ini lah yang kemudian kita bandingkan dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan nilai tunai dari kegiatan operasional nya, atau biasa kita sebut dengan CFO (Cash Flow from Operations). Nah ternyata CFO Perusahaan A adalah Rp 100 miliar, sehingga investasi kita sebesar Rp 530 miliar dapat dikembalikan dari hasil operasi Rp 50 miliar, atau 10.6 tahun (lebih lama dari perkiraan).

Jadi di metode pertama ketika kita membandingkan Market Cap dan Laba Perusahaan (PER Ratio), kita mendapatkan imbal hasilnya adalah 5 tahun, sementara di metode kedua ketika kita membandingkan Enterprise Value dan Cash Flow from Operation, kita mendapatkan imbal hasilnya ternyata lebih lama yaitu 10.6 tahun.

 

Jadi, Metode Mana yang Lebih Baik ?

Setelah contoh di atas, tentu kita mempertanyakan “lalu, metode mana yang paling benar?”

Kembali lagi Penulis ingin mengingatkan bahwa dua metode ini bukan bersifat substitusi (saling menggantikan), melainkan komplementer (saling melengkapi). Dan yang baru saja kita lakukan, adalah menilai sebuah perusahaan dari 2 sudut pandang berbeda. Sudut pandang pertama kita melihat dari sudut pandang pengembalian hasil investasi dari laba bersih yang dihasilkan, sementara sudut pandang kedua kita melihat dari sudut pandang pengembalian investasi dari cash flow from operation. Jadi, kesimpulannya yaa kita cari perusahaan yang menghasilkan nilai sekecil-kecil nya dari dua perhitungan di atas. Dengan kata lain yang net profit nya positif dan bertumbuh, serta arus kas operasional nya juga positif dan bertumbuh.

 

Kesimpulan

Sekedar informasi, dalam praktiknya arus kas dari operasi ini bisa dikatakan lebih real. Arus masuk dan keluar kas semua tercatat dalam rekening koran. Sementara laba bersih terkadang bisa terlihat kurang real, tergantung dari sistem pengakuan akuntansi yang digunakan. Misalkan karena target perusahaan sudah tercapai, bisa saja pengakuan laba bersih nya dialihkan ke periode selanjutnya. Atau contoh yang lebih ekstrim, ada sebuah perusahaan yang laba bersih nya positif. Namun, arus kas dari operasinya negatif. Nah, jadi dalam hal ini kita perlu berhati-hati juga dalam melihat laba bersih sebuah perusahaan.

Semoga dengan memahami Enterprise Value ini dapat mempertajam analisa Anda dalam menilai sebuah perusahaan.

 

 

E-Book Quarter Outlook Q4 2020 telah terbit, dengan E-Book Quarter Outlook ini Anda bisa mengetahui saham apa saja yang memiliki fundamental bagus dan harganya masih terdisko (undervalued). Yuk, dapatkan segera di E-Book Quarter Outlookhttps://member.rivankurniawan.com/ebook-quarter-outlook

###

 

Info:

 

 

Tags : Enterprise Value Calculation | Enterprise Value Calculation | Enterprise Value Calculation | Enterprise Value Calculation | Enterprise Value Calculation | Enterprise Value Calculation | Enterprise Value Calculation | Enterprise Value Calculation | Enterprise Value Calculation

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

2 Comments

  • Yodi
    28 June 2021 at 10:59 AM

    Halo Pak, terimakasih penjelasannya.
    Mau tanya konsepnya kenapa dalam hitung EV, hutang yg diperhitungkan hanya hutang bank (hutang yg dikenakan beban bunga)?
    Bagaimana dengan hutang usaha dan pos hutang lain nya?

    • Rivan
      Rivan Kurniawan
      6 July 2021 at 11:18 AM

      Halo Pak Yodi,
      untuk penggunaan Enterprise Value sendiri memang lebih concern pada jenis utang bank khususnya utang bank yang dikenakan beban bunga. Dan komponen yang setidaknya mempengaruhi perhitungan enterprise value ini adalah total utang yang berasal dari jumlah kredit yang diperoleh dari bank atau pemberi utang lainnya, sudah pasti di dalam utang tersebut ada jangka waktu kewajiban perusahaan melunasi utangnya, yaitu utang jangka pendek dan jangka panjang. Hal ini akan membantu jika suatu saat terjadi aksi akuisisi sehingga memudahkan pengakusisi membayar jumlah utang tersisa. Dengan ini bisa kita sebut bahwa pos utang bank dengan beban bunga ini menjadi hal yang diperhatikan, dengan harapan tidak membebankan kinerja perusahaan ke depannya.

Komentar

Artikel Lainnya

Youtube Update

Our Social Media

Arsip Artikel