FOMO Saham Bikin Boncos! Yuk Kenali Apa itu FOMO

FOMO Saham Bikin Boncos! Yuk Kenali Apa itu FOMO


Terakhir diperbarui Pada 22 August 2023 at 8:10 pm

Fear of Missing Out atau FOMO saham adalah bahasa kerennya suka ikut-ikutan. Mengapa kita bisa suka ikut-ikutan dalam berinvestasi saham? Padahal apapun bentuk instrumen investasinya itu adalah mutlak tanggung jawab kita. Isunya sudah cukup banyak pelaku pasar yang terjebak kerugian akibat FOMO ini. So, FOMO saham adalah??

 

Mengenal Istilah FOMO Saham

FOMO saham adalah suatu kondisi dari perasaan khawatir akan tertinggalnya diri untuk mendapatkan keuntungan besar, di tengah fluktuasi harga yang terjadi dalam waktu yang cukup singkat pada saham tertentu.

Dengan kata lain, FOMO saham adalah ketakutan terhadap hilangnya sebuah peluang dalam mendapatkan keuntungan. Padahal dinamisnya pasar saham tidak bisa dengan mudah digeneralisir begitu saja.

Hanya saja, kita sebagai pelaku pasar cenderung khawatir ketika melihat hasil investasi orang lain yang sudah kita follow. Seperti halnya seorang influencer saham atau bisa jadi teman sendiri yang menyebutkan bahwa saham ABCD itu bagus, profitnya besar, prospeknya menarik dan lain sebagainya.

Kecenderungan terjadinya FOMO saham biasanya, ketika pelaku pasar tidak melakukan analisa, baik fundamental maupun teknikal. Sehingga bisa dengan mudah merasa takut kehilangan momentum yang terjadi di pasar saham.

Misalnya, ketika saham yang diincar naik kencang, tapi karena memiliki rasa greedy yang berlebihan maka menginginkan keuntungan dengan cepat dan takut kehilangan momentum.

Nah, kondisi psikologis seperti itulah yang membuat kita sebagai ‘pelaku pasar’ mudah dipermainkan oleh ‘kondisi pasar’. Hasil akhirnya pun bisa mengacaukan portfolio investasi kita dan berakhir dengan kerugian atau “boncos”.

Jadi jangan heran, bagi sebagian orang FOMO dalam saham memang mengarahkan pada kerugian. Lantaran FOMO saham dapat menimbulkan kepanikan secara massal dan memaksa seseorang berpikir irasional.

Oleh sebab itu pada artikel kali ini kita akan membahas apa itu FOMO dan bagaimanakah cara kita untuk mengantisipasi mental FOMO dalam trading maupun investasi.

 

Sifat dan Karakteristik FOMO dalam Saham

Sebenarnya sifat FOMO adalah sifat dasar manusia yang sangat sulit untuk dihindari. Namun bisa kita atur dan manage sebaik mungkin, ketika perasaan takut/khawatir berlebihan tersebut timbul.

Dan ketika melakukan investasi apapun itu instrumennya, maka sebaiknya kita mampu mendeteksi diri kita sendiri. Apakah kita sedang dalam kondisi FOMO atau tidak, jika iya, maka kita harus dapat menahan diri untuk tidak masuk ke market. Sebaliknya ketika yakin, bahwa diri kita tidak ada dibawah pengaruh FOMO, maka disitulah kita siap untuk masuk ke market.

Berikut ini adalah sifat-sifat dan karakteristik FOMO yang dapat dijadiian sebagai tolok ukur:

  1. Ikut-ikutan

Saat ini adalah era di mana sangat mudah menerima informasi, dari berbagai macam jenis sumber. Mulai dari grup saham di ponsel, analisa trader dari surat kabar, berita pasar dari televise maupun website dan akun resmi edukasi.

Dengan banyaknya rekomendasi, sering kali kita mudah terjebak untuk ikut-ikutan dan tidak akan memperhatikan hasil analisa fundamental maupun teknikal. Lantaran yang ada dipikiran mereka hanyalah jangan kehilangan momentum dan ikut beli saham tertentu karena saran dari influencer. Kalau sudah begitu, maka potensi kerugian besar pun tidak bisa terhindari lagi.

  1. Greedy atau serakah

Sifat dasar manusia adalah tidak pernah puas, sehingga akan mudah bersikap serakah terhadap hal apapun itu.

Begitu juga ketika saham berada dalam posisi unrealized profit sebesar 10%, ditambah tidak punya investment plan yang baik. Maka di bawah pengaruh FOMO, kita mudah bersikap serakah, karena berasumsi masih ada potensi keuntungan sebesar 30%.

Namun yang terjadi kita justru membeli lagi di harga atas, dengan mengharapkan masih ada potensi naik sebesar 30% tadi. Tidak lama kemudian pergerakan justru berbalik arah dan yang seharusnya untung 10%, tapi karena serakah kita justru merugi.

  1. Tidak sabar

Dalam menjalankan investasi, sebaiknya perlu memiliki yang namanya investment planning dan sepatutnya percaya terhadap analisa yang sudah dilakukan. Dari kedua hal tersebut, kita membutuhkan rasa sabar sampai investasi saham yang dilakukan bsia memberikan keuntungan optimal.

Sebaliknya jika tidak sabar, dalam membeli maupun menjual saham bukan tidak mungkin akan mengalami kerugian cukup besar. Sampai ada istilah “Aduh habis cut loss, kok malah sahamnya berbalik arah!”.

  1. Lebih percaya berita yang menebarkan isu-isu negatif

Dengan banyaknya berbagai sumber informasi, dampak buruk yang kita terima adalah sumber-sumber yang memberikan bias informasi yang bukan sebenarnya. Salah satunya adalah isu yang menggiring ekspektasi untuk tindakan beli atau jual saham,  karena isu beredar belum dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Oleh sebab itu, fokuslah pada berita yang riil dengan kebenaran yang juga dapat dipertanggungjawabkan melalui data-data resmi. Seperti laporan keuangan perusahaan, data-data kondisi ekonomi dan lain sebagainya.

Keempat sifat diatas merupakan sifat yang disukai oleh “bandar” untuk menjebak “para pelaku pasar FOMO”, oleh sebab itu kita perlu mengenali diri kita apakah diri kita memiliki sifat-sifat diatas.

 

Dampak Buruk FOMO dalam Saham

Beberapa dampak buruk FOMO antara lain:

  1. Menganggap investasi saham, sama dengan judi

Umumnya pelaku pasar yang FOMO akan mengalami kerugian berturut-turut, hingga kemudian menyalahkan saham sebagai investasi yang sama dengan berjudi.

Padahal murni letak kesalahan ada pada dirinya sebagai investor yang malas evaluasi portfolio, melalui analisa fundamental maupun teknikal. Di mana ia hanya bergantung penuh pada FOMO dalam melakukan jual atau beli saham.

  1. Irrasional dalam mengambil keputusan investasi

FOMO dapat membuat investor membeli saham dengan PER besar, PBV besar, bahkan tanpa memerhatikan jumlah utang bank yang besar hingga equity minus. FOMO membuktikan bahwa saham-saham dengan kategori tidak layak investasi sekalipun dapat dibeli, sehingga banyak investor yang mengalami “nyangkut di atas” dan merugi.

  1. Terjebak dalam risiko besar

Investasi saham dengan FOMO, hanya akan mengejar keuntungan cepat, dan ini merupakan tindakan yang sangat berisiko. Terlebih jika dana yang digunakan adalah dana utang (bukan uang “dingin”), kerugian sudah tentu menghantui.

Mengikuti FOMO, memang bisa mendatangkan keuntungan yang cepat. Namun hal ini tidak sebanding dengan potensi risiko yang akan dihadapi.

 

Contoh dan Studi Kasus FOMO dalam Saham

Salah satu contoh FOMO saham adalah kenaikan saham PT Putra Rajawali Kencana Tbk (PURA) yang di “endorse” oleh seorang tokoh masyarakat. Sehingga membuat saham PURA cukup viral yang pada akhirnya banyak yang terjebak dalam saham tersebut.

Berikut ini pergerakan saham PURA ketika dipompom, sehingga banyak yang FOMO:

Source: investing.com

Terilhat saham PURA mengalami kenaikan volume dan harga pada kisaran bulan April 2021, dipicu oleh banyaknya FOMO para pelaku pasar. Padahal saham PURA sendiri adalah saham yang baru IPO di tahun 2020, bahkan tidak memiliki track record keuangan yang baik. Sampai dengan ditulisnya artikel ini, harga saham PURA ditutup tidak bergerak di kisaran Rp50 per lembarnya.

 

Strategi Menghindari FOMO Saham

Nah setelah mempelajari FOMO dan bagaimana dampak terhadap perjalanan investasi, beserta kasus FOMO yang pernah terjadi di bursa saham Indonesia. Maka berikut ini beberapa strategi yang membantu kita untuk bisa menghindari FOMO saham, yaitu:

  1. Buatlah Investment Plan

Investment plan adalah sesuatu yang sangat diperlukan sebelum mengambil keputusan membeli saham. Mulai dari kapan harus taking profit, kapan akan cut loss, bahkan harus melakukan analisa secara fundamental dan juga teknikal. Dengan begitu, kita akan percaya diri ketika mengambil posisi di saham.

  1. Buatlah blotter jual beli saham

Blotter atau dalam bahasa Indonesia adalah jurnal trading merupakan sesuatu yang penting dalam mengevaluasi diri kamu, dalam blotter terdapat nama saham, kapan beli, kapan jual, berapa harga beli, berapa harga jual, dan berapa besar return yang dihasilkan. Dengan teratur mengupdate blotter, maka bisa mendapatkan gambaran analisa.

  1. Selektif dalam memilih Informasi saham

Seiring dengan banyaknya berita saham yang mudah di akses melalui berbagai sumber. Namun hal itu justru bisa berdampak negatif, karena ada banyak berita yang rawan bias yang bisa memengaruhi keputusan investasi saham.

Oleh karena itu, pilihlah berita yang sifatnya pasti dan bisa dipertanggung jawabkan seperti melalui kondisi laporan keuangan dan kebijakan perusahaan maupun pemerintah. Jangan pula mudah terkecoh dengan berita yang sifatnya belum pasti seperti “PT Mobi Mobilan rencananya akan bergerak ke bisnis mobil listrik di 2024”, padahal saat ini kamu belum melihat bahwa ada langkah nyata perusahaan memasuki bisnis mobil listrik.

  1. Investasi Jangka Panjang

Investasi jangka panjang memiliki risiko yang lebih kecil, dibandingkan dengan jangka pendek. Namun selama kita memahami perusahaan tempat berinvestasi, maka perjalanan investasi akan berjalan dengan baik dan lancar. Tanpa khawatir terjebak volatilitas pergerakan saham.

Kesimpulan

Dari penjelasan dalam artikel, setidaknya dapat kita simpulkan secara sederhana bahwa FOMO saham adalah suatu perasaan cemas dan khawatir karena tertinggal dari orang lain. Sehingga cenderung merasa insecure dan akan bertindak memaksakan untuk bisa mengikuti apa yang sedang viral di masyarakat. Begitu pula dengan investasi saham, yang belakangan cukup banyak di angkat oleh para influencer yang melakukan ‘pompom’ terhadap saham tertentu.

FOMO saham adalah tindakan yang sebaiknya dapat dihindari oleh para investor, karena dapat menimbulkan kerugian. Pasalnya FOMO saham akan mendorong investor untuk terbutu-buru membeli saham hanya berdasarkan rekomendasi para influencer saham atau bahkan orang yang dikenal. Tanpa mengindahkan adanya analisa fundamental maupun teknikal.

Di mana analisa mampu membantu pengambilan keputusan investasi lebih tepat dan terukur, baik dari kualitas perusahaan, kinerja keuangan perusahaan, prospek perusahaan dan industri di mana perusahaan bergerak.

Kembali Penulis tekankan, bahwa FOMO saham adalah sifat dasar manusia. Dalam hal ini, teman-teman investor memiliki wewenang sepenuhnya untuk mengatur diri sendiri dalam menjalankan investasi.

Ingat ya, jangan berinvestasi saham secara buru-buru, namun lihatlah kondisi perusahaan dalam “bigger picture” dan bijaklah dalam berinvestasi.***

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Komentar

Artikel Lainnya

Youtube Update

Our Social Media

Arsip Artikel