Royke Tumilaar Jadi Direktur Utama BBNI, Seperti Apa Prospeknya terhadap BBNI ?


Setelah melalui penyelenggaraan RUPSLB, akhirnya PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) resmi mengangkat Direktur Utama yang baru. Sosok tersebut ialah Royke Tumilaar, yang sah menggantikan posisi Herry Sidharta. Bersamaan dengan itu, juga ada sejumlah direksi BBNI yang posisinya digantikan oleh bankir BMRI. Tak pelak aksi pergantian tersebut, menjadi perombakan besar-besaran bagi BBNI. Lantas apa saja fakta dibalik pergantian susunan direksi BBNI ? Dan apakah dengan Royke Tumilaar diangkat menjadi Direktur Utama, prospek BBNI ke depannya akan semakin cerah ?

 

Royke Tumilaar Jadi Direktur Utama BBNI

Pada 2 September 2020 kemarin, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menyelenggarakan RUPSLB. Di mana salah satu agenda dalam RUPSLB BBNI tersebut adalah melakukan perubahan susunan direksi BBNI. Dan sebagai hasilnya, RUPSLB BBNI menetapkan Royke Tumilaar sah menjadi Direktur Utama BBNI yang baru untuk menggantikan posisi Herry Sidharta. Pengangkatan Royke Tumilaar menjadi direktur utama BBNI, juga tak lepas dari keputusan Menteri BUMN Erick Thohir yang menunjuk langsung Royke untuk memimpin BBNI.

Hasil RUPSLB yang Menetapkan Susunan Direksi Baru. Source : https://www.idx.co.id/StaticData/NewsAndAnnouncement/

 

Nah menariknya, keputusan RUPSLB BBNI ini justru menuai perhatian dari pelaku pasar. Lantaran nama Royke Tumilaar ini sudah tak asing lagi di dunia perbankan. Di mana sebelumnya, Royke ini tercatat sudah pernah menjabat sebagai Direktur Utama di PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

 

Biografi Singkat : Royke Tumilaar

Wahh… kalau begitu, siapakah kira-kira Royke Tumilaar ini ?

Berdasarkan situs resmi BMRI mencatat, Royke Tumilaar pertama kali bergabung dengan BMRI melalui Bank Dagang Negara (BDN) pada tahun 1999, yang merupakan warisan BMRI. Dengan jabatan terakhir sebagai Senior Professional di Tim Penyelesaian Kredit di Jakarta. Selanjutnya di tahun 2007 – 2010, Royke menjadi Group Head Regional Commercial Sales I BMRI. Namun di tengah-tengah masa jabatannya pada Agustus 2009, Royke sempat merangkap sebagai Komisaris Mandiri Sekuritas.

Pada tahun 2010 – 2011, Royke menjadi Group Head of Commercial Sales Jakarta. Kemudian di tahun 2011 – 2015, Royke untuk pertama kalinya diangkat menjadi Direktur Treasury BMRI, Financial Institution & Special Asset Management BMRI. Selanjutnya tahun 2015 – 2019, Royke kembali diangkat menjadi Direktur Corporate Banking BMRI.

Royke Tumilaar sendiri menuntaskan pendidikan S1 nya di Universitas Trisakti pada tahun 1987 dan berhasil meraih Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Manajemen. Kemudian, ia menuntaskan pendidikan S2 nya di University of Technology Sydney pada tahun 1999, dengan meraih gelar Master of Business Finance.

 

Fakta-Fakta Dibalik Royke Tumilaar Sah Menjadi Dirut BBNI

Terlepas dari sosok Royke yang mendapatkan perhatian pasar. Juga terdapat sejumlah fakta lain yang tak kalah menariknya, beberapa di antaranya ialah :

  • Background Royke Tumilaar yang Kuat dalam Industri Perbankan

Sepak terjang Royke dalam industri perbankan nampaknya tak perlu diragukan lagi, yang memang sejak awal sudah berkecimpung dalam dunia perbankan. Dan selama ±32 tahun, Royke berada dilingkup BMRI yang merupakan bank BUMN, dengan kepemilikan aset yang lebih besar dari BBNI. Sebagai perbandingannya, tercatat total aset BMRI adalah sebesar Rp 1350 triliun hingga per Juni 2020. Sedangkan total aset BBNI tercatat sebesar Rp 880.1 triliun hingga per Juni 2020.  Tolok ukur tersebut diyakini akan semakin mengukuhkan posisi Royke Tumilaar untuk duduk menjabat sebagai Direktur Utama BBNI.

Bahkan, Royke sendiri sudah terhitung cukup lama menduduki jabatan sebagai Direktur Coporate Banking. Tak heran, jika keberadaan Royke Tumilaar dalam jajaran direksi BBNI, dinilai bisa memberikan prospek yang positif bagi kinerja BBNI.

Kalau kita flashback ke awal tahun, secara background, pengangkatan Royke sesuai dengan pengalaman dan kompetensinya. Tidaklah berbeda jauh, seperti ketika Erick Thohir menunjuk langsung Arcandra Tahar untuk menjadi Komisaris Utama PGAS. Di mana Arcandra Tahar memiliki latarbelakang dari bidang sumber daya mineral, yang juga didalamnya termasuk minyak dan gas. Nah untuk mereview kembali tentang Arcandra Tahar, yuk baca kembali artikelnya di bawah ini…

 

[Baca lagi : Archandra Tahar jadi Komisaris Utama PGAS, Apa Dampak Positifnya untuk PGAS ?]

 

 

  • Royke Tumilaar Tak Sendiri, ada Empat Bankir BMRI yang juga Dialihkan ke BBNI

Dalam perubahan susunan direksi BBNI, rupanya ada empat nama bankir BMRI yang juga dialihkan ke BBNI. Ke empat bankir tersebut ialah Silvano Rumantir, David Pirzada, Muhammad Iqbal, dan Novita Widya Anggraini. Masing-masing bankir itu pun, juga menduduki jabatan baru di BBNI.

Pertama, Silvano Rumantir sebelumnya ia adalah Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri. Setelah beralih ke BBNI, ia duduk menjabat sebagai Direktur Corporate Banking BBNI. Kedua, David Pirzada sebelumnya ia adalah Senior Executive Vice Presiden Wholesale Risk BMRI. Kini di BBNI, ia menjabat sebagai Direktur Manajemen Risiko. Ketiga, Muhammad Iqbal yang merupakan Senior Vice President SME Banking BMRI, yang juga dialihkan menjadi Direktur Bisnis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Keempat, Novita Widya Anggraini yang merupakan Senior Vice President Strategy & Performance Management BMRI, kini telah beralih tugas menjadi Direktur Keuangan BBNI.

Pengalihan ke empat bankir BMRI ke BBNI tersebut, membuat hanya ada empat direksi BBNI yang tersisa. Mereka adalah Adi Sulistiowati yang menjabat Wakil Direktur Utama, Sis Apik Wijayanto sebagai Direktur Hubungan Kelembagaan, YB Hariantono sebagai Direktur Teknologi Informatika dan Operasional, dan Bob Tyasika Ananta sebagai Direktur Human Capital dan Kepatuhan.

Perubahan Struktur Direksi BBNI. Source : https://finansial.bisnis.com/sah-royke-tumilaar-dan-4-bankir

 

  • Menteri BUMN Erick Thohir ingin BBNI menjadi “Go Global”

Pengangkatan Royke Tumilaar ini tak lepas dari arahan Menteri BUMN Erick Thohir, yang menunjuk langsung Royke untuk menggantikan Herry Sidharta dan melanjutkan kelangsungan bisnis perbankan BBNI. Keputusan Erick Thohir menunjuk Royke ini rupanya sangatlah beralasan, di mana Erick Thohir sendiri berkeinginan agar BBNI bisa melakukan ekspansi saham ke luar negeri atau yang ia sebut “Go Global”. Erick Thohir sendiri ingin agar BBNI bisa menjadi International Banking, terlebih lagi kita sendiri tahu bahwa BBNI ini sudah memiliki KCLN yang tersebar di New York, London, Hong Kong, Tokyo, Seoul, dan Singapura. Serta satu Sub-Branch di Osaka.

Untuk itu, Erick Thohir ingin mengukuhkan posisi BBNI sebagai international payment dalam industri perbankan di Indonesia. Sejalan dengan itu, Kementerian BUMN sendiri mempunyai target untuk menduniakan sejumlah perusahaan negara.

 

  • Menata Kembali Kinerja BBNI

Dan salah satu keinginan Erick Thohir di tengah kondisi yang tak pasti akibat pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, adalah menata kembali kinerja BBNI. Maka tak heran, jika ada empat bankir BMRI yang dialihkan dan kemudian duduk menjabat posisi baru di BBNI. Bahkan pengalihan empat bankir BMRI ke BBNI ini seolah sudah diperhitungkan. Dengan segmen bisnis kedua bank yang mirip, memungkinkan dalam pengelolaan bisnis perbankannya tidak akan terlalu banyak mengalami perubahan. Tentu ini akan semakin memudahkan manajemen dalam menjalankan operasional BBNI, karena tinggal berupaya memaksimalkan pengembangan dan pertumbuhan BBNI.

Adapun beberapa alasan penataan kembali kinerja BBNI ialah; Pertama, karena ke empat bankir BMRI memiliki kemampuan manajerial sektor keuangan maupun perbankan yang mumpuni dan kompeten. Sehingga bisa mendongkrak kinerja keuangan BBNI. Kedua, penataan kembali kinerja BBNI dinilai sebagai langkah penyegaran di tengah kinerja perbankan yang belakangan digenjot akibat pandemi Covid-19. Ketiga, kepemimpinan BBNI yang baru saat ini diharapkan, bisa membawa BBNI merajai sektor perbankan di berbagai negara.

 

Prospek BBNI Di Tangan Royke Tumilaar

Dari fakta-fakta di atas, nampaknya akan menjadi tantangan tersendiri bagi Royke Tumilaar dan empat bankir baru di BBNI. Nah kira-kira seperti apa prospek BBNI ke depannya ?

Selepas dirinya ditetapkan menjadi Direktur Utama BBNI, Royke Tumilaar rupanya tak butuh waktu lama untuk menetapkan sejumlah komitmennya terhadap perbankan yang akan “Go Global” ini. Adapun beberapa fokus awal Royke Tumilaar terhadap BBNI di tengah pandemi Covid-19, adalah melakuan perubahan bisnis ke arah digitalisasi lebih cepat. Salah satunya melalui strategi “Go Digital”, guna menekan dampak pandemi Covid-19 terhadap penurunan aktivitas kunjungan nasabah di hampir seluruh kantor-kantor cabang. Perubahan BBNI menjadi bank digital akan disiapkan baik dari sisi proses hingga ke produk perbankan.

Di saat yang sama, Royke juga akan fokus untuk memperkuat BBNI di segmen kredit korporasi. Mengingat ke depannya masih akan banyak pembangunan proyek infrastruktur, yang diprediksikan akan menjadi salah satu penguatan bisnis BBNI.

Royke juga akan fokus mengembangkan bisnis BBNI di dalam negeri. Terutama dengan mendorong pertumbuhan pembiayaan di segmen berbasis ekspor dan konsumer yang terhubung dengan korporasi. Selain itu, Royke Tumilaar akan berupaya meningkatkan sektor UMKM.

Komitmen Royke terhadap  BBNI tersebut, sudah tentu menjadi katalis positif bagi pertumbuhan bisnis BBNI. Dan seperti yang kita tahu, sejak Covid-19 mewabah BBNI ini adalah satu dari sekian banyak bank yang melakukan restrukturisasi kredit terhadap para nasabahnya, yang kemudian menyebabkan peningkatan rasio NPL. Dalam hal ini, Penulis sendiri yakin bahwa ke depannya kinerja BBNI di tangan Royke akan bisa melangkah lebih jauh lagi dari posisi sekarang ini.

Dan sebagai gambarannya, salah satu rekam jejak pencapaian kinerja Royke selama di BMRI adalah ketika ia berhasil memperbaiki kualitas aset BMRI. Tercatat NPL Gross BMRI di tahun 2018 sebesar 3.96%, dan rasio ini terus menurun hingga ke tahun 2019 menjadi 2.39%.

Komitmen di atas, setidaknya tercermin dalam salah satu pernyataan yang dikeluarkan oleh Royke Tumilaar, dalam video virtual pada 2 September 2020 kemarin :

“Jadi saya ditunjuk menjadi dirut BNI ini adalah suatu tugas dan amanah menjadi pemegang saham BUMN, yang ditugaskan suatu bank yang punya sejarah panjang 1946, yang mana rasanya suatu membanggakan dikasih kesempatan Bank BNI”.

 

Kesimpulan

Pengangkatan Royke Tumilaar jadi Direktur Utama BBNI saat ini, setidaknya menjawab keinginan Menteri BUMN Erick Thohir yang ingin menjadikan BBNI “Go Global”. Royke Tumilaar sendiri bukanlah orang baru dalam industri perbankan, sepak terjang dan kompetensi yang mumpuni telah terbukti selama ia duduk menjabat dibarisan orang penting BMRI. Tentu keberadaan Royke di BBNI ini, diharapkan mampu memberikan prospek yang positif bagi kinerja BBNI ke depan.

Terlebih lagi saat ini, BBNI tengah mengalami kendala pada rasio NPL Gross yang meningkat akibat merestrukturisasi kredit para nasabahnya. Tercatat total restrukturisasi kredit BBNI hingga per Juni 2020 kemarin adalah sekitar Rp 119 triliun, dengan rasio NPL Gross meningkat menjadi 3.03% per Q2 2020 dari sebelumnya 1.75% per Q2 2019. Harapannya, rasio NPL Gross BBNI ini bisa mengalami perbaikan dan kinerja BBNI bisa melaju kencang di tangan Royke Tumilaar dan jajaran direksi baru BBNI lainnya.

 

###

 

Info:

 

Tags : Royke Tumilaar Jadi Dirut BBNI | Royke Tumilaar Jadi Dirut BBNI | Royke Tumilaar Jadi Dirut BBNI | Royke Tumilaar Jadi Dirut BBNI | Royke Tumilaar Jadi Dirut BBNI | Royke Tumilaar Jadi Dirut BBNI | Royke Tumilaar Jadi Dirut BBNI | Royke Tumilaar Jadi Dirut BBNI | Royke Tumilaar Jadi Dirut BBNI

 

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

1 Comment

  • Sudirman
    17 September 2020 at 7:46 PM

    Selamat Malam Ko Rivan.. maaf mengganggu waktunya sebentar..berkenaan dengan buku Multibagger ada beberapa bagian yg saya tidak mengerti pada halamana 31 dan 32 dgn subjudul ULTJ. Salah harga? Dimana bagian yg tdk saya mengerti yaitu :
    1.Berapa tahun dan dari tahun berapa sehingga bisa didapat CAGR Net Profit ULTJ 25%?
    2.Bagaimana cara menghitung sehingga didapatkan Future Value EPS ULTJ Rp.1.252/lembar?
    3.(hal.32) Bagaimana cara menghitung sehingga didapatkan nilai intrinsik ULTJ Rp.2.000-an?

    Mungkin kelihatan konyol tp betul2 bingung saya mohon pencerahan dari Ko Rivan untuk saya yg pemula ini. Terima Kasih Ko…

Komentar

Artikel Lainnya

Youtube Update

Our Social Media

Arsip Artikel