Reverse Stock Split dan Dampaknya Terhadap Harga Saham

Reverse Stock Split dan Dampaknya Terhadap Harga Saham


Reverse stock split, adalah satu istilah yang digunakan dengan maksud menyelamatkan suatu emiten, supaya tetap dapat listing di BEI. Kira-kira bagaimana dengan dampaknya terhadap harga saham?

 

Source: flyingeze.com

 

 

 

Pengertian Reverse Stock Split

“Reverse stock split”, atau penggabungan saham, adalah aksi korporasi di mana perusahaan mengurangi jumlah saham yang beredar. Dengan cara “menyatukan” beberapa saham lama menjadi satu saham baru.

Jadi sederhananya, reverse stock split ini seperti menyatukan irisan kue bolu menjadi satu potong lebih besar, tanpa mengubah total kuenya.

 

 

Tujuan Reverse Stock Split

Adapun tujuan reverse stock split ini antara lain:

  • Meningkatkan likuiditas saham,
  • Memenuhi persyaratan listing di bursa tertentu,
  • Memperbaiki citra perusahaan.

 

 

Dampak Reverse Stock Split terhadap Harga Saham

Dampak “reverse stock split” terhadap harga saham umumnya  bersifat kompleks dan tergantung faktor lain:

  • Secara langsung:

Harga per saham meningkat karena jumlah saham beredar berkurang. Ini seperti nilai satu kue utuh lebih tinggi dibanding nilai per iris.

  • Tidak ada perubahan total nilai perusahaan:

Meski harga per saham naik, total nilai perusahaan tidak berubah. Bayangkan kue dipotong-potong, lalu disatukan lagi; total kuenya tetap sama.

  • Likuiditas dan persepsi:

Lebih mudah diperdagangkan. Ini bisa menarik investor dan berpotensi mendorong kenaikan harga lebih lanjut. Namun, persepsi negatif terhadap aksi ini juga bisa berdampak sebaliknya.

 

Cara Menghitung Nilai Investasi Setelah Reverse Stock Split

Cara menghitung nilai investasi setelah “reverse stock split” mudah, yaitu:

  • Ketahui rasio penggabungan saham:

Ini rasio “kebalikan” dari stock split. Misalnya, penggabungan 1:5 artinya setiap 5 saham lama digabung menjadi 1 saham baru.

  • Bagi jumlah saham lama yang dimiliki dengan rasio:

Misalnya, kita punya 100 saham lama dan rasio penggabungan 1:5. Maka kini, kita punya 20 saham baru (100 saham lama / 5 = 20 saham baru).

  • Kalikan harga per saham baru dengan jumlah saham baru:

Misal, harga saham baru Rp 10.000 dan kita punya 20 saham baru. Maka nilai investasi kita sekarang Rp 200.000 (20 saham baru x Rp 10.000/saham = Rp 200.000).

 

Source: hscprojects.com

 

Alasan Perusahaan Melakukan Reverse Stock Split

Lantas, kenapa perusahaan melakukan reverse stock split? Ini dia alasannya:

  • Meningkatkan likuiditas saham:

Saham dengan harga per lembar yang rendah terkadang dijauhi investor, perdagangannya tersendat. Reverse stock split meningkatkan harga per saham dan menarik minat investor.

  • Memenuhi persyaratan listing bursa:

Beberapa bursa efek menetapkan persyaratan harga minimum per saham agar perusahaan bisa terdaftar. Reverse stock split membantu perusahaan memenuhi persyaratan ini.

  • Menghindari delisting:

Jika harga saham terus merosot di bawah batas minimum yang ditetapkan bursa, perusahaan terancam di-delisting (penghapusan dari bursa). Reverse stock split membantu perusahaan menghindari hal ini.

 

 

 

 

Apa-itu-Listing-Delisting-dan-Relisting

[Baca lagi: Apa itu Listing, Delisting, dan Relisting?]

 

 

 

Keuntungan dan Kerugian Reverse Stock Split bagi Investor

Mari kita telusuri keuntungan dan kerugian reverse stock split bagi investor:

Keuntungan:

  1. Likuiditas meningkat:

Harga saham yang lebih tinggi cenederung menarik minat investor baru. Selain itu dapat meningkatkan pergerakan saham, dan memudahkan jual-beli bagi investor.

  1. Persepsi membaik:

Reverse stock split terkadang juga dikaitkan dengan perbaikan kinerja perusahaan. Sehingga mendorong sentimen positif dan berpotensi kenaikan harga saham lebih lanjut.

  1. Kriteria investasi terpenuhi:

Investor institusional yang memiliki kriteria harga minimum per saham, bisa melirik saham pasca penggabungan. Hal ini dapat membuka peluang aliran dana segar dan potensi kenaikan harga.

Kerugian:

  1. Bukan garansi kenaikan harga:

Meski harga per saham naik, namun total nilai perusahaan tidak berubah. Kenaikan harga sebenarnya mencerminkan berkurangnya jumlah saham beredar. Bukan semata-mata peningkatan kinerja atau prospek perusahaan.

  1. Biaya transaksi meningkat:

Rasio penggabungan bisa mengurangi jumlah saham yang dimiliki investor. Jika komisi trading dihitung per saham, maka biaya jual-beli saham pasca penggabungan bisa meningkat.

  1. Risiko manipulasi:

Ada potensi oknum memanfaatkan aksi reverse stock split. Tujuannya hanya untuk mengerek harga saham secara artifisial, merugikan investor yang kurang jeli.

 

 

Source: vecteezy.com

 

 

Hal yang Perlu Diperhatikan Investor Saat Terjadi Reverse Stock Split

Saat reverse stock split terjadi, jangan mudah terpesona dengan kenaikan harga saham. Namun sebaiknya, perhatikan hal-hal berikut:

  1. Motif:

Apakah aksi ini untuk likuiditas dan investor institusional, atau sekadar hindari delisting?

  1. Fundamental:

Lihat situasi keuangan, profitabilitas, dan rencana perusahaan. Jangan tertipu “makeover” harga, waspadai manipulasi.

 

 

 

 

Ikuti Stockademy by RK Team : Mastering The Sectoral Cycle di sini !

 

 

 

 

  1. Jangka panjang:

Ingat, kenaikan harga akibat jumlah saham berkurang. Investasi bukan sprint, jadi tetap fokus pada kekuatan fundamental dan prospek perusahaan di masa depan.

  1. Sesuaikan strategi:

Hitung dampak pada portofolio, biaya transaksi, dan diversifikasi. Jangan mudah memutuskan “all-in” karena harga “sexy”.

  1. Konsultasi:

Jangan terbawa emosi. Sebaiknya cari mentor keuangan untuk analisa dan strategi yang tepat. Langkah ini efektif menghindari diri dari kerugian besar.

 

Apakah Reverse Stock Split Mempengaruhi Dividen yang Diterima Investor?

Apakah reverse stock split dapat mempengaruhi dividen yang diterima investor?

Nah, sekarang kita asumsikan bahwa kita sedang memegang 100 lembar saham perusahaan X, sebelum reverse stock split dengan rasio 1:5. Artinya, setiap 5 lembar saham lama digabungkan menjadi 1 lembar saham baru. Apa yang terjadi?

  • Jumlah saham berkurang:

Setelah penggabungan, kita hanya memiliki 20 lembar saham baru (100 saham lama / 5). Ini mungkin terlihat seperti penurunan kepemilikan, tapi sebenarnya tidak.

  • Nilai per saham meningkat:

Disinilah letak twist-nya. Karena jumlah saham berkurang, nilai per lembar saham baru otomatis naik 5 kali lipat dari nilai saham lama. Misal, harga saham lama Rp 1.000, maka harga saham baru menjadi Rp 5.000 (Rp 1.000 x 5).

  • Total dividen tetap:

Ini poin kuncinya. Meski nilai per saham dividen naik 5 kali lipat (misal, dari Rp 100 menjadi Rp 500), total dividen yang kita terima tetap sama. Mengapa? Karena kita juga hanya menerima dividen untuk 20 lembar saham baru. Bukan 100 lembar seperti sebelumnya (Rp 500 x 20 = Rp 10.000; sama persis dengan Rp 100 x 100).

 

Contoh Perusahaan Yang Berhasil Melakukan Reverse Stock Split

Ini contoh perusahaan yang berhasil melakukan potensi “comeback” saham berkat reverse stock split:

  1. AALI (1:5 di tahun 2017):

Sahamnya berhasil melonjak 1.600% dalam 5 tahun. Bukti likuiditas meningkat dan prospek industri menarik investor.

  1. BJBR (1:5 di tahun 2019):

Saham naik hingga 1.300% dalam 3 tahun. Tidak hanya itu, perusahaan memiliki strategi ekspansi sukses jadi pendorong utama.

  1. JRPT (1:10 di tahun 2017):

Harga saham naik hingga 1.100% dalam 5 tahun, didukung diversifikasi bisnis dan perbaikan fundamental berperan besar.

 

Perbedaan antara Reverse Stock Split dan Stock Split

Meski sama-sama angka, “reverse stock split” dan “stock split” itu berbeda:

  1. Stock split:

Perusahaan membagi 1 saham lama menjadi beberapa saham baru (misal, 1:2 berarti 1 saham jadi 2).  Saham akan semakin banyak dan harga berkurang.

Reverse stock split:

Perusahaan menggabungkan beberapa saham lama menjadi 1 saham baru (misal, 1:5 berarti 5 saham jadi 1). Saham berkurang, harga per lembar NAIK.

  1. Stock split:

Meningkatkan likuiditas saham, menarik investor ritel, dan memenuhi persyaratan listing bursa tertentu.

Reverse stock split:

Mengatasi harga saham terlalu rendah, menghindari delisting, dan menarik investor institusional.

  1. Stock split:

Total nilai perusahaan tidak berubah dan total kepemilikan investor tidak berubah (kecuali pajak), serta harga per lembar menurun.

Reverse stock split:

Total nilai perusahaan tidak berubah, total kepemilikan investor menurun proporsional, Namun harga per lembar meningkat.

 

 

 

 

Stock-Split

[Baca lagi: Stock Split, Apa Itu?]

 

 

Kesimpulan

Reverse stock split ialah sebuah aksi yang menggabungkan saham yang sudah beredar. Untuk dapat membentuk nilai saham lebih proporsional lagi dan memiliki nilai lebih. Umumnya emiten yang sudah listing di BEI, melakukan reverse stock split ini agar dapat meningkatkan kembali harga saham.

Aksi reverse stock split ini akan direalisasikan perusahaan, apabila sudah mengantongi izin dari para pemegang saham melalui RUPS. Selain itu, keputusan besaran rasio yang digunakan dalam reverse stock split ini akan mengacu pada sejumlah pertimbangan. Sebut saja salah satunya, ialah hasil kajian tentang nilai wajar saham yang dimiliki perusahaan, dari Kantor Jasa Penilai Publik atau KJPP.

Dan untuk kita ketahui, bahwa aksi reverse stock split ini akan lebih memberi keuntungan bagi perusahaan, ketimbang pada investor. Lantaran aksi ini sudah umum dilakukan perusahaan-perusahaan, terutama yang sudah listing di BEI. Dalam menjaga kemampuannya memenuhi syarat-syarat listing di BEI.***

 

###

 

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Komentar

Artikel Lainnya

Youtube Update

Our Social Media

Arsip Artikel