Dalam berinvestasi saham banyak sekali faktor eksternal (di luar kendali perusahaan) yang mempengaruhi return kita dalam berinvestasi, salah satunya ialah suku bunga. Lalu mengapa suku bunga berpengaruh terhadap saham? Kita akan bahas lebih lanjut pada artikel ini.
Daftar Isi
Pengertian Suku Bunga
Suku bunga atau dikenal dengan istilah benchmark rate adalah rate tengah yang digunakan oleh suatu negara dalam menentukan acuan berbagai produk pinjaman maupun simpanan dari perbankan.
Dalam pengertiannya, suku bunga ini merupakan suatu biaya yang harus dibayar penuh oleh peminjam kepada si pemberi pinjaman. Hal ini menjadi bentuk imbalan atas pinjaman yang diberikan.
Sementara pada konteks ekonomi dan industri perbankan, suku bunga memiliki arti persentase tahunan atas jumlah pinjaman maupun simpanan bank.
Dalam penerapannya, kebijakan suku bunga ini berpengaruh cukup besar pada aspek-aspek ekonomi, keputusan investasi maupun tabungan, hingga pengeluaran konsumen.
[Baca lagi: Suku Bunga Bank, dengan Efek yang Sangat Besar terhadap Perekonomian Nasional, Mengapa?]
Pengaruh Suku Bunga Acuan terhadap Permintaan Saham
Terdapat beberapa korelasi yang dapat dijadikan acuan mengenai hubungan antara suku bunga bank sentral terhadap permintaan saham. Berikut ini beberapa pengaruhnya:
Berpengaruh pada Return Investasi di Saham
Suku bunga acuan seringkali dipergunakan investor untuk memproyeksikan return investasi di kemudian hari.
Contohnya, saat ini suku bunga Bank Indonesia ditetapkan pada level 6.25%, maka return dari investasi yang ideal saat ini adalah 6.25%. Jika terdapat return dari investasi yang berisiko di bawah 6%, itu artinya dapat dianggap kurang menarik karena lebih baik mendepositokannya pada bank.
Begitu juga, return pada investasi saham, selain investasi saham harus lebih baik dari return IHSG. Para investor maupun big funds juga mengharapkan return dari investasi saham mampu melebihi suku bunga Bank Indonesia.
Pengaruh pada Arus Keluar dan Masuknya Big Funds Asing
Investor asing seringkali dianggap sebagai “dewa” pada pergerakan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan), mengapa hal itu terjadi? Karena big funds asing dianggap memiliki dana yang sangat besar dan jika big funds asing masuk. Maka saham-saham di IHSG khususnya saham blue chips akan mengalami kenaikan. Sebaliknya jika para big funds asing tersebut keluar, maka hampir dapat dipastikan IHSG akan “merah”.
Big funds asing merupakan market player yang sangat sensitif terhadap kebijakan suku bunga acuan bank sentral dan risiko negara tempat d imana ia berinvestasi. Lalu bagaimana korelasinya? Seperti kita ketahui Suku Bunga The Fed (Bank Sentral AS) saat ini di angka 5.5% dan Suku Bunga Bank Indonesia di angka 6.25%, maka para big funds diharuskan memilih apakah berinvestasi di saham AS dengan target return 5.5% atau berinvestasi di saham-saham Indonesia dengan target return 6.25%?
Jika gap antara Suku Bunga The Fed dan Bank Indonesia kecil, biasanya big funds akan memilih berinvestasi di saham-saham di Indonesia. Lantaran lebih mudah mencapai target return investasi di Indonesia, dibandingkan di AS untuk saat ini. Sebaliknya jika gap tersebut besar, maka big funds akan keluar dari Indonesia dan lebih memilih untuk berinvestasi di AS.
Berpengaruh Terhadap Emiten-Emiten dengan Jumlah Utang yang Besar
Selanjutnya dampak dari suku bunga bank sentral terhadap permintaan saham adalah suku bunga bank sentral akan berpengaruh terhadap emiten-emiten yang memiliki jumlah utang yang besar atau DER (Debt to Equity) rasio yang tinggi. Mengapa? Kita dapat melihat korelasinya pada contoh dibawah ini:
Jika perusahaan A memiliki utang sebesar Rp1 miliar, dengan suku bunga sebesar 5% per tahun. Maka perusahaan tersebut memiliki kewajiban membayarkan bunga sebesar Rp50 juta setahun.
Kemudian terjadi kenaikan suku bunga bank sentral yang menyebabkan kenaikan bunga pinjaman sebesar 8% per tahun. Yang pada gilirannya, kewajiban yang harus dibayarkan adalah Rp80 juta per tahun, ada kenaikan beban bunga sebesar Rp30 juta dan akan mengurangi laba dari perusahaan di masa depan.
Asumsi di atas dapat dijadikan acuan bagaimana suku bunga bank sentral berpengaruh terhadap permintaan saham. Di mana harga saham sangat berkorelasi erat dengan laba yang dihasilkan suatu perusahaan. Terutama, jika laba perusahaan tergerus karena beban bunga bank, maka harga saham juga akan mengalami penurunan karena laba bersih yang berkurang.
Pengaruh Suku Bunga Terhadap Volatilitas Saham
Dengan keterkaitan seperti di atas, sudah tentu suku bunga juga berpengaruh cukup besar pada volatilitas saham. Hal ini terjadi karena perubahan kebijakan suku bunga memberikan pengaruh pada berbagai faktor yang berhubungan erat pada kinerja ekonomi dan juga perusahaan, termasuk pada investor. Berikut ini beberapa pengaruh suku bunga pada volatilitas saham:
Berubahnya Ekspektasi Investor
Suku bunga yang dinaikkan:
Kenaikan suku bunga seringkali diklaim sebagai langkau menahan lonjakan inflasi atau mencegah terjadinya overheating pada ekonomi. Kejadian ini biasanya direspon dengan rasa khawatir para investor, di mana naiknya suku bunga dinilai akan memperlambat laju ekonomi, dan berimbas pada tergerusnya laba perusahaan. Situasi ini pada gilirannya akan menimbulkan lonjakan volatilitas, sejalan dengan banyaknya aksi investor yang melakukan penyesuain portofolio investasi dengan situasi yang ada.
Suku bunga yang diturunkan
Turunnya suku bunga, seringkali diklaim sebagai ‘pertanda’ laju ekonomi akan positif. Hal ini memang akan menciptakan optimismpe di kalangan investor. Sayangnya dalam waktu yang sama, turunnya suku bunga juga dapat memicu meningkatnya volatilitas. Lantaran investor akan berspekulasi mengenai arah kebijakan moneter yang lebih longgar akan berpengaruh pada inflasi dan juga pada kinerja pendapatan perusahaan.
Ketidakpastian Situasi Ekonomi
Suku bunga yang dinaikkan:
Kebijakan suku bunga yang dinaikkan pada umumnya akan menimbulkan ketidakpastian pada situasi ekonomi ke dapannya. Salah satunya adalah kekhawatiran investor terhadap adanya potensi kenaikan suku bunga lebih tinggi lagi dan berimbas pada lambatnya pertumbuhan ekonomi, serta pendapatan perusahaan yang menjadi terbatas.
Pada akhirnya ketidakpastian ekonomi ini akan mendorong volatilitas saham yang lebih tinggi. Sejalan spekulasi investor yang berusaha memperkirakan dampak dari suku bunga yang dinaikan.
Suku bunga yang diturunkan:
Dibalik positifnya suku bunga diturunkan, namun tetap menimbulkan potensi ketidakpastian yang semakin meningkat. Di mana ketika suku bunga diturunkan berturut-turut, maka ini menjadi pertanda bahwa ekonomi dihadapkan pada ancaman resesi atau lesunya ekonomi.
Pengaruh terhadap Aset Alternatif
Suku bunga yang dinaikkan:
Kebijakan suku bunga yang dinaikkan juga dapat memengaruhi instrument investasi yang memiliki bunga tetap, contohnya pada Obligasi. Ketika suku bunga naik, Obligasi mampu memberikan imbal hasil relatif tinggi.
Sayangnya pada proses peralihan saham ke Obligasi dapat menimbulkan efek volatilitas pasar saham. Terlebih lagi saat banyak investor berbondong-bondong menjual saham, guna dapat membeli obligasi. Hal demikian akan memicu arus modal pada berbagai jenis asset yang akhirnya harga saham berfluktuasi cukup tajam.
Suku bunga yang diturunkan:
Saat suku bunga turun, maka return dari obligasi dan juga deposito cenderung kurang menarik bagi investor. Sehingga banyak investor beralih pada investasi saham dengan potensi yang menarik. Hanya saja, dengan beralihnya investor pada saham juga akan menimbulkan volatilitas harga saham secara tajam, efek adanya perubahan permintaan.
Pengaruh terhadap Pertumbuhan Laba Perusahaan
Suku bunga yang dinaikkan:
Pada fase kenaikan suku bunga, maka akan terjadi peningkatan biaya pinjaman pada perusahaan yang akhirnya menekan pertumbuhan laba. Hal ini bisa jadi semakin buruk, jika perusahaan sangat ketergantungan pada utang usaha.
Jika laba perusahaan tertekan, maka harga saham juga akan fluktuasi, yang akhirnya menimbulkan volatilitas besar. Ditambah lagi, perusahaan tidak memiliki ketidakpastian akan kemampuannya menanggung utang usaha, sehingga ini akan menambah tekanan di pasar.
Suku bunga yang diturunkan
Sedangkan ketika suku bunga turun, pengaruhnya akan berdampak pada prospek pertumbuhan laba perusahaan, lantaran biaya pinjaman jadi lebih rendah. Akan tetapi, bisa menjadi risiko apabila ekspektasi pertumbuhan laba perusahaan benar terjadi, yang pada gilirannya akan meningkatkan volatilitas. Hal ini terjadi karena reaksi pasar tidak sesuai dengan ekspektasi laba perusahaan.
Pengaruh pada Sentimen Pasar dan/atau Spekulasi Pasar
Suku bunga yang dinaikkan:
Ketika suku bunga dinaikkan, biasanya investor akan berhati-hati karena berada di tengah ketidakpastian ekonomi. Ditambah sentimen pasar yang negatif akan memicu penjualan saham yang berdampak pada peningkatan volatilitas. Dalam situasi seperti ini, biasanya para investor akan merespon secara berlebihan terhadap kebijakan suku bunga dan akan memicu volatilitas pasar saham lebih tinggi lagi.
Suku bunga yang diturunkan:
Saat suku bunga turun, maka sentimen positif akan meningkat. Hanya saja ini juga akan memicu spekulasi, dengan semakin banyaknya investor berani mengambil risiko di tengah penurunan suku bunga. Hal ini akan memicu volatilitas, karena harga saham yang naik tidak selalu mencerminkan kinerja fundamental yang sebenarnya dari perusahaan.
Subscribe Monthly Investing Plan terbaru dapatkan Portfolio Update, ikuti Meet The Company, dan Live Discussion! Buruan!
Kesimpulan
Suku bunga atau yang dikenal sebagai istilah benchmark rate adalah rate tengah yang digunakan oleh suatu negara dalam menentukan acuan berbagai produk pinjaman maupun simpanan dari perbankan. Sementara pada konteks ekonomi dan industri perbankan, suku bunga memiliki arti persentase tahunan atas jumlah pinjaman maupun simpanan bank.
Dalam penerapannya, kebijakan suku bunga ini berpengaruh cukup besar pada aspek-aspek ekonomi, keputusan investasi maupun Tabungan, hingga pengeluaran konsumen.
Suku bunga merupakan indikator yang sulit diprediksikan kebijakannya, lantaran merupakan hak dari bank sentral, seperti Bank Indonesia. Adapun kita sebagai investor, sebaiknya dapat mencari perusahaan-perusahaan dengan eksposure ke suku bunga yang lebih rendah, yakni dengan cara mencari perusahaan yang memiliki DER rendah.
Tidak hanya itu, kita juga dapat menggunakan suku bunga sebagai proyeksi kapan big funds akan masuk. Termasuk untuk menargetkan return dari investasi kita di bursa saham. Selamat berinvestasi!***
###
DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!
Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.