Strategi Investasi Saham saat Resesi
Artikel telah ditinjau oleh: Stock Market Analyst RK Team

Resesi, sebuah fenomena menurunnya perekonomian suatu Negara secara signifikan dan berkelanjutan dalam beberapa bulan maupun tahunan. Indikator terjadinya resesi seperti produk domestik bruto (PDB) yang terkontraksi dalam dua kuartal berturut-turut, hingga menurunnya aktivitas perdagangan dan juga industri secara masif. Dampak yang ditimbulkannya pun cukup besar, bukan hanya daya beli yang menurun, naiknya gelombang PHK, hingga banyak usaha yang gulung tikar. Namun resesi juga akan berdampak buruk pada semakin tingginya volatilitas di pasar saham, bahkan ada sebagian besar saham yang harganya anjlok. Lantas bagaimana strategi investasi saham saat resesi? Langsung yuk bahas!

 

Subscribe Monthly Investing Plan terbaru dapatkan Portfolio Update, ikuti Meet The Company, dan Live Discussion! Buruan!

 

Strategi Investasi Saham Saat Resesi

Fenomena resesi hampir tidak dapat dihindari oleh warga Negara. Apalagi pengaruh resesi ini juga berdampak besar terhadap lesunya pergerakan harga saham. Yang pada gilirannya berpotensi mengguncang emosional investor yang aktif berinvestasi, sehingga lebih mudah cemas dan khawatir.

Nah untuk mengatasi pasar saham yang lesu, berikut ini ada beberapa strategi investasi saham saat resesi, beberapa diantaranya:

  • Berinvestasi Saham dengan Metode Value Investing

Metode Value Investing, menjadi salah satu pilihan yang tepat dalam menjalankan strategi investasi saham saat resesi. Dengan metode Value Investing, investor akan membeli saham perusahaan yang sedang ‘salah harga’, dan menjualnya saat harga saham sudah mencapai ke nilai intrinsik.

Nah, pertanyaannya kenapa strategi investasi saham saat resesi justru bisa menggunakan metode Value Investing? Jawabannya, karena metode ini lebih menekankan investasi pada timeframe jangka menengah hingga panjang. Setidaknya memberi ruang yang lebih panjang terhadap pemulihan ekonomi, sehingga nilai pasar kembali menguat dan/atau mencapai nilai riil dari perusahaan.

Tidak hanya itu, investor juga berkesempatan untuk membeli saham murah. Lantaran ada banyak saham yang tengah dijual jauh di bawah nilai intrinsik. Dan apabila ini terjadi pada saham-saham Bluechip, tentu menjadi peluang untuk memborong saham tersebut. Tanpa melupakan kinerja fundamental yang dimiliki perusahaan, mulai dari neraca keuangan, tingkat utang yang rendah, profitabilitas yang bertumbuh dan kosisten, hingga kas yang sehat. Itu mengapa, metode Value Investing dapat menjadi strategi investasi yang terbaik selama ketidakpastian ekonomi berlangsung.

 

  • Investasi pada Saham-saham Defensif

Saham defensif atau dikenal juga sebagai non-siklikal, merupakan kelompok saham yang berasal dari perusahaan dengan produk maupun jasa yang sangat dibutuhkan – karena sifatnya yang pokok. Oleh sebab itu, saham defensif menjadi investasi pilihan terbaik, karena menawarkan kestabilan permintaan sekalipun ekonomi mengalami penurunan. Beberapa saham defensif ini berasal dari sektor bisnis yang beragam, misalnya:

    • Layanan kesehatan: MIKA dan HEAL,
    • Consumer goods: ICBP, INDF, MYOR, GOOD, KINO,
    • Utilitas (meliputi gas, listrik, maupun air): POWR, PGAS, BREN, PGEO.

 

  • Fokus pada Kekuatan Fundamental Perusahaan

Perusahaan dengan kinerja fundamental yang kuat, umumnya akan mampu bertahan di tengah ketidakstabilan ekonomi. Lantaran perusahaan memiliki daya tahan finansial yang lebih kuat dan operasional yang juga efisien.

Kekuatan fundamental ini dapat diukur dari: Perputaran kas yang sehat; Tingkat utang yang lebih rendah dibandingkan Ekuitasnya; Model bisnis yang tahan krisis; GCG yang kompeten dan transparan; Reputasi perusahaan bagus dan pangsa pasar yang besar.

 

  • Prioritaskan Investasi pada Saham yang Disiplin Membayar Dividen

Upayakan berinvestasi saham pada perusahaan-perusahaan yang disiplin membayarkan dividen kepada para pemegang sahamnya. Strategi ini dapat menolong ketika resesi berlangsung dalam waktu lama, karena dividen yang diberikan oleh perusahaan dapat menyangga pertumbuhan portofolio. Sekaligus menjadi passive income bagi teman-teman investor, sekalipun mungkin harga sahamnya turun.

Faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih saham dividen, antara lain:

    • Historical pembagian dividen perusahaan, disiplin atau tidak. Tolok ukurnya dalam 10 tahun terakhir atau paling lama sejak IPO.
    • Rasio dividen yang dibagikan, dengan Dividen Payout Ratio yang wajar di kisaran 35% – 55% dan stabil.
    • Jika perusahaan membagikan dividen interim, pastikan bahwa ini disiplin.

 

  • Kelola Risiko

Mengelola risiko juga menjadi bagian terpenting dalam strategi investasi saham saat resesi. Lakukan analisa secara cermat terhadap potensi risiko yang ada, baik dari sisi perusahaan, industri bisnis, hingga sentimen pasar yang ada. Dengan memahami risiko yang ada, maka pengelolaan risiko akan lebih bijak dan pengambilan keputusan menjadi lebih rasional.

 

Strategi lainnya yang dapat diterapkan adalah diversifikasi. Upayakan untuk diversifikasi aset, dengan menyebarkan dana kelola pada beberapa saham dari sektor yang potensial lainnya selama resesi. Jadi ketika investasi pada saham sektor kesehatan sedang menurun, bukan tidak mungkin investasi saham yang ada di sektor consumer goods dalam tren naik.

Atau bahkan diversifikasi juga bisa dilakukan pada instrumen lain seperti Obligasi, Reksa Dana, hingga Properti. Pada dasarnya, tujuan diversifikasi ini adalah: Mengurangi potensi risiko spesifik pada satu aset tertentu; Membantu menstabilkan pertumbuhan portofolio; Mengoptimalkan return dari sektor yang nilainya tengah naik.

Beberapa contoh porsi diversifikasi aset:

    • Rp10 juta di KINO
    • Rp10 juta di PGAS
    • Rp10 juta di Reksa Dana

Tidak hanya itu, strategi diversifikasi ini juga bisa dilakukan pada investasi aset yang ada di luar negeri. Misalnya dengan membeli saham-saham Amerika Serikat (AS) yang memiliki potensi pertumbuhan dalam jangka panjang, namun sedang dihargai murah. Beberapa contoh saham AS yang harganya murah: Dell Technologies – DELL, First Solar – FSLR, Delta Air Lines – DAL, dan masih banyak lainnya.

 

  • Pahami Strategi Dollar Cost Averaging vs Lump Sum

Selain diversifikasi aset, pahami juga strategi investasi antara Dollar Cost Averaging vs Lump Sum. Strategi Dollar Cost Averaging (DCA) ini berarti teknik investasi secara berkala, dengan cara menambahkan dana investasi dengan jumlah yang sama setiap bulannya pada satu saham tertentu. Tanpa perlu memperhatikan harga saham saat itu dan dalam jangka panjang ke depan, rata-rata harga pembelian saham menjadi lebih stabil.

Sedangkan Lump Sum, teknik investasi sekaligus dengan cara penempatan dana awal dilakukan dalam satu kali transaksi ke dalam satu saham. Lump Sum biasanya banyak dilakukan oleh investor yang memiliki dana besar.

 

  • Persiapkan Ketersediaan Dana Darurat

Strategi investasi saham saat resesi yang tidak boleh diabaikan adalah pastikan bahwa investasi hanya dilakukan menggunakan dana dingin. Yang berarti, dana dingin ini bukan uang yang akan dibutuhkan untuk sehari-hari. Dengan begini teman-teman investor akan terhindar dari perilaku berutang.

Selain itu, dana darurat yang harus dipenuhi setidaknya untuk tiga sampai enam bulan pengeluaran. Sebagai cara untuk terhindar dari tekanan keuangan, jika sewaktu-waktu keadaan memburuk. Dan untuk menjaga ketersediaan dana darurat, simpan sebagian pada instrumen yang likuid, seperti halnya Reksa Dana Pasar Uang. Sebagai bentuk antisipasi, jika ada peluang saham dengan harga yang murah, dana dapat dengan mudah dialihkan.

 

Benarkah Indonesia Menghadapi Potensi Resesi?

Melansir data voaindonesia.com, Kementerian Keuangan – Sri Mulyani melaporkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sampai per akhir Februari 2025 mengalami defisit sebesar Rp31.2 triliun atau setara 0.13% terhadap PDB.

Tidak hanya itu, Sri Mulyani juga memaparkan kondisi Indonesia yang terpengaruh, oleh ketidakpastian kebijakan Amerika Serikat pasca Trump kembali menjadi Presiden. Di mana kebijakan-kebijakan Trump tersebut bersifat executive order yang memicu gejolak secara global, termasuk di Indonesia. Imbasnya nilai tukar Rupiah terus melemah hingga sempat menyentuh Rp17.000an, seperti berikut:

Pergerakan Rupiah dalam satu tahun terakhir. Source: tradingeconomics

Tidak hanya itu, Sri Mulyani juga kembali menyinggung tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2024 stagnan di level 5%. Disusul pertumbuhan ekonomi periode 1Q2025 di level 4.87% YoY, yang tumbuh di bawah ekspektasi pasar 4.91% dan turun dari ekspansi ekonomi kuartal 4Q2024 di level 5.02%.

Pertumbuhan GDP Indonesia. Source: tradingeconomics

Lantas benarkah Indonesia akan mengalami resesi? Sampai dengan saat ini Penulis belum melihat bahwa Indonesia benar-benar akan masuk ke jurang resesi. Salah satu pertimbangannya adalah dengan adanya rencana The Fed AS yang akan memangkas suku bunga di bulan Juli 2025 mendatang. Jika hal tersebut, benar adanya, bukan tidak mungkin Bank Indonesia (BI) juga akan ikut memangkas suku bunga. Ini berarti Indonesia dapat terhindar dari jurang resesi. Mengingat Bank Indonesia ini akan memangkas suku bunga, apabila The Fed AS sudah lebih dulu memangkas suku bunga. Tujuannya jelas, sebagai antisipasi agar Rupiah tidak melemah.

 

 

Kesimpulan

Itulah beberapa strategi investasi saham saat resesi yang dapat teman-teman investor terapkan. Adapun hal yang dapat Penulis tekankan kembali adalah tidak melibatkan emosional secara berlebihan. Belajar mengelola rasa takut dan panik berlebih ketika pasar saham bergejolak. Bukan tidak mungkin, hal ini akan membuat teman-teman investor merugi, hanya karena panik melihat nilai investasi saham turun.

Justru sebagai investor cerdas, pada saat nilai investasi turun adalah peluang yang baik untuk menambah porsi investasi. Dengan catatan sudah mengetahui seberapa kuat fundamental perusahaan dan potensi pertumbuhannya dalam jangka panjang, serta risiko investasi yang terkelola. Upayakan untuk tetap bersikap tenang, ketika pasar saham bergejolak dan lihat situasi dengan cara objektif. Agar keputusan yang dibuat tetap rasional.

Jadi sebenarnya, berinvestasi saham saat resesi bukan keputusan yang salah. Lantaran di fase resesi berlangsung, justru ada banyak peluang menarik di pasar saham. Selama teman-teman investor mampu menjalankan strategi investasi saham secara tepat saat resesi. Mengingat keputusan investasi saat resesi sangat membutuhkan kehati-hatian dan informasi yang terukur. So, atur emosi sebelum mengambil keputusan investasi.***

 

###

 

DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!

 

Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

reCaptcha v3
keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *