Apa Itu Gross Profit Margin? Fungsi, Rumus, dan Contohnya

Apa Itu Gross Profit Margin? Fungsi, Rumus, dan Contohnya


Terakhir diperbarui Pada 18 April 2024 at 9:08 am

Sebagai investor tentunya kita akan mencari perusahaan yang dapat menghasilkan laba. Tak hanya itu, kita juga menginginkan saham perusahaan dengan manajemen yang sehat dan baik. Lantaran kedua hal ini setidaknya sudah menandakan bahwa efisiensi perusahaan berjalan dengan baik. Untuk tahu itu, kita bisa mengukurnya dari Gross Profit Margin, yuk kita bahas !

 

Definisi Gross Profit Margin (GPM)

Gross Profit Margin atau yang disebut juga sebagai margin laba kotor (margin kotor), adalah rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya persentase laba kotor atas penjualan bersih. Rasio Gross Profit Margin ini dihitung dengan membagi laba kotor terhadap penjualan bersih. Sedangkan untuk mengetahui laba kotor, dihitung sebagai hasil pengurangan antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan.

Dalam laporan laba rugi perusahaan, harga pokok penjualan sangat memperhitungkan biaya langsung produksi dari produk perusahaan tersebut. Dan juga mencakup biaya-biaya yang terkait dengan objek biaya misalnya seperti produk, departemen, atau proyek. Umumnya biaya langsung bersifat variabel, sehingga bisa berubah sesuai kuantitas produk yang diproduksi.

Rasio Gross Profit Margin ini bisa dihitung pada setiap produk yang dimiliki sebuah perusahaan, selama dapat membedakan biaya langsung untuk memproduksi setiap produknya masing-masing.

Perusahaan dengan kualitas laporan keuangan yang baik, tentu tidak asing lagi dengan rasio Gross Profit Margin. Sehingga bisa dikatakan bahwa perusahaan memiliki kesiapan dalam analisis rasio keuangan yang baik. Apalagi rasio Gross Profit Margin ini juga bisa dijadikan sebagai standar untuk mengetahui nilai Return On Investment (ROI) dan Return On Equity (ROE), hingga untuk membandingkan Debt to Equity Ratio (DER).

 

Kegunaan Gross Profit Margin

Dari penjelasan singkat di atas, kita mendapati gambaran bahwa rasio Gross Profit Margin ini menjadi salah satu indikator penting dalam perusahaan, untuk mengukur efisiensi pengendalian harga pokok. Sederhananya, Gross Profit Margin ini merupakan tolok ukur perhitungan tingkat efisiensi perusahaan dalam memproduksi dan menghasilkan laba bersih yang sehat. Sekaligus untuk memudahkan menentukan langkah bisnis perusahaan ke depannya, dalam memproduksi dan menjual satu atau lebih produk sebelum biaya tambahan dikurangi.

Misalnya seperti berikut, bila rasio GPM tinggi, maka posisi perusahaan berada pada level yang baik untuk bisa memiliki margin laba operasi dan laba bersih yang kuat. Sedangkan, untuk bisnis perusahaan yang baru bila rasio GPM tinggi, maka semakin cepat juga untuk perusahaan mencapai titik impas dan berpeluang mendapatkan keuntungan dari aktivitas bisnis.

Kendati begitu, tidak selalu berarti margin tinggi akan baik. Mengingat strategi penetapan harga dan persaingan pasar akan lebih mengarahkan, dan bagaimana juga margin bereaksi terhadap perilaku konsumen dalam melakukan pembelian.

Tak heran bila kemudian rasio Gross Profit Margin ini menjadi acuan investor mengetahui efisiensi perusahaan, dalam melihat sebesar besar efektifnya efisiensi yang telah dijalankan oleh perusahaan selama menjalankan bisnis dan mengelola opersional perusahaan.

 

 

Strategi Penetapan Harga Berbasis Margin

Rasio Gross Profit Margin biasanya seringkali ditentukan oleh strategi penetapan harga. Umumnya cara harga suatu produk didasarkan pada harga pasar yang kompetitif. Atau bisa dikatakan, kita akan memberik harga yang sama rata dengan pesaing sehingga kita menerima margin yang standar.

Beda halnya, pada beberapa kasus, ada juga yang membayar harga jauh lebih rendah daripada pasar dan rela menerima margin kotor yang lebih rendah juga. Margin yang menurun ini bisa meningkatkan penjualan, karena secara tidak langsung menawarkan titik harga terbaik. Sayangnya, di saat yang sama hal ini juga bisa menjadi boomerang, apabila pesaing juga menurunkan harga. Maka dari itu, bisa dilakukan strategi lainnya dengan menetapkan harga yang lebih tinggi daripada pasar untuk memaksimalkan margin.

Sampai sini, setidaknya kita bisa menarik sebuah kesimpulan bahwa memang rasio Gross Profit Margin ini tidak bisa diabaikan dalam perusahaan, karena selain memberikan informasi mengenai keuntungan yang didapatkan dari kegiatan bisnis yang dijalankan. Rasio Gross Profit Margin ini juga memberikan informasi mengenai kondisi kesehatan perusahaan. Di mana jika rasio GPM ini menunjukkan angka Harga Pokok Penjualan lebih rendah dari angka penjualan, maka kegiatan operasional perusahaan semakin efisien. Namun, bila hasil sebaliknya, maka efisiensi dalam kegiatan operasional perusahaan kurang baik atau belum berhasil.

 

Menghitung Gross Profit Margin (GPM)

Patokan dalam menghitung rasio Gross Profit Margin ini terletak pada dua variabel, yakni Penjualan Bersih dan Harga Pokok Penjualan. Kedua variabel tersebut dapat kita ambil dari Laporan Laba Rugi Perusahaan …

  • Penjualan Bersih

Penjualan bersih atau Pendapatan bersih, digunakan dalam persamaan karena Pendapatan Total tidak akan akurat. Sehingga, kita harus mengurangi pengembalian, diskon, dan tunjangan dari Total Penjualan untuk mendapatkan angka bersih.

  • Harga Pokok Penjualan

Harga pokok penjualan (HPP) merupakan jumlah biaya produksi produk suatu perusahaan. Ini termasuk biaya langsung untuk menghasilkan produk seperti bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Sementara biaya tidak langsung tidak termasuk dalam perhitungan.

Ada beberapa ruang untuk variabilitas dalam biaya apa yang dimasukkan ke dalam penghitungan harga pokok penjualan. Ini dapat berbeda dengan industri tempat perusahaan beroperasi. Di mana pengeluaran umum perusahaan seperti biaya penjualan dan administrasi, biaya pemasaran, dan sebagian besar biaya tetap tidak termasuk dalam harga pokok.

  • Rumus Rasio Gross Profit Margin

Sebagai persentase pendapatan yang tersisa setelah dikurangi harga pokok penjualan. Maka berikut ini adalah rumusnya…

Gross Profit Margin = (Penjualan Bersih – HPP / Penjualan Bersih)

Maka akan didapatkan persentase yang merupakan Gross Profit Margin atau margin laba kotor perusahaan.

  • Contoh Perhitungan Rasio GPM

Perusahaan A memiliki penjualan bersih Rp 75 juta dan harga pokok penjualan Rp 68 juta menurut laporan laba rugi terbaru. Maka, GPM atau margin laba kotornya adalah:

GPM = Rp 75 juta – Rp 68 juta / Rp 75 juta = 0.0933

Atau 9.33%

Margin laba kotor perusahaan A adalah 9.33%

Artinya,90.67% dari keuntungan perusahaan digunakan untuk harga pokok penjualan. Atau untuk memproduksi produk yang diproduksi perusahaan, dan 9.33% untuk biaya lain-lain dan laba bersih perusahaan.

Lalu, kita harus membandingkan 9.33% tadi dengan data perusahaan tahun sebelumnya atau mungkin perusahaan lain dalam industrinya. Agar kita tahu apa alasan pertumbuhan GPM yang lebih rendah atau lebih tinggi.

Anda sedang ingin menyusun investing plan, tapi memiliki waktu yang terbatas untuk mengolah informasi. Maka sekarang bisa menggunakan Monthly Investing Plan yang telah terbit!

BANNER-ARTIKEL-MIP-2024

Bagi teman-teman investor yang ingin berlangganan Monthly Investing Plan, bisa menggunakan voucher…

 

Jadi, jangan malas melakukan analisa saham perusahaan secara sendiri ya… Supaya lebih yakin dengan saham perusahaan yang kita investasikan. Dan dengan perhitungan GPM yang baik, memungkinkan kita mendapatkan perusahaan dengan nilai efisiensi pengelolaan produksi yang baik dan juga dapat memahami profitabilitasnya secara umum. Yuk, hitung dan pelajari angka GPM perusahaan Anda.***

 

 

###

 

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Komentar

Artikel Lainnya

Youtube Update

Our Social Media

Arsip Artikel