Mengenal Rasio Fundamental : ROA dan ROE

Mengenal Rasio Fundamental : ROA dan ROE


Terakhir diperbarui Pada 23 April 2024 at 5:42 pm

Dengan banyaknya rasio keuangan yang seringkali harus digunakan oleh para investor, tak jarang akan membuat investor mudah bingung. Tak heran, jika kemudian banyak investor yang lebih memilih mempercayakan pengelolaan investasi saham kepada broker tertentu. Mengingat, tidak semua investor terbiasa melakukan analisis laporan keuangan, terlebih lagi ketika sampai pada bagian menilai sehat atau tidaknya keuangan suatu perusahaan. Pada bagian ini, investor biasanya akan dihadapkan pada 2 rasio fundamental sederhana yakni rasio Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE). Singkatnya, kedua rasio ini cenderung mirip, namun tetap ada beberapa perbedaan dalam hasil perhitungannya. Jadi apa itu ROA dan ROE?

 

Mengenal Rasio Fundamental ROA dan ROE

Salah satu tugas manajemen sebuah perusahaan adalah meningkatkan apa yang disebut dengan shareholders value atau nilai bagi para pemegang saham. Salah satu KPI yang termasuk dalam shareholders value tersebut adalah ROA (Return on Asset) dan ROE (Return on Equity). Dalam berinvestasi, seringkali seorang investor juga menjadikan Rasio ROA dan ROE ini menjadi salah satu patokan untuk memilih saham.

ROA merupakan imbal hasil atau tingkat pengembalian laba atas total aset yang tertera di dalam neraca perusahaan. ROA ini biasanya merupakan ukuran kinerja manajemen tingkat atas, karena melihat bagaimana manajemen dapat memanfaatkan aset ini menjadi laba perusahaan.

Sementara ROE merupakan imbal hasil atau tingkat pengembalian laba atas total ekuitas, yang menjadi ukuran kinerja perusahaan sekaligus pemegang saham. Bagi pemegang saham yang menginvestasikan dananya di perusahaan sebagai tambahan ekuitas, ROE ini juga menjadi tolak ukur seberapa besar ia akan mendapatkan imbalan atas modal yang diinvestasikan.

Dari penjelasan di atas, kita dapat mengetahui bahwa rasio ROA dan ROE diperoleh dari rumus sebagai berikut :

 

Pertanyaannya adalah rasio mana yang lebih dapat dijadikan acuan?

Penulis sendiri sampai sekarang ini, lebih suka menggunakan ROE sebagai indikator ketimbang ROA. Mengapa demikian? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya akan coba menggunakan ilustrasi sederhana berikut ini agar dapat lebih mudah untuk dipahami.

 

Perusahaan APerusahaan B

Total Aset

Rp 100 juta

Rp 100 juta

Laba BersihRp 20 juta

Rp 15 juta

 

Perusahaan A memiliki aset Rp 100 juta dan dapat menghasilkan laba bersih Rp 20 juta. Sementara Perusahaan B memiliki aset Rp 100 juta dan dapat menghasilkan laba bersih Rp 15 juta. Dari antara kedua perusahaan tersebut, mana menurut Anda perusahaan yang lebih baik dalam hal pengembalian laba bersih terhadap aset nya? Dengan menggunakan rumus di atas, kita akan mendapatkan ROA untuk kedua perusahaan sebagai berikut :

  • ROA Perusahaan A = Rp 20 juta / Rp 100 juta = 20%
  • ROA Perusahaan B = Rp 15 juta / Rp 100 juta = 15%

Tentu saja jawabannya adalah Perusahaan A, karena dengan modal yang sama, perusahaan A mampu menghasilkan laba bersih yang lebih besar. Namun apakah benar fundamental perusahaan A lebih baik dibandingkan perusahaan B?

Perlu diingat bahwa Total Aset sebuah perusahaan terdiri dari Liabilitas (Hutang atau pinjaman) dan Ekuitas (setoran pemilik dan laba ditahan), atau dapat digambarkan dalam persamaan berikut ini.

Menggunakan contoh yang sama seperti di atas, sekarang mari kita lihat struktur permodalan dari perusahaan A dan perusahaan B.

Perusahaan APerusahaan B

Total Liabilitas

Rp 20 jutaRp 50 juta
Total EkuitasRp 80 juta

Rp 50 juta

TOTAL ASETRp 100 juta

Rp 100 juta

 

Perusahaan A dan B sama-sama memiliki aset sebesar Rp 100 juta. Namun jika dilihat lebih detail, total aset perusahaan A terdiri dari Total Ekuitas sebesar Rp 80 juta ditambah dengan Liabilitas sebesar Rp 20 juta. Sementara total aset perusahaan B terdiri dari total Ekuitas sebesar Rp 50 juta ditambah dengan liabilitas sebesar Rp 50 juta. Dengan asumsi bahwa Laba Bersih yang dihasilkan masih tetap sama (Laba Bersih Perusahaan A : Rp 20 juta dan Laba Bersih Perusahaan B : Rp 15 juta), maka rasio ROE yang dihasilkan oleh kedua perusahaan adalah sebagai berikut :

  • ROE Perusahaan A = Rp 20 juta / Rp 80 juta = 25%
  • ROE Perusahaan B = Rp 15 juta / Rp 50 juta = 30%

Dilihat dari sudut pandang tingkat pengembalian laba terhadap total ekuitas, Perusahaan B ternyata lebih baik dibandingkan dengan perusahaan A. Semakin besar nilai rasionya, maka semakin besar dana yang dapat dikembalikan dari ekuitas menjadi laba. Artinya semakin besar laba bersih yang diperoleh dari modal sendiri. ROE tinggi akan menyebabkan posisi pemilik modal perusahaan semakin kuat.

 

 

Pertimbangan Relevan Menggunakan Rasio ROA dan ROE

Kembali lagi, mengapa saya lebih menyukai memakai ROE ketimbang ROA? Karena ROE lebih mencerminkan kemampuan perusahaan menggunakan modal dari setoran pemilik dan laba ditahan saja, sehingga lebih mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan asumsi tanpa hutang sekalipun.

Yang perlu diperhatikan pula adalah hati-hati jika ternyata rasio ROA dan ROE perusahaan berbeda jauh, misalkan ROA = 20% dan ROE = 50%, itu artinya perusahaan cenderung memiliki hutang yang relatif besar ketimbang ekuitas nya, karena ROE itu sendiri memiliki persamaan lain, yaitu :

Dari persamaan di samping ini, kita mengenal satu istilah baru, yaitu Financial Leverage. Financial Leverage ini bahasa sederhana nya adalah daya ungkit yang didapat dari hutang (liabilitas) perusahaan. Jika FL > 2, artinya Utang > Ekuitas, sedangkan jika FL < 2, artinya Utang < Ekuitas. Jadi, apabila ROA = 20% dan ROE = 50%, maka FL = 2.5 (di atas 2), artinya Utang > Ekuitas.

               

Kesimpulan

Jadi, kesimpulannya adalah apabila Anda menemukan bahwa rasio ROA sebuah perusahaan lebih besar dibandingkan dengan perusahaan lainnya (misal : kompetitor di industri yang sama), maka Anda perlu melangkah lebih jauh ke dalam perhitungan ROE nya. Apabila ROE nya juga lebih besar dari kompetitor, barulah dapat dikatakan perusahaan tersebut memiliki tingkat pengembalian laba yang lebih baik. Disinilah, kedua rasio tersebut saling melengkapi dalam menampilkan kinerja perusahaan.

Namun, perhatikan juga apakah rasio ROA dan ROE nya terlalu jauh? Karena apabila ROA dan ROE terlalu jauh, besar kemungkinan bahwa hutang di dalam perusahaan tersebut lebih besar dibandingkan dengan ekuitas nya.

 

###

 

DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!

 

Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

6 Comments

  • Nora
    20 December 2018 at 6:46 PM

    Apa Niali perusahaan (*PBV atau Tobin’S Q) yang bapak gunakan untuk mengukur pengaruh Profitabilitas (ROA/ROE)?

  • Ahmad Muttaqin
    2 December 2019 at 5:47 AM

    Selamat pagi pak Rivan

    Maaf saya mau tanya yang dimaksud “Rasio ROA dan ROE terlalu jauh”.

    Yang dimaksud terlalu jauh itu yang seperti apa ya pak?

    • Haji Syaib
      15 December 2019 at 6:02 PM

      Itukan udah ada penjelasan detilnya di atas BAMBANG, baca yg teliti makanya

      • pingin sukses tapi suka rebahan tapi pingin sukses tapi suka rebahan
        17 March 2021 at 8:49 PM

        ngakak wkwkwk

  • Juna
    30 January 2020 at 9:10 AM

    kak aku mau nanya,
    kalau DER dan FL membahas hutang, terus perbedaannya kedua rasio ini apa?

  • Amir
    27 June 2021 at 7:37 AM

    Mantap bang, Info nya ngebantu banget (y)….

Komentar

Artikel Lainnya

Youtube Update

Our Social Media

Arsip Artikel