Investasi-Saham-atau-Emas-Saat-Resesi
Artikel telah ditinjau oleh: Stock Market Analyst RK Team 

Negara yang mengalami resesi ekonomi secara tidak langsung akan memberikan dampak buruk bagi masyarakatnya, mulai dari gelombang PHK, pendapatan dan daya beli yang menurun, hingga inflasi. Tak ayal resesi ekonomi seringkali menjadi momok yang menakutkan, tak terkecuali bagi para investor. Lantaran di saat perlambatan ekonomi terjadi, pasar keuangan juga akan ikut terguncang. Pertanyaannya, instrumen investasi mana yang lebih aman, investasi saham atau emas saat resesi?

 

Subscribe Monthly Investing Plan terbaru dapatkan Portfolio Update, ikuti Meet The Company, dan Live Discussion! Buruan!

 

Mengenal Karakteristik Investasi Saham dan Emas

Saham dan Emas merupakan sama-sama instrumen investasi yang mampu memberikan imbal hasil atas pertumbuhan nilainya yang tinggi, terutamanya dalam jangka panjang. Kendati menguntungkan bagi investornya, namun baik saham dan emas tetap berbeda karakteristiknya. Oleh sebab itu, saham dan emas ini memiliki peran yang berbeda juga.

  • Karakteristik dari Investasi Saham

Saham merupakan instrumen investasi yang menandai adanya kepemilikan saham dari investor terhadap perusahaan tertentu. Di mana ketika investor membeli saham, maka secara langsung investor sudah ikut memiliki sebagian perusahaan. Hal tersebut juga membuat investor berhak atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan yang akan dibagikan dalam bentuk dividen atau capital gain yang berasal dari kenaikan harga saham.

Kepemilikan saham di sebuah perusahaan dianalogikan sebagai potongan kue, perusahaan adalah kue dan saham adalah potongannya. Jadi kue dipotong menjadi sebanyak 1000 bagian (lembar saham), lalu ada investor yang membeli kue sebanyak 10 bagian (lembar saham). Ini berarti investor berhak atas 1% dari kue tersebut.

    • Kelebihan Investasi Saham saat Resesi:

      • Harga Saham Terdiskon

Ketika resesi ekonomi terjadi, umumnya harga saham akan bergerak turun, dan berpotensi menyentul level terendahnya. Hal ini akan membuat harga saham menjadi lebih murah, dibandingkan harga sebelum turun. Kondisi tersebut merupakan peluang yang baik bagi investor untuk masuk dan membeli saham di valuasi terendahnya, terutama jika tujuan investasi adalah jangka panjang.

      • Potensi Capital Gain Usai Resesi

Saham memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi usai resesi, di mana harga saham perusahaan yang kinerjanya sehat secara fundamental umumnya akan melesat signifikan. Seiring dengan pulihnya perekonomian dan membaiknya permintaan pasar. Di saat itulah, investasi saham dapat memberikan imbal hasil yang relatif tinggi dalam bentuk capital gain.

      • Tetap Ada Saham yang Membagikan Dividen

Ada sejumlah perusahaan yang tetap membagikan dividen, sekalipun resesi terjadi. Perusahaan yang rajin membagikan dividen ini biasanya adalah perusahaan yang berasal dari sektor defensif, seperti Consumer Goods, Kesehatan, hingga Utilitas, maupun Telekomunikasi. Selain itu, perusahaan kuat secara fundamental, dengan arus kas stabil, tingkat utang yang rendah, margin laba relatif tinggi, hingga historical dividen yang konsisten.

      • Kinerja Fundamental Lebih Terlihat

Kinerja fundamental dari saham yang ada di bursa cenderung akan lebih terlihat, ketika resesi terjadi. Kinerja fundamental akan menjadi lebih menonjol, dibandingkan tren yang terjadi dalam jangka pendek. Di sini investor dapat menilai kinerja nyata yang dihasilkan perusahaan, bukan sekedar di atas kertas. Saham-saham ini biasanya ada dalam kategori saham Blue Chip.

    • Kelemahan Investasi Saham Saat Resesi:

      • Volatilitas saham relatif tinggi

Fluktuasi harga saham hampir tidak dapat dihindari oleh investor, bukan hanya karena dampak resesi. Melainkan juga karena adanya sentimen pasar yang negatif. Alhasil harga saham dapat bergerak secara liar, tanpa alasan jelas.

      • Harga Saham Anjlok ke Level Terendah

Umumnya ketika resesi terjadi, kepercayaan investor akan ikut turun. Akhirnya memicu aksi panic selling, yang berimbas pada anjloknya harga saham ke level terendah. Bahkan kondisi ini dapat terjadi pada perusahaan yang kinerja fundamentalnya bagus. Jika hal ini disikapi dengan emosional dan terburu-buru menjualnya, sudah tentu investor akan menelan kerugian yang besar.

      • Bisnis Bangkrut

Kinerja fundamental perusahaan yang lemah, berpotensi membuat perusahaan menghadapi risiko kebangkrutan. Lantaran ketahanan perusahaan tidak cukup kuat untuk menopang kelangsungan bisnis, selama terdampak resesi. Perusahaan dapat mengalami kerugian, dari penjualan dan laba yang menurun, tidak tercapainya target, hingga berpotensi tidak membagikan dividen maupun delisting dari bursa.

      • Risiko Terjebak Value Trap

Anjloknya harga saham juga menjadi tantangan tersendiri bagi investor, untuk mencari saham-saham terdiskon. Mengingat tidak semua saham yang harganya turun, layak untuk dibeli. Jika investor akhirnya salah dalam membeli saham yang terkesan murah, dan kinerjanya benar-benar murahan. Dapat dipastikan bahwa investor terjebak Value Trap. Adapun untuk terhindar dari risiko value trap ini, maka investor perlu melakukan analisis lebih mendalam, bukan hanya membedah laporan keuangannya saja, namun juga mengenai bagaimana kondisi GCG perusahaan hingga seperti apa sektor industri tempat perusahaan bergerak.

 

Investasi-Saham-atau-Emas

[Baca lagi: Investasi Saham atau Emas]

 

  • Karakteristik dari Investasi Emas

Emas adalah salah satu instrumen investasi, yang dikenal dengan kekuatannya sebagai aset lindung nilai atau safe haven asset. Berdasarkan historical, emas merupakan aset pilihan terbaik karena tidak membutuhkan keahlian khusus. Dan memiliki daya tahan yang tinggi, ketika ekonomi bergejolak atau bahkan saat inflasi.

    • Kelebihan Investasi Emas Saat Resesi:

      • Nilai Aset Relatif Stabil

Sebagai safe haven asset, daya tahan nilai emas lebih stabil, meski kinerja pasar merosot imbas resesi. Bahkan pergerakan harga emas cenderung melonjak. Contohnya saja ketika di tahun 2020, terdampak pandemi Covid19, harga emas justru sempat melonjak ke level 2000an.

Pergerakan harga emas dalam 10 tahun terakhir. Source: tradingeconomics

      • Daya Tahan Tinggi terhadap Inflasi

Nilai emas juga berdaya tahan tinggi terhadap lonjakan inflasi, sehingga nilainya tidak tertekan, seperti halnya uang tunai. Jadi di saat nilai mata uang tertekan, sebaliknya harga emas ini akan mengalami kenaikan. Hal inilah yang membuat daya beli investor tetap terjaga.

      • Mudah Diperjualbelikan

Likuiditas emas ini sangat baik, membuatnya sangat mudah untuk diperjualbelikan dan/atau dicairkan menjadi uang tunai. Bahkan dalam proses transaksinya pun sangat praktis, mudah, dan cepat. Dengan likuiditas emas yang baik, maka investasi emas saat ini sudah dapat dilakukan melalui dua cara, yakni investasi emas secara langsung dalam bentuk fisik atau berinvestasi secara digital pada berbagai platform investasi.

    • Kekurangan Investasi Emas Saat Resesi:

      • Tidak Memberikan Passive Income

Sebagai bagian dari komoditas, maka investasi emas ini tidak bisa menjadi passive income bagi investornya. Lantaran emas tidak akan memberi keuntungan berupa dividen seperti saham, atau bunga seperti obligasi. Keuntungan emas hanya ada pada pertumbuhan nilainya atau capital gain, selama dimiliki dalam jangka panjang.

      • Harga Emas Bisa Turun

Meskipun disebut nilai emas cenderung stabil, namun pergerakan harga emas tetap bisa mengalami perlambatan dalam jangka waktu tertentu, bahkan menurun. Biasanya penurunan harga emas terjadi ketika investor berbondong-bondong mengalihkan asetnya ke aset yang berisiko, misalnya saham. Pada gilirannya permintaan emas akan mengalami penurunan, yang akhirnya harga emas juga akan merosot.

      • Bukan Aset dalam Jangka Pendek

Pertumbuhan nilai emas akan lebih terasa, jika investasi emas dilakukan dalam jangka panjang dalam hitungan tahunan. Oleh sebab itu, jika investasi emas dilakukan hanya dalam jangka pendek, maka harganya akan berfluktuasi dan cenderung menurun. Jadi investasi emas tentu tidak disarankan bagi investor yang tergesa-gesa mendapatkan keuntungan besar dalam waktu instan.

 

Perbandingan Kinerja: Investasi Saham atau Emas Saat Resesi

Historical pasar menunjukkan bahwa emas memiliki kinerja nilai yang lebih baik, ketika ekonomi bergejolak, terutamanya saat inflasi melonjak. Sedangkan untuk saham, cenderung akan ikut tertekan di awal resesi terjadi, namun seiring dengan pulihnya ekonomi maka harga saham juga akan ikut recovery. Berikut ini gambaran perbandingan investasi saham dan emas di tahun 2020:

Perbandingan Saham dan Emas di tahun 2020. Source: googlesearch

Terlihat bahwa kinerja saham sempat merosot tajam, ketika awal-awal resesi Maret 2020. Setelah itu, barulah menunjukkan perbaikan di awal tahun, dengan harga saham yang mulai mengalami kenaikan.

Sedangkan pada kinerja emas, justru menunjukkan kenaikan signifikan di awal-awal resesi. Barulah setelahnya harga emas mulai melandai menuju akhir tahun.

Dengan perbandingan tersebut, bisa dikatakan bahwa emas sebagai instrumen investasi memang lebih unggul dengan perannya yang dapat menjadi pelindung nilai dalam jangka pendek. Sementara untuk saham, memang lebih cocok untuk investasi di jangka panjang.

 

Strategi Berinvestasi di Saat Resesi: Investasi Saham atau Emas?

Tidak ada yang salah dengan seluruh keputusan investasi, baik itu hanya memilih investasi saham dan/atau melakukan diversifikasi juga ke dalam investasi emas. Namun daripada alih-alih hanya memilih satu instrumen investasi saja, justru sebaiknya bisa melakukan diversifikasi aset ke dalam satu portofolio. Dengan porsi sebagai berikut:

  • Mengkombinasikan antara investasi saham dan emas: Porsi sekitar 60% saham dan 40% emas, porsi ini dapat diubah sesuai dengan profil risiko yang dimiliki Anda sebagai seorang investor.

Dalam strategi kombinasi ini, baik saham dan emas memiliki peran. Emas ditujukan sebagai pelindung nilai, jika terjadi ketidakpastian ekonomi. Sedangkan, saham sebagai strategi untuk menjaga pertumbuhan, dengan catatan memilih saham dengan kinerja fundamental yang kuat.

 

 

Kesimpulan

So, antara investasi saham atau emas, mana lebih aman dilakukan ketika resesi? Jawabannya, tentu pilihan instrumen investasi akan tergantung kepada profil risiko, tujuan keuangan, dan strategi investasi yang dimiliki oleh setiap investor.

  • Jika teman-teman investor, lebih menginginkan stabilitas dalam berinvestasi. Maka instrumen emas bisa menjadi pilihan tepat.
  • Sebaliknya, ketika investasi dilakukan untuk fokus terhadap pertumbuhan jangka panjang dan secara profil risiko, sanggup menghadapi volatilitas. Tentu instrumen saham menjadi jawabannya.
  • Namun jika lebih memilih menjaga keseimbangan portofolio, maka mengombinasikan antara investasi saham dengan emas, bisa menjadi langkah yang bijak.

Pada dasarnya, kembali Penulis tekankan bahwa kunci utama keberhasilan investasi ialah disiplin, tidak panik, tidak terbawa spekulasi, dan terus meningkatkan investasi leher ke atas. Meskipun resesi adalah momok yang ditakuti, justru sebaliknya resesi ini adalah peluang yang baik bagi para investor cerdas.

Kalau teman-teman investor sendiri, lebih merasa aman investasi saham atau emas? Atau bahkan telah mengombinasikan antara keduanya?***

 

###

 

DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!

 

Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

reCaptcha v3
keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *