
Terakhir diperbarui Pada 21 Februari 2025 at 12:49 pm
Cara kerja leverage merupakan bagian penting yang sebaiknya dipahami investor, karena dengan memanfaatkan leverage. Maka investor bisa memiliki peluang untuk membeli saham dua kali lebih banyak, hanya bermodalkan saldo yang dimiliki. Oleh sebab itu, akan sangat menguntungkan jika investor paham betul akan cara kerja leverage dalam saham. Yuk langsung saja bahas…
Daftar Isi
Pengertian Leverage
Leverage merupakan sebuah instrumen yang berperan untuk dapat meningkatkan eksposur investasi terhadap aset tertentu. Dengan memanfaatkan leverage, maka investor bisa membeli saham sampai dua kali lebih banyak, tanpa harus membayar lebih seharga saham tersebut. Jadi dengan menggunakan leverage, maka investor bisa berpeluang untuk memiliki daya beli aset jauh lebih besar, dari modal yang dimiliki.
Cara Kerja Leverage
Meski leverage bisa menawarkan peluang yang lebih baik dalam pembelian saham. Namun dalam praktiknya, leverage ini bukan termasuk skema investasi bodong. Lantaran cara kerja leverage ini transparan dan jelas. Sehingga beberapa perusahaan manajemen investasi sekelas to dunia pun seringkali menawarkan leverage kepada kliennya.
Karena dengan menggunakan leverage, maka perusahaan manajemen investasi tidak perlu memperbesar modal awal milik investor. Melainkan perusahaan manajemen investasi hanya akan memperluas lagi cakupan eksposure investasinya. Ini mengapa, penggunaan leverage perlu dibangun pada satu aset dasar atau underlying asset tertentu. Sebut saja contoh asetnya, saham, obligasi, komoditas atau bahkan mata uang.
Setelahnya, maka perusahaan manajemen investasi akan mendorong kemampuan beli investor terhadap underlying asset tersebut, ketika leverage digunakan. Aksi ini yang kemudian membuat eksposure investasi bisa menjadi lebih besar di dalam instrumen, sekalipun dilakukan dengan modal yang terbatas.

Bagi teman-teman investor yang ingin berlangganan Cheat Sheet, bisa menggunakan voucher di bawah ini.
Jenis-jenis Leverage
Secara umum leverage ini terbagi ke dalam tiga jenis, yang antara lain:
Combined Leverage
Leverage ini merupakan leverage gabungan. Umumnya Combined Leverage ini timbul, saat perusahaan mampu mengelola operationg dan juga financial leverage secara baik. Combined Leverage ini sangat berguna, lantaran bukan hanya mampu memberikan imbal hasil kepada perusahaan, namun juga kepada para investor didalamnya.
Financial Leverage
Dana yang bersumber dari eksternal perusahaan, yang memiliki beban tetap di dalam manajemen finansial. Financial Leverage ini sebaiknya perlu dipahami oleh investor, karena leverage ini seringkali dianggap mampu menaikkan potensi imbal hasil lebih baik. Jika dibandingkan pada fixed cosk dari perusahaan.
Operating Leverage
Sejumlah dana yang terdapat dalam perusahaan, yang dialoikasikan untuk mendukung jalannya kegiatan operasional. Pada leverage ini, biaya tetap merupakan alasan perusahaan untuk dapat menutupi seluruh biaya operasional. Dengan begitu, diharapkan leverage yang digunakan bisa mendongkrak kenaikan penjualan di perusahaan.
Strategi Menggunakan Leverage dalam Investasi
Kendati cara kerja leverage transparan, dan mampu menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi. Namun investor perlu adanya penetapan strategi dalam menggunakan leverage ke dalam investasinya. Semata-mata untuk menjaga pertumbuhan investasi yang lebih terkontrol dari risiko dan dapat memberikan imbal hasil maksimal. Berikut ini strategi yang sebaiknya tidak dilewatkan ketika menggunakan leverage, antara lain:
Gunakan leverage ketika pasar berada dalam fase Uptrend
Keuntungan yang diberikan dari leverage bisa dua kali lipar lebih besar. Tentu keuntungan ini akan lebih maksimal lagi, apabila leverage digunakan saat harga aset ada dalam fase Uptrend. Karena jika digunakan di fase sebaliknya, yakni Downtrend, sudah tentu ini akan menjadi kerugian besar.
Oleh sebab itu, investor dapat menggunakan leverage, apabila benar yakin bahwa harga dari underlying asset berpotensi masuk ke fase Uptrend. Adapun ciri-ciri akan terjadinya Uptrend, adalah saat harga aset mulai membentuk pola Higher High Higher Low (HH HL), seperti berikut:
Gambaran Pola HH HL pada harga aset.
Terapkan Stop Loss dan juga Take Profit
Strategi berikutnya yang juga sebaiknya diterapkan investor sebelum bertransaksi beli maupun jual, adalah menentukan batas harga tertentu sebelum membeli aset tertentu. Hal ini juga berlaku untuk sebaliknya, investor perlu menentukan batasan harga sebelum menjual asetnya. Strategi ini baiknya diterapkan untuk membatasi potensi kerugian (Stop Loss/SL) dan untuk bisa mengambil keuntungan (Take Profit/TP). Dengan catatan keputusan menentukan batas Stop Loss maupun Take Profit, harus berdasarkan pada analisis fundamental dan teknikal agar lebih terukur. Berikut contoh dari penentuan batas Stop Loss maupun Take Profit pada saham Tesla (US Stock):
Ilustrasi menetapkan batas Stop Loss dan juga Take Profit.
Penerapan Stop Loss ini sendiri, diperlukan ketika leverage digunakan. Mengingat leverage memiliki risiko volatilitas yang relatif tinggi. Jadi ketika investor tidak memasang batas Stop Loss, maka potensi kerugiannya akan lebih besar, sewaktu-waktu harga aset terkoreksi tajam.
Terlepas dari itu, Stop Loss maupun Take Profit ini memiliki manfaat bagi investor, yakni untuk melatih investor dalam mengelola emosi. Sehingga tidak serakah dan ambisius yang berlebihan ketika harga aset bergerak naik.
Perhatikan Kondisi Ekonomi
Strategi terakhir yang sebaiknya tidak diabaikan investor adalah memperhatikan kondisi ekonomi, terutamanya perkembangan makroekonomi. Pasalnya mengetahui bagaimana situasi makroekonomi akan sangat membantu investor dalam membuat keputusan, kapan akan menggunakan leverage.
Tidak hanya itu, dengan mengetahui situasi makroekonomi, investor juga akan lebih mudah dalam menentukan saham dari sektor mana yang akan dileverage. Misalnya saja, ketika harga saham dari sektor komoditas, dengan situasi komoditas yang juga mendukung karena harganya yang tinggi. Maka bisa menjadi peluang untuk masuk dan menggunakan leverage pada sektor komoditas ini.
Risiko yang Terkait dengan Leverage
Sejalan dengan keuntungan yang ditawarkan leverage, tentu ada risiko yang akan ditanggung investor. Apabila penggunaan leverage tidak tepat atau salah momentum. Beberapa risiko tersebut antara lain:
Nilai portfolio berisiko turun secara signifikan
Leverage juga memiliki prinsip High Risk High Return. Lantaran leverage memang bisa memberikan keuntungan besar hingga dua kali lipat. Namun hal itu sebanding juga dengan risiko kerugian yang bisa bekali-kali lipat, jika kondisi pasar merosot. Oleh sebab itu, penting bagi investor mempersiapkan mental terlebih dulu sebelum memutuskan menggunakan leverage, karena kerugiannya akan lebih besar. Tidak hanya itu, investor juga harus memperhatikan kecukupan dana yang dimiliki.
Risiko Margin Calls
Risiko lain dari penggunaan leverage adalah terjebak dalam posisi Margin Calls. Sederhananya, Margin Calls ini merupakan situasi di mana posisi modal setara atau bahkan kurang dari 70% terhadap selisih nilai antara ‘nilai asli aset’ yang dimiliki, dengan ‘nilai aset dengan leverage’.
Investor yang berada dalam posisi Margin Calls ini, biasanya terjadi ketika harga aset yang menggunakan leverage turun, sehingga nilainya setara atau di bawah 70% dari total modal. Jika sudah begitu, maka investor tidak bisa lagi membuka posisi leverage yang baru, sekalipun mungkin masih bisa menjualnya.
Terlepas dari risiko Margin Calls, sebenarnya investor masih memiliki peluang. Yaitu dengan cara kembali menyetorkan sejumlah modal yang dikehendaki kepada perusahaan manajemen investasi. Semata-mata tujuannya agar rasio modal (ekuitas) terhadap margin bisa kembali mencapai 100%. Tetapi, jika cara ini dilakukan berarti investor sama saja mengeluarkan modal investasi yang lebih besar dari sebelumnya. Sementara modal yang sebelumnya masih dalam kondisi yang ‘tidak pasti’, apakah untung atau buntung.
Adapun alternatif lain untuk mengatasi posisi Margin Calls, adalah menjual posisi leverage tersebut, sehingga margin level bisa kembali ke 100%.
Risiko Likuidasi
Jika pada risiko Margin Calls tadi tidak dapat teratasi dan justru berkepanjangan. Maka risiko berikutnya adalah masuk ke dalam posisi likuidasi secara paksa atau yang dikenal Forced Liquidations.
Likuidasi paksa atau Forced Liquidations ini merupakan situasi di mana investor mau tidak mau harus melihat leveragenya dijual dengan cara otomatis. Sebab telah gagal dalam menjaga level marginnya. Perusahaan manajemen investasi sendiri akan melakukan hal itu, untuk dapat mengembalikan level margin si investor, agar keluar dari situasi Margin Calls.
Risiko Psikologis
Secara psikologis, penggunaan leverage tanpa diiringi dengan mental yang benar-benar siap. Bisa mendorong investor pada jebakan psikologis, terlena dan kemudian merugi.
Pasalnya, di awal menggunakan leverage biasanya investor yang tanpa wawasan akan merasa senang dan tergiur, karena efek semu seolah-olah memiliki aset dalam jumlah yang besar dari modal yang disetorkan. Padahal tanpa disadari, investor bisa tergiur untuk mengalirkan uang untuk bisa menggunakan leverage secara terus-menerus. Di mana hal ini, berpotensi menjadi bumerang ketika pasar berubah arah dari Uptrend ke Downtrend. Alhasil, investor terjebak dan sulit menghindar dari risiko kerugian.
Manfaat Leverage dalam Investasi
Terlepas dari risiko yang ada dibalik penggunaan leverage, tentu ada manfaat yang didapatkan investor, beberapa diantaranya:
Meningkatkan potensi imbal hasil
Jika leverage digunakan pada waktu yang tepat dan strategi yang benar, maka leverage dapat memberikan imbal hasil yang berkali-kali lipat dari nilai yang seharusnya diterima investor. Menariknya peningkatan potensi imbal hasil ini bisa didapatkan investor, tanpa perlu menyetorkan modal investasi yang lebih besar lagi.
Menawarkan peluang investasi
Leverage juga dapat membuka peluang investasi bagi teman-teman investor yang memiliki modal terbatas. Karena leverage ini merupakan dana pinjaman dari perusahaan manajemen investasi, yang dapat digunakan investor untuk meningkatkan potensi imbal hasil.
Efisiensi modal investasi
Dengan menggunakan leverage, maka modal yang dibutuhkan investor tidak harus besar.
Diversifikasi aset
Leverage juga bisa menjadi bagian dari diversifikasi aset, karena investor memiliki peluang untuk menyebarkan modal yang dimiliki pada instrumen investasi lainnya yang dianggap potensial.
Contoh Penggunaan Leverage dalam investasi
Perusahaan manajemen investasi ‘ABC’, menawarkan penggunaan leverage kepada investor sebesar dua kali atas saham dengan kode ‘XXXX’. Ini berarti perusahaan ‘ABC’ optimis bahwa pihaknya mampu memperluas eksposure atas saham ‘XXXX’ sebanyak dua kali lipat lebih banyak dari modal yang disetorkan investor.
Dan di waktu yang sama, harga saham ‘XXXX’ diperdagangkan pada harga Rp1 juta per lembar sahamnya. Sementara modal yang juga dimiliki investor adalah Rp1 juta. Maka ketika leverage digunakan, investor bisa berkesempatan untuk mengantongi sebanyak dua lembar saham ‘XXXX’ senilai Rp2 juta, apabila investor tersebut benar menempatkan uangnya dalam penggunaan leverage tadi.
Nah, jadi total saham yang bernilai Rp2 juta tadi, sebesar Rp1 juta nya adalah saham ‘XXXX’ yang dibayarkan oleh investor. Sedangkan untuk sisanya Rp1 juta dikenal dengan istilah margin, yaitu selisih antara besarnya modal yang dimiliki, dengan nilai posisi yang ada pada portfolio.
Adapun untuk perhitungan untung maupun ruginya dari penggunaan leverage, akan sangat bergantung dari pergerakan nilai saham ‘XXXX’ tadi. Jadi, kalau nilai saham ‘XXXX’ naik menjadi Rp1.2 juta per lembar saham. Lalu si investor membeli saham ‘XXXX’ secara langsung, maka ia bisa meraup keuntungan sekitar Rp200 ribu.
Namun, karena si investor memilih untuk menggunakan leverage sesuai tawaran dari perusahaan manajemen investasi. Maka keuntungan yang diterima bisa menjadi dua kali lipatnya yakni Rp400.000. Lantaran dengan menggunakan leverage, maka daya ungkit eksporsurnya bisa menjadi lebih besar dari modal yang aslinya.
Beli Secara Langsung Tanpa Leverage | Beli dengan Leverage Sebesar 2x | |
Daya Beli Saham | Rp1 juta | Rp1 juta |
Lot yang Dimiliki | 1 | 2 |
Perubahan Harga Saham | (+20%) Rp200 ribu | (+20%) Rp200 ribu |
Potensi Keuntungan | +Rp200 ribu | +Rp400.000 |
Lalu bagaimana jika harga saham mengalami penurunan?
Mekanisme penggunaan leverage juga akan sama ketika harga saham yang dibeli mengalami penurunan. Jadi, di waktu harga saham turun menjadi Rp800 ribu per lembar saham. Tentu investor akan mengalami kerugian sebesar Rp400 ribu karena menggunakan leverage. Namun jika tanpa leverage, maka kerugian hanya Rp200 ribu.
Beli dengan Leverage Sebesar 2x | |
Daya Beli Saham | Rp1 juta |
Lot yang Dimiliki | 2 |
Perubahan Harga Saham | (-20%) Rp200 ribu |
Potensi Kerugian | -Rp400.000 |
Kesimpulan
Jadi dalam bahasa yang lebih sederhana, leverage ini adalah fasilitas dana pinjaman yang diberikan oleh perusahaan manajemen investasi kepada investornya. Yang tujuannya adalah untuk meningkatkan potensi imbal hasil dari aktivitas investasi maupun trading yang dilakukan investor. Cara kerja leverage ini transparan dan juga jelas, sehingga investor dapat mengetahui perkembangannya.
Namun dalam praktiknya, sangat penting bagi investor untuk mampu mengendalikan diri dan tidak melibatkan emosi dalam pengambilan keputusan investasi. Bagaimana pun itu, leverage ini dapat menimbulkan risiko tinggi bagi investor dan berujung pada situasi Margin Calls. Apalagi jika diterapkan tanpa strategi investasi yang tepat dan tidak melibatkan analisis fundamental maupun teknikal.***
###
DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!
Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.