Artikel telah ditinjau oleh: Stock Market Analyst RK Team
Nasib saham BUKA kian berada diujung tanduk, padahal sewaktu IPO Perdana di Juli 2021 harga sahamnya dipatok Rp850an. Tapi sampai per artikel ini ditulis harga sahamnya sudah menyentuh Rp112 – Rp114an. Tak ayal kerugian besar semakin membayangi investor, terlebih lagi saham BUKA sebagai emiten e-commerce yang dulunya digadang-gadang ini belum pernah membagikan dividen kepada para pemegang saham. Kondisi saham BUKA juga diperburuk dengan keputusan manajemen yang menutup Layanan Marketplace baru-baru ini. Lantas bagaimana dengan nasib saham BUKA untuk ke depannya? Apakah masih ada harapan harga sahamnya rebound?
Ingin menyusun investing plan, tapi memiliki waktu yang terbatas untuk mengolah informasi. Segera manfaatkan Monthly Investing Plan yang telah terbit!
Bagi teman-teman investor yang ingin berlangganan Monthly Investing Plan, bisa menggunakan voucher…
Saham BUKA Masih Merugi hingga 3Q2024
Mengacu pada hasil kinerja keuangan saham BUKA pada 3Q2024, emiten e-commerce ini masih mengalami kerugian seperti kinerja sebelum-sebelumnya. Tercatat kerugian BUKA pada 3Q2024 mencapai -Rp597.34 miliar, secara angka memang kerugian tersebut sudah turun -29.94% YoY dibandingkan periode 3Q2023 yang sebesar -Rp776.22 miliar.
Kerugian tersebut berbanding terbalik dengan Pendapatannya di 3Q2024 yang naik 1.80% YoY menjadi sebesar Rp3.39 triliun, dari periode 3Q2023 yang hanya sebesar Rp3.33 triliun. BUKA yang merupakan perusahaan e-commerce ini memiliki tiga segmen bisnis, yakni:
- Online to Offline, yang mencakup aktivitas penjualan barang, komisi dan juga pendapatan pembiayaan.
- Pengadaan, adalah segmen bisnis yang mencakup aktivitas barang dan jasa.
- Marketplace, adalah segmen yang mencakup penyediaan jasa fitur, logistik, virtual dan physical product, fintech, pemasaran, dan juga jasa marketplace lainnya.
Sayangnya dari ketiga segmen bisnis, pada periode 3Q2024 hanya ada dua segmen yang menghasilkan pendapatan neto: Untuk Online to offline naik 4.40% YoY menjadi Rp1.66 triliun di 3Q2024, dari sebelumnya Rp1.59 triliun pada 3Q2023. Sedangkan untuk Marketplace turun tipis -0.27% YoY menjadi 1.831 triliun di 3Q2024, dari sebelumnya sebesar Rp1.836 triliun pada 3Q2023.
Dan yang paling mencolok adalah hilangnya pendapatan neto dari segmen bisnis Pengadaan di 3Q2024. Padahal sebelumnya masih mencatatkan pendapatan neto sebesar Rp11.54 miliar pada 3Q2023. Berikut ini pendapatan neto per segmen bisnis BUKA:
Rincian segmen bisnis BUKA Kuartal III-2024. Source: Laporan Keuangan BUKA Kuartal III-2024
Rincian segmen bisnis BUKA Kuartal III-2023. Source: Laporan Keuangan BUKA Kuartal III-2024
Sebagai tambahan informasi saja, untuk segmen bisnis Pengadaan yang dikelola oleh entitas anak usaha, bernama PT Buka Pengadaan Indonesia ini mendapatkan alokasi modal kerja sebesar Rp35.61 miliar. Tetapi sangat disayangkan, segmen bisnis Pengadaan justru tidak berkontribusi terhadap pendapatan BUKA di sepanjang tahun 2024 berjalan. Rinciannya terlihat di bawah ini:
Rincian modal kerja Segmen Pengadaan. Source: Laporan Realisasi Penggunaan Dana IPO BUKA
Kenaikan pendapatan BUKA, turut diikuti oleh kenaikan Beban Pokok Pendapatan sekitar 12.04% YoY menjadi -Rp2.79 triliun di 3Q2024, dari sebelumnya Rp2.49 triliun pada 3Q2023. Akan tetapi, Beban Umum dan Pemasaran berhasil ditekan menjadi -Rp252.43 miliar di 3Q2024, yang sudah lebih baik dari -Rp434.7 miliar pada 3Q2023. Turunnya Beban Umum dan Pemasaran terjadi karena rata-rata beban BUKA mengalami penurunan di periode 3Q2024.
Catatan 27. Beban Penjualan dan Pemasaran BUKA. Source: Laporan Keuangan BUKA Kuartal III-2024
Begitu juga dengan Beban Umum dan Administrasi yang turun menjadi -Rp868.02 miliar di 3Q2024, dari sebelumnya sebesar -Rp1.02 triliun pada 3Q2023. Lagi-lagi, meskipun secara angka turun, tapi Beban Umum dan Administrasi ini masih membebani BUKA. Salah satu penyebabnya karena adanya Beban Legal yang harus dibayar perusahaan mencapai Rp107.42 miliar di 3Q2024. Beban ini tidak muncul pada pencatatan periode 3Q2023, seperti berikut:
Catatan 28. Beban Umum dan Administrasi BUKA. Source: Laporan Keuangan BUKA Kuartal III-2024
BUKA juga mengalami Kerugian Pendapatan Operasi Lainnya mencapai -Rp208.14 miliar di 3Q2024. Sedangkan diperiode sebelumnya untung sebesar Rp23.93 miliar pada 3Q2023. Hal ini terjadi karena Total Pendapatan Operasi Lainnya juga mengalami penurunan signifikan 90.26% YoY menjadi Rp5.63 miliar di 3Q2024, dari sebesar Rp57.81 miliar pada 3Q2023. BUKA juga mencatatkan kerugian yang cukup besar dari Total Beban Operasi mencapai -Rp213.77 miliar di 3Q2024, dari sebelumnya hanya -Rp33.87 miliar pada 3Q2023. Penyebab paling besarnya adalah Rugi Selisih Kurs yang mencapai -Rp115.47 miliar di 3Q2024, dibandingkan -Rp19.56 miliar pada 3Q2023. Alhasil di periode 3Q2024, BUKA mengalami Rugi Nilai Investasi yang belum dan sudah terealisasi sebesar -Rp596.47 miliar. Berikut ini adalah rinciannya:
Catatan 29. Pendapatan/Beban Operasi Lainnya BUKA. Source: Laporan Keuangan BUKA Kuartal III-2024
Apabila di breakdown lagi, sebenarnya Pendapatan Keuangan BUKA mengalami kenaikan 37.74% YoY menjadi Rp783.77 miliar di 3Q2024, dari sebelumnya Rp569.01 miliar pada 3Q2023. Yang berasal dari Bunga Deposito, Bank dan Obligasi Pemerintah dan lainnya. Dengan Beban Keuangan sebesar Rp3.32 miliar di 3Q2024, berikut rinciannya:
Catatan 30. Pendapatan/Beban Keuangan BUKA. Source: Laporan Keuangan BUKA Kuartal III-2024
Hanya saja BUKA menanggung Kerugian Entitas Asosiasi yang nilainya mencapai -Rp35.70 miliar di 3Q2024, dari sebelumnya yang sebesar -Rp21.78 miliar pada 3Q2023. Jadi secara keseluruhan, BUKA masih mengalami kerugian yang cukup membebani kinerjanya. Sekalipun pendapatannya naik, diikuti dengan Beban Penjualan dan Pemasaran yang dapat ditekan. Namun hal tersebut tidak cukup kuat untuk menopang kinerja BUKA, sehingga masih mengalami kerugian. Bahkan meski nilai kerugiannya sudah menurun dibandingkan kinerja diperiode 3Q2023. Rinciannya terlihat seperti berikut:
Pos Pendapatan BUKA. Source: Laporan Keuangan BUKA Kuartal III-2024
NPM Saham BUKA
Dengan kondisi saham BUKA yang masih merugi sampai di 3Q2024, maka jika dilihat berdasarkan Net Profit Margin yang dihasilkan perusahaan e-commerce ini berada di level -18%. Ini berarti pendapatan yang diterima BUKA, belum sepenuhnya mampu untuk mendanai seluruh biaya operasional, baik itu beban umum dan administrasi, beban bunga hingga berbagai pengeluaran lainnya.
Dan dilihat secara historical, saham BUKA ini bisa dibilang baru hanya sekali dapat menikmati keuntungan dari pendapatan hasil operasionalnya dengan NPM sebesar 55% di tahun 2022. Seperti kita tahu, pada tahun 2022 lalu, saham BUKA berhasil membalikkan kerugian menjadi untung mencapai Rp1.983 triliun. Setelah sebelumnya di tahun 2021 mengalami kerugian sebesar Rp1.672 triliun. Hal wajar jika kemudian NPM nya melesat di tahun 2022 tersebut.
Historical Net Porfit Margin BUKA. Source: Cheat Sheet Kuartal III-2024 by RK Team
Dari historical Net Profit Margin di atas, terlihat bahwa saham BUKA memang masih terus merugi hingga periode 3Q2024. Jika kerugian ini masih terus berlanjut di kuartal berikut, sudah tentu menjadi ‘alarm bahaya’ bagi prospek perusahaan e-commerce Bukalapak ini.
Layanan Marketplace Tutup, hingga Potensi PHK!
2024 nampaknya menjadi tahun yang suram bagi saham BUKA, lantaran di tanggal 30 Oktober manajemen BUKA mengambil keputusan besar untuk melakukan penghentian kegiatan dan penutupan sejumlah lini usaha maupun anak perusahaan. Latar belakang keputusannya tersebut, ditengarai oleh situasi pasar e-commerce yang mengalami perubahan secara siginifikan, ditambah dengan tingginya persaingan antar e-commerce lain. Oleh sebab itu, saham BUKA memilih untuk melakukan restrukturisasi usaha.
Sayangnya dengan keputusan tersebut, manajemen juga terbuka akan adanya dampak terhadap sejumlah karyawan. Akan tetapi dalam pelaksanaannya, BUKA memastikan bahwa seluruh hak karyawan akan dipenuhi dan menjamin kompensasi bagi karyawan yang ikut terdampak.
Tujuan dari hal ini adalah untuk dapat fokus mengembangkan segmen bisnis inti dengan tatanan organisasi yang lebih ramping, sehingga jauh lebih efisien.
Rencana penutupan sejumlah lini bisnis BUKA. Source: Keterbukaan Informasi BUKA Oktober 2024
Dan yang terbaru sekarang ini, tepat pada 8 Januari 2025 manajemen BUKA kembali melakukan keputusan besar untuk menghentikan Layanan Produk Fisik pada Aplikasi dan Situs Web Bukalapak. Aksi korporasi yang terbaru ini, merupakan langkah lanjutan dari hasil peninjauan sejumlah segmen bisnis. Di mana hasilnya layanan Aplikasi dan Situs Web BUKA tidak lagi memberikan kontribusi terhadap pendapatan selama tiga tahun ke belakang atau sedikitnya hanya menyumbang 3% dari total pendapatan BUKA. Sedangkan biaya operasional yang dibutuhkan terus meningkat signifikan. Dalam proses penghentian Layanan Produk Fisik ini, dilakukan secara bertahap dan akan segera dimulai pada awal Februari 2025 nanti. Dan targetnya penghentian bisa diselesaikan di kuartal II-2025 nanti.
Penutupan Layanan Produk Fisik BUKA. Source: Keterbukaan Informasi BUKA Oktober 2024
Meski terjadi penutupan Layanan Produk Fisik, namun untuk Aplikasi dan Situs Web Bukalapak, beserta dengan aplikasi maupun situs web Marketplace lainnya yang dimiliki BUKA, dan juga para Mitra Bukalapak masih akan tetap berjalan seperti biasanya. Sehingga akan tetap bisa diakses oleh para penggunanya.
Jadi ke depannya, BUKA hanya akan fokus pada bisnis virtualnya berupa penjualan pulsa, token PLN, layanan gaming maupung voucher games, layanan investasi.
Dilihat dari keputusan BUKA di atas, jelas tingkat persaingan dalam bisnis e-commerce BUKA terbilang sangat tinggi. Sebut saja kompetitor utamanya yaitu Shopee maupun Tokopedia yang juga memiliki Layanan Produk Fisik lebih unggul.
Alhasil, sebagai imbas dari keputusan terbarunya tersebut untuk memberhentikan Layanan Produk Fisik, maka potensi PHK semakin besar dan tidak terhindari lagi oleh perusahaan.
Gimana Nasib Saham BUKA Ke Depan?
Dalam hal kelanjutan nasib saham BUKA, jika di flashback pada keterbukaan informasi tertanggal 30 Juni 2024 mengenai Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil IPO Perdananya. Tercatat bahwa dari IPO nya, BUKA berhasil mengantongi dana segar senilai Rp21.32 triliun. Sedangkan total dana yang sudah terealisasikan untuk modal kerja perusahaan mencapai Rp11.49 triliun. Adapun untuk total dana segar yang masih tersisa dari hasil IPO nya, yakni senilai Rp9.82 triliun. Berikut rinciannya:
Rincian laporan realisasi penggunaan dana IPO BUKA. Source: Keterbukaan Informasi BUKA
Melihat besarnya nominal dana segar yang masih tersisa tersebut, maka seharusnya BUKA bisa melakukan pengembangan bisnis baik untuk perusahaan sendiri maupun untuk entitas anak usaha lainnya. Berkenan dengan pengembangan bisnis yang sebaiknya dilakukan BUKA, jauh sebelumnya perusahaan e-commerce ini sudah melaksanakan RUPSLB Desember 2024. Di mana keputusannya adalah mengantongi persetujuan untuk merubah penggunaan dana IPO, seperti berikut:
Ringkasan Risalah RUPSLB BUKA pada 3 Desember 2024. Source: Keterbukaan Informasi BUKA
Dari keputusan yang diperoleh, nampak bahwa BUKA sebagai perusahaan e-commerce setelah melakukan penghentian Layanan Produk Fisik. Justru sama sekali belum memiliki perencanaan rinci untuk mengembangkan bisnis lain sebagai langkah selanjutnya.
Melainkan hanya bentuk pengembangan usaha yang tidak terbatas, misalnya membeli saham perusahaan lain atau aset lain, atau bahkan melakukan penyertaan saham di satu atau lebih di suatu perusahaan melalui skema joint venture. Dan atau melunasi pinjaman yang ada untuk bisa menjaga keperluan pengembangan bisnis. Setidaknya untuk saat ini, saham BUKA berada dalam kondisi yang tidak tentu arah bisnisnya.
Kesimpulan
Jadi secara keseluruhan nasib saham BUKA saat ini bisa dibilang sedang tidak baik, bahkan dari sisi arah bisnis, manajemen sendiri belum memiliki perencanan spesifik, akan seperti apa kelanjutan bisnisnya ke depan.
Terlepas dari optimisme saham BUKA, usai menghentikan Layanan Produk Fisik nya tersebut. BUKA masih akan tetap menghadapi tantangan besar, di mana persaingan antara pemain e-commerce semakin ketat. Seiring dengan banyaknya e-commerce lokal maupun internasional, hal ini dapat menuntut BUKA untuk melakukan penawaran harga yang kompetitif, pemberian diskon secara besar-besaran, hingga promosi yang digenjot. Sayangnya hal-hal tersebut justru berpotensi menekan margin keuntungan, tidak heran jika kemudian Net Profit Margin BUKA tertekan.
Dan masih banyak tantangan-tantangan lain yang harus dihadapi BUKA, di mana tantangan tersebut akan menempatkan posisi BUKA untuk melakukan diversifikasi bisnis dengan segera. Misalnya dengan merambah bisnis layanan fintech dan atau logistik, maupun lainnya. Atau bahkan melakukan investasi teknologi AI, dengan maksud untuk menciptakan add value terhadap pengalaman pelanggannya, serta berbagai upaya lainnya.
[Baca lagi: Bukalapak Rambah Bank Digital, Optimisme vs Harga Saham yang Turun]
Harga saham BUKA sendiri saat ini semakin terpuruk ke level Rp112an – Rp114an. Kondisi ini semakin membebani nasib saham BUKA, terlebih lagi usai pengambilan keputusannya, perusahaan masih belum memiliki arah pasti mengenai kelanjutan bisnisnya. Padahal BUKA masih memiliki sisa dana segar sebesar Rp9.82 triliun, yang masih bisa dipergunakan untuk mengembangkan bisnis lainnya yang lebih ‘profitable’.
Peluang rebound nya harga saham BUKA sendiri, akan sangat tergantung pada pulihnya kinerja keuangan BUKA, setidaknya sampai menghasilkan laba bersih yang positif. Disusul dengan ditentukannya arah bisnis BUKA ke depan, usai dihentikannya Layanan Produk Fisik, di mana ini seharusnya manajemen sudah memiliki target bisnis yang baru. Sehingga saham BUKA bisa memiliki prospek bisnis yang lebih positif dibandingkan saat ini.
Nah, teman-teman investor apakah ada yang nyangkut di saham BUKA? Gimana nih dengan optimismenya saat ini?***
###
DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!
Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.