Saham-GIAA

Terakhir diperbarui Pada 29 Juli 2025 at 12:14 pm

Artikel telah ditinjau oleh: Stock Market Analyst RK Team   

Saham PT Garuda Indonesia Tbk (sticker code: GIAA) baru-baru ini kembali menjadi sorotan pasar. Setelah lama sepi kabar dan berada dalam tekanan utang. Kini maskapai pelat merah tersebut tengah fokus melakukan transformasi besar melalui beberapa upaya besar. Di mulai dari adanya pinjaman dana usaha dari Danantara, kemudian perusahaan melaksanakan RUPS untuk menjalankan agenda restrukturisasi susunan pengurus, hingga rencana jumbo untuk memborong 50 Boeing. Bahkan direspon oleh kenaikan harga sahamnya ke kisaran Rp70an – Rp76an. Pertanyaannya, apakah langkah-langkah strategis GIAA kali ini menjadi solusi bagi pulihnya kinerja Perusahaan, atau justru sebuah beban baru?

 

Suntikan Danantara

GIAA telah menerima suntikan dana dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara). Berkenaan dengan pelaksanaan restrukturisasi penyehatan kinerja Garuda. Dengan tahap awal melalui penyuntikan dana berupa pinjaman pemegang saham (Shareholder Loan) dari PT Danantara Aset Management (DAM) ke GIAA.

Jadi pada 21 Mei 2025, GIAA sudah mengajukan permohonan restrukturisasi penyehatan kinerja Perusahaan kepada Menteri BUMN. Dan telah mengantongi persetujuan Menteri BUMN pada 23 Juni 2025, terkait Persetujuan Restrukturisasi GIAA.

Nilai transaksi yang dicapai dalam pengajuan restrukturisasi penyehatan GIAA ini mencapai USD405 juta atau setara Rp6.65 triliun. Dari total keseluruhan nilai tersebut, sebesar Rp4.82 triliunnya akan disalurkan oleh GIAA kepada Citilink dalam bentuk pinjaman pemegang saham (Shareolder Loan). Sehingga nilai bersih yang diterima langsung oleh GIAA sebesar Rp1.82 triliun.

Secara keseluruhan, suntikan dana dari Danantara akan dijadikan dana operasional. Mulai dari pemeliharaan, perbaikan, hingga maintenance, repair and overhaul (MRO) armada Garuda. Hal itu, ditujukan untuk meningkatan kesiapan operasional armada di bawah naungan Garuda Indonesia Group:

  1. Garuda Indonesia, sebagai maskapai layanan penuh (Full Services Carrier/FSC).
  2. Citilik, sebagai anak usaha yang menyelenggarakan maskapai berbiaya rendah (Low Cost Carrier/LCC).

 

Nikmati tools Cheat Sheet yang bisa bantu analisa laporan keuangan secara lebih cepat dan lengkap dengan Intrinsic Value Calculator untuk tahu nilai intrinsik dari saham tertentu! Yuk buruan!

 

Apakah transaksi ini termasuk kepentingan afiliasi?

Untuk diketahui, suntikan Danantara ini termasuk ke dalam jenis transaksi afiliasi. Di mana hubungan afiliasi ini terjadi, baik antara GIAA dengan DAM maupun Citilink.

  • Antara GIAA dengan DAM

Hubungan afiliasi terjadi, karena hubungan keduanya antara Perusahaan (GIAA) dan Pemegang Saham Utama (DAM). Di mana DAM ini merupakan pemegang saham mayoritas GIAA, dengan jumlah kepemilikan lebih dari 20% hak suara dari seluruh saham yang dikeluarkan oleh GIAA.

  • Antara GIAA dengan Citilink

Hubungan afiliasi antara GIAA dengan Citilink, karena antara Perusahaan dan Pengendali. Di mana GIAA menjadi pengendali Citilink dengan kepemilikan lebih dari 20% hak suara dari seluruh saham yang dikeluarkan oleh Citilink.

Pertanyaannya, kenapa GIAA membutuhkan dana dari Danantara?

Berdasarkan keterbukaan informasi, dilaksanakannya transaksi afiliasi ini, karena GIAA membutuhkan dukungan dana dalam upaya menjaga keberlangsungan bisnis maskapainya. Restrukturisasi penyelamatan sudah pernah dilakukan GIAA pada tahun 2022 yang lalu, di mana GIAA secara konsolidasi maupun secara induk berhasil memperbaiki kinerja secara operasional. Sayangnya belum menunjukkan hasil yang serupa pada kinerja keuangan GIAA, antara lain:

  1. Ekuitas negatif selama tiga tahun terakhir, yang berpotensi mendorong GIAA pada risiko delisting.
  2. Kondisi maintenance rescheduling & backlog yang berpengaruh pada serviceability armada GIAA dan Citilink. Akibatnya biaya maintenance di tahun 2025 meningkat, lantaran ada carry over dari tahun sebelumnya.
  3. Penurunan tingkat serviceability armada, akhirnya berpengaruh pada kinerja pendapatan GIAA. Yang pada gilirannya tidak mampu mencukupi kebutuhan biaya di luar operasional. Seperti halnya, biaya sewa pesawat yang grounded, biaya bunga, dan lainnya.

Suntikan Danantara ini disambut hangat oleh Wamildan Tsani – Direktur Utama Garuda Indonesia, yang mengungkapkan bahwa upaya ini menjadi penanda telah dimulainya babak baru transformasi GIAA. Untuk mewujudkan maskapai penerbangan yang sehat, kompetitif dan memiliki nilai berkelas dunia.

Danantara sendiri bukan hanya memberi dukungan dana, namun juga akan mengevaluasi berkala atas perkembangan transformasi yang dijalankan oleh GIAA ke depan.

 

Pergantian Pengurus

Lebih lanjut, disampaikan bahwa sebagai bentuk komitmen Perseroan untuk terus menerapkan tata kelola perusahaan yang baik dan sebagai bentuk kepatuhan terhadap ketentuan Pasal 122 ayat (1) PER-2, Perseroan juga mengajukan permohonan persetujuan RUPSLB untuk restrukturisasi dalam rangka penyehatan yang rencananya akan diselenggarakan pada tanggal 30 Juni 2025.

RUPSLB Saham GIAA. Source: tempo.co

Pada RUPSLB 30 Juni 2025, GIAA juga melakukan langkah besar melalui perubahan pengurus perusahaan. Melalui pemberhentian sejumlah pengurus dan menunjuk yang baru, berikut ini:

Pengurus yang DiberhentikanPengurus Baru

Jabatan

1Enny KristianiEksitarino IriantoDirektur Human Capital & Corporate Service.
2Ade R. SusardiReza Aulia Hakim Direktur Niaga
3Tumpal Manumpak HutapeaDani haikal IriawanDirektur Operasi.
4Rahmat HanafiMukhtarisDirektur Teknik.
5PrasetioDirektur Keuangan & Manajemen Risiko.
6Timur SukirnoMawardi YahyaKomisaris Independen

Daftar Pengurus Perusahaan Terbaru. Source: Keterbukaan Informasi RUPSLB GIAA 2025

Perubahan jajaran pengurus GIAA ini mengantongi sebanyak 99.84% bagian, dari seluruh saham dengan hak suara yang hadir dalam RUPS. FYI, susunan pengurus baru GIAA ini masih berasal dari kalangan internal Perusahaan. Sehingga GIAA lebih optimis terhadap potensi tercapainya transformasi perusahaan dalam jangka panjang.

 

KSO Garuda Sriwijaya

[Baca lagi: GIAA Ambil Alih Operasional Sriwijaya]

 

Rencana Jumbo: Borong 50 Boeing

Berkenaan dengan rumor yang ada, GIAA saat ini tengah fokus pada rencana untuk memborong 50 Boeing, sebagai bagian dari transformasi bisnis dalam jangka panjang. Adapun latar belakang rencana pembelian 50 unit Boeing ini adalah sebagai bentuk upaya penyehatan kinerja perusahaan. Melalui penguatan armada menjadi 120 unit dan mengoptimalisasikan perluasan jaringan penerbangan hingga 100 rute, untuk lima tahun ke depan.

Adapun untuk dana pembelian 50 Boeing ini, menggunakan pendanaan yang telah disetujui Menteri BUMN, yang juga telah mengantongi persetujuan dari Presiden Prabowo pada 23 Juni 2025. Disusul persetujuan RUPSLB 30 Juni 2025.

GIAA optimis dengan adanya penambahan armada sebanyak 50 Boeing ini dapat menunjang jalannya transformasi bisnis Perusahaan. Mulai dari perluasan jaringan dan hingga seluruh armada yang dimiliki (fleet), melalui penataan ulang dan/atau perbaikan sistem rute penerbangan yang sudah ada. Sekaligus sebagai ekspansi armada yang sesuai dengan tujuan dan permintaan ‘market’.

Hanya saja untuk realisasi pembelian 50 unit Boeing ini, masih akan menunggu kesiapan dari pihak Boeing. Mempertimbangkan jenis Boeing dan jumlah armada yang mampu disediakan Boeing. Termasuk kesiapan waktu pengiriman, komponen biaya yang dibutuhkan, teknis pengadaan, dan lain sebagainya.

Rencana pembelian 50 unit Boeing GIAA ini, tidak lepas kaitannya dengan kesepakatan antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS), yang rupanya menjadi salah satu paket negosiasi tarif Trump yang kini jadi lebih rendah di 19%. Dan berdasarkan pernyataan Airlangga Hartarto – selaku Menko Bidang Perekonomian, pembelian pesawat tersebut masih dalam proses negosiasi dengan skema bisnis to bisnis (B2B) antara Garuda dan Boeing.

 

 

Review Kinerja Profitabilitas GIAA

  • Pendapatan Segmen Usaha

Berdasarkan laporan keuangan terakhir per 1Q2025, GIAA berhasil mencatatkan Pendapatan Usaha yang positif sebesar US$723.56 juta, angka ini naik 1.62% YoY dari periode 1Q2024 yang sebesar US$711.98 juta. Berdasarkan segmen operasi, kontribusi dari Operasi Penerbangan masih menjadi yang terbesar hingga 92.39% terhadap total Pendapatan Usaha; Kontribusi terbesar kedua berasal dari Jasa Pemeliharaan Pesawat sekitar 13.17% terhadap total Pendapatan Usaha; Lalu kontribusi dari Operasi Lain-lain 12.94%. Berikut rinciannya:

Pendapatan GIAA berdasarkan Segmen Usaha 1Q2025. Source: Laporan Keuangan GIAA 1Q2025

Berdasarkan operasionalnya, GIAA di sepanjang 1Q2025 berhasil mengangkut sebanyak 5.13 juta penumpang, yang secara rinci: 2.65 juta penumpang Garuda Indonesia; dan 2.48 juta penumpang Citilink.

  • Beban Usaha

Sedangkan pada Beban Usaha di 1Q2025, nampak GIAA mulai lebih terkendali dalam menekan beberapa beban usaha, sehingga tercatat sebesar US$718.35 juta. Dengan rincian berikut:

Beban Usaha GIAA 1Q2025. Source: Laporan Keuangan GIAA 1Q2025

Tercatat untuk Beban Operasional Penerbangan US$361.96 juta, atau turun 2.45% YoY dari sebelumnya sebesar US$371.07 juta. Penurunan ini terjadi karena di periode 1Q2025, rata-rata kebutuhan operasional GIAA mengalami penurunan beban. Salah satu yang terbesar adalah turunnya bahan bakar sekitar 1.88% YoY, yang membantu dalam efisiensi biaya operasional. Meski mungkin biaya bahan bakar ini cenderung sulit ditekan, karena dipengaruhi faktor eksternal. Berikut rinciannya:

Beban Operasional Penerbangan GIAA 1Q2025. Source: Laporan Keuangan GIAA 1Q2025

Beban Umum dan Administrasi sebesar US$47.81 juta, turun 1.46% YoY dibandingkan US$48.52 juta. Meskipun beban Gaji dan Tunjangan masih tinggi di US$24.41 juta, namun Beban Penyusutan, Beban Pajak, Nilai Piutang dan Lain-lain mengalami penurunan. Menandakan GIAA sudah mulai dapat mengendalikan biaya internal, berikut rinciannya:

Beban Umum & Administrasi GIAA 1Q2025. Source: Laporan Keuangan GIAA 1Q2025

Kemudian untuk Beban Kebandaraan sebesar US$54.05 juta, turun tipis 1.35% YoY dari sebesar US$54.79 juta. Penurunan ini terjadi secara menyeluruh mulai dari Pelayanan Pesawat dan Penerbangan, Gaji/tunjangan dan imbalan kerja, Sewa, hingga Beban penyusutan, berikut rinciannya:

Beban Kebandaraan GIAA 1Q2025. Source: Laporan Keuangan GIAA 1Q2025

Selain itu, Beban tiket, penjualan dan promosi sebesar US$40.14 juta, turun 22.59% YoY dari US$51.86 juta. Penurunan beban terbesar berasal dari turunnya biaya komisi sekitar 17.51% YoY dan juga biaya reservasi turun 38.06% YoY, menjadi penurunan paling tajam dalam efisiensi yang dilakukan GIAA, berikut:

Beban Tiket, Penjualan, dan Promosi GIAA 1Q2025. Source: Laporan Keuangan GIAA 1Q2025

Termasuk dengan Beban Operasional Hotel yang menjadi US$4.48 juta, turun 7.05% YoY dari sebesar US$4.82 juta. Dengan beberapa pos Beban Usaha yang mengalami penurunan, secara tidak langsung menunjukkan keseriusan GIAA mencapai pemulihan kinerja keuangan melalui efisiensi operasional. Meski mungkin angka penurunannya masih terbatas. Namun secara keseluruhan Beban Usaha di periode 1Q2025 lebih terkendali.

Sayangnya GIAA masih harus memperbaiki beberapa pos Beban Usaha yang naik. Seperti Beban pemeliharaan dan perbaikan, Beban pelayanan penumpang, Beban Operasional Transportasi, hingga Beban Operasional Jaringan. Tanpa perlu mengorbankan kualitas layanan yang selama ini diberikan.

 

  • Pendapatan Usaha Lainnya

Menariknya di periode 1Q2025, GIAA ini mampu mencatatkan pertumbuhan positif pada Keuntungan Kurs nya sebesar US$12.82 juta, naik 63.52% YoY dari sebelumnya US$7.84 juta. Begitu juga dengan Pendapatan dari Bagian hasil bersih Entitas Asosiasi sebesar US$870.85 ribu, naik 3.44% YoY dari US$842.88 ribu.

Bukan hanya itu saja, Pendapatan Keuangan GIAA tercatat sebesar US$3.35 juta, naik signifikan sekitar 99.4% YoY dari US$1.68 juta. Demikian halnya dengan Pendapatan Lain-lain bersih sebesar US$13.57 juta di 1Q2025, angka ini berbalik untung dari kerugian sebesar US$314.50 ribu pada 1Q2024, dengan rincian berikut:

Pendapatan Lain-lain Bersih GIAA 1Q2025. Source: Laporan Keuangan GIAA 1Q2025

Sayangnya, GIAA harus mencatatkan Beban Keuangan mencapai US$124.56 juta, melonjak 3.90% YoY dari sebelumnya sebesar US$119.88 juta. Pemicu terbesarnya karena kenaikan beban bunga dari Liabilitas estimasi biaya pengembalian dan pemeliharaan pesawat mencapai US$50.28 juta, naik 14.03% YoY dari sebelumnya US$44.09 juta. Disusul dengan kenaikan bunga Utang Obligasi menjadi US$12.05 juta, naik 5.05% YoY. Berikut ini rinciannya:

Beban Keuangan GIAA 1Q2025. Source: Laporan Keuangan GIAA 1Q2025

  • Laba Bersih

Dengan pendapatan usaha yang meningkat disepanjang 1Q2025, diiringi dengan Beban Usaha yang cukup terkendali, serta adanya kenaikan pada Pendapatan Usaha Lainnya. Maka kerugian yang dicatatkan di 1Q2025 dapat ditekan ke angka US$76.48 juta, atau turun sekitar 12.12% YoY dari kerugian bersih 1Q2024 yang sebesar US$87.03 juta.

Laba Bersih GIAA 1Q2025. Source: Laporan Keuangan GIAA 1Q2025

 

Kesimpulan: Solusi atau Beban?

Langkah strategi GIAA saat ini bisa menjadi solusi yang baik, yang mendukung pemulihan kinerja Perusahaan, apabila:

  • Suntikan Danantara dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin, bukan hanya untuk mendukung kebutuhan dana operasional, baik untuk Garuda Indonesia maupun Citilink. Namun seharusnya juga bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki struktur permodalan Perusahaan. Mempertimbangkan minusnya ekuitas GIAA dalam beberapa tahun terakhir, sebagai gambaran ekuitas GIAA dari tahun ke tahun:

Historical Ekuitas GIAA. Source: Cheat Sheet GIAA Kuartal I-2025 by RK Team Analyst

  • Restrukturisasi pengurus Perusahaan yang baru, mampu meningkatkan efisiensi dan transparansi operasional. Sehingga pemulihan kinerja yang diupayakan saat ini, bisa memberikan hasil yang diharapkan, baik oleh Pemerintah sebagai pendukung maupun lini manajemen Perusahaan.
  • Rencana pembelian 50 unit pesawat Boeing, memperhitungkan kebutuhan pasar maupun kemampuan keuangan perusahaan. Mengingat kondisi keuangan GIAA yang masih terbilang lemah. Sekalipun di 1Q2025 mencatatkan pertumbuhan positif dari sisi pendapatan usaha, namun sebenarnya GIAA masih mengalami kerugian yang masih akan menjadi PR ke depannya.

Jadi, suntikan Danantara benar akan jadi solusi, selama efektif untuk membantu GIAA keluar dari risiko delisting. Dengan kinerja keuangan secara keseluruhan dapat kembali pulih, terutamanya pada porsi ekuitas dan laba bersih Perusahaan.

Apalagi sampai saat ini, GIAA masih paling unggul dalam hal pelayanan penerbangan. Tercermin dari keberhasiilan GIAA yang memberangkatkan 91.000 jemaah haji, dengan on time performance 96.4% – merupakan yang tertinggi dalam operasional penerbangan haji selama tiga tahun berturut-turut.

Tidak hanya itu, Prabowo sendiri telah memberikan lima paket stimulus kebijakan, salah satu diantaranya menyasar sektor transportasi udara, dengan insentif PPN DTP 6% untuk tiket pesawat kelas ekonomi pada periode Juni – Juli 2025. Dengan ini, maka  PPN tiket pesawat yang harus dibayar pengguna hanya 5% dari seharusnya sebesar 11%. Harapannya dapat mendongkrak kembali traffic perjalanan udara, yang berdampak positif pada kinerja GIAA.

Di lain sisi, akan menjadi beban, jika:

  • Dana yang diperoleh tidak digunakan secara efektif, yang berujung dengan kinerja keuangan yang tak kunjung pulih. Sehingga akibatnya, nilai ekuitas Perusahaan tetap ada di zona negatif.

Belum lagi dengan kondisi industri penerbangan yang masih menghadapi tantangan berat. Seperti belum tercapainya ekosistem penerbangan yang berkualitas dan terjangkau. Di mana harga tiket penerbangan yang sewaktu-waktu bisa naik, karena pengaruh kenaikan kurs dolar Amerika Serikat, hingga kendala masih tingginya harga avtur maupun suku cadang pesawat. Bukan tidak mungkin penambahan armada pesawat sebanyak 50 unit ini justru akan menjadi masalah baru.

Apalagi dengan daya beli yang tengah melemah, seperti sekarang. Meskipun sudah ada diskon PPN pada tiket pesawat, namun tidak serta menjamin akan mendongkrak mobilitas perjalanan, terutamanya yang berkaitan dengan wisata. FYI, berdasarkan data Kementerian Pariwisata Juli 2025, secara kumulatif mulai dari periode Januari – April 2025, angka kunjungan wisata mancanegara memang naik hingga 5.6% mencapai 4.33 juta dari periode yang sama di tahun 2024. Sayangnya untuk angka perjananan wisata Nusantara justru berada dalam tren menurun dari periode Januari – April 2025 sekitar 13.6% atau turun menjadi 355.09 juta, dibandingkan periode yang sama di tahun 2024. Berikut ini perbandingannya:

Data perbandingan Wisman (table oranye) dan Wisnus (table biru). Source: data Kementerian Pariwisata Juli 2025.

Dari data di atas, tercermin bahwa Tingkat mobilitas Masyarakat secara keseluruhan saat ini cenderung lebih tertahan. Jika hal ini berkelanjutan, tentu seharusnya kembali dikoreksi oleh Pemerintah. Mengingat tingkat mobilitas masyarakat yang bepergian menggunakan pesawat menjadi faktor utama, yang memengaruhi kinerja keuangan GIAA.

Kalau teman-teman investor seberapa optimis terhadap restrukturisasi saham GIAA saat ini?***

 

###

 

DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!

 

Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News. 

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

reCaptcha v3
keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *