
Terakhir diperbarui Pada 24 Oktober 2024 at 10:10 am
Artikel telah ditinjau oleh: Stock Market Analyst RK Team
Indonesia Kendaraan Terminal (IPCC) melakukan beberapa langkah kebijakan ekspansi, yang terbaru adalah perluasan lahan untuk penempatan kendaraan. Mengapa langkah tersebut diambil oleh IPCC? Lalu bagaimanakah prospek bisnis ke depannya?
Perluasan Lahan IPCC
IPCC adalah perusahaan milik pemerintah yang merupakan anak perusahaan dari Pelindo. IPCC berfokus terhadap penyediaan layanan terminal kendaraan yang beroperasi di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
IPCC memiliki beberapa layanan yang terintegrasi meliputi Stevedoring, Cargodoring, Receiving, dan Delivery. Selain itu IPCC juga menerapkan beberapa value added services seperti Vehicle Processing Center, dan Equipment Processing Center, Road Freight Services, dan Port Stock.
Lebih lanjut lagi, sesuai dengan program pemerintah IPCC ditunjuk untuk menyediakan Layanan Tol Laut atau Tol Maritim. Guna mengurangi angkutan barang yang selama ini menggunakan angkutan darat, bisa beralih menjadi angkutan laut.
Berikut ini gambaran dari bisnis IPCC saat ini:
Lini Bisnis IPCC. Source: Annual Report IPCC, 2023
Untuk memperluas layanan bisnisnya, IPCC menyatakan bahwa total area lahan IPCC di pelabuhan Tanjung Priok seluas ±32 Ha, di mana sekitar 21 Ha efektif untuk kegiatan bongkar muat di Terminal. Hal tersebut di rasa IPCC masih kurang, karena untuk mengoptimalkan bisnisnya IPCC berencana untuk menambahkan ±0.4 Ha yang akan digunakan sebagai area Ex-PP, dengan kapasitas 250 unit Completely Knock Down (CBU). Serta penambahan di area Ex-DKP dengan luas ±1.3 Ha, termasuk dengan melakukan penambahan sekitar 500 unit CBU.
Hal tersebut didasari dengan adanya kontrak baru IPCC dengan beberapa pelanggan besar seperti PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), dan kontrak baru dengan PT Glovis Indonesia Logistic-Hyundai yang sama-sama berlaku hingga tahun 2024.
[Baca lagi: IPCC Optimis Cuan Besar, Bagaimana Kinerja 2Q2022?]
Lalu ada juga kontrak dengan PT Astra Daihatsu Motor yang berlaku hingga tahun 2025. Disusul dengan kontrak baru lainnya dengan PT Toyota Astra Motor yang berlaku hingga tahun 2026.
RK Team memandang langkah perluasan lahan IPCC tersebut, sebagai bentuk respon atas meningkatnya demand dari konsumen IPCC. Sehingga perusahaan optimis, langkahnya yang memperluas lahan mampu meningkatkan revenue bagi IPCC ke depannya.
Kondisi Keuangan IPCC dan Potensi Pasar dari IPCC
Dari segi kondisi keuangan IPCC masih memiliki keuangan yang cukup solid. Hal ini terlihat dari IPCC yang memiliki cash cukup solid dan mampu untuk melakukan ekspansi bisnis, tanpa harus menggunakan utang. Berikut ini rincian dari cash dan cash ratio dari IPCC.
Posisi Cash IPCC tahun 2017 – Q2 2023. Source: Cheat Sheet Kuartal II-2023 by RK Team
Cash ratio IPCC tahun 2017 – Q2 2023. Source: Cheat Sheet Kuartal II-2023 by RK Team
Terlihat IPCC masih memiliki jumlah cash sebesar Rp600 miliar, dan cash ratio sebesar 400%. Hal ini menandakan bahwa IPCC tergolong perusahaan “cash rich”.
Terlihat juga rasio DER dari IPCC yang hanya sebesar 43.61%, yang menandakan IPCC mampu membayar likuiditasnya dengan posisi cash yang ada.
DER IPCC tahun 2017 – Q2 2023. Source: Cheat Sheet Kuartal II-2023 by RK Team
Dari grafik di atas, menandakan bahwa terjadi perbaikan dalam pelunasan utang dari IPCC sebesar lebih dari 50% dari kondisi pada tahun 2022. IPCC berhasil menurunkan hutang dari level 0.8x menjadi 0.4x dari modal.
Kedua faktor di atas, menandakan bahwa IPCC memang siap untuk melakukan ekspansi dan perluasan lahan tanpa menggunakan tambahan utang.
Namun di sini, RK Team belum melihat berapa biaya yang akan dikeluarkan untuk melakukan perluasan lahan tersebut.
[Baca lagi: IPCM vs IPCC, Mana yang Akan Diuntungkan Pelindo?]
Revenue IPCC ke Depan?
Lalu bagaimana dengan revenue dari IPCC, apakah dengan penambahan kapasitas terminal juga akan mampu meningkatkan revenue dari IPCC?
Untuk bisa menjawab pertanyaan, maka kita bisa melihat hal ini dari 2 prespektif yakni kapasitas yang saat ini dipakai, dan juga dari pertumbuhan laba dari IPCC.
Berikut ini gambaran peningkatan utilitas dari Pelabuhan dari sektor kendaraan CBU Import/ Eksport, General Cargo dan Truck Eksport import.
Lini Bisnis IPCC September 2023. Source: Public Ekspose IPCC
Dari sisi pendapatan, per kuartal II-2023 IPCC berhasil mencatatkan kenaikan kinerja pendapatan sekitar 21.37% YoY menjadi Rp366.96 miliar, dari sebelumnya di periode II-2022 yang sebesar Rp302.33 miliar.
Dengan kenaikan terbesar terjadi pada segmen Pelayanan jasa terminal yang naik 18.46% YoY menjadi sebesar Rp336.13 miliar. Lalu segmen Pelayanan jasa barang yang naik 28.65% YoY menjadi Rp20.25 miliar. Segmen Pelayanan rupa-rupa usaha juga naik 70.65% YoY menjadi Rp4.71 miliar. Kenaikan juga terjadi pada segmen Pengusahaan tanah, bangunan, air, dan listrik menjadi sebesar Rp5.85 miliar.
Revenue IPCC Kuartal II-2023. Source: Laporan Keuangan IPCC Kuartal II-2023
Revenue IPCC Kuartal II-2023 Catatan Kaki No. 22. Source: Laporan Keuangan IPCC Kuartal II-2023
Dari data kenaikan yang terjadi diseluruh segmen bisnis IPCC, menandakan terjadinya penambahan jumlah customer yang dilayani oleh IPCC baik dari sisi kendaraan CBU, Truk dan General Cargo.
Kesimpulan
Jika dilihat dari kecukupan kas melalui cash ratio sebesar 400% dan utang IPCC yang mengalami tren penurunan dilihat dari rasio DER IPCC sebesar 0.4x. Maka kegiatan ekspansi lahan, dapat dikatakan sebagai aksi yang akan menguntungkan bagi IPCC. Mengingat IPCC ingin meningkatkan kapasitas dari terminal Tanjung Priok – sebagai terminal terbesar yang dimiliki IPCC saat ini. Di mana pada akhirnya juga akan meningkatkan revenue dan laba dari IPCC.
Namun ada hal yang sebaiknya kita jadikan concern, yakni biaya dari perluasan lahan mengingat lahan yang akan diperluas adalah ex-PP dan ex-DKP – yang notabene nya adalah lahan milik pemerintah dan IPCC adalah anak perusahaan dari BUMN Pelindo. Hal ini menyebabkan adanya potensi transaksi afiliasi, jika harga sewa nya tidak sesuai dengan harga sewa pada pasar.
Akan tetapi, untuk memastikan dampak dari laju pengembangan bisnis IPCC, ada baiknya kita memerhatikan press release dari IPCC terkait hal ini. Jika harganya wajar, maka kebijakan ini patut di apresiasi dan sesuai dengan prinsip good governance perusahaan.***
###
DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!
Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.