ERAA Saham Milik Istri Aguan

Artikel telah ditinjau oleh: Stock Market Analyst RK Team  

ERAA untung di akhir 2024, dengan meraup kenaikan penjualan sekitar 8.54% YoY menjadi Rp65.27 triliun dan laba bersih sebesar Rp1.03 triliun. Capaian tersebut merupakan pertumbuhan yang positif bagi emiten di bidang ritel dan distribusi perangkat elektronik ini. Tentu pencapaian saham ERAA ini tidak terjadi begitu saja, bahkan terlepas dari statusnya sebagai salah satu distributor utama bagi produk Apple di pasar Indonesia. Begini strategi bisnis ERAA dan dukungan yang diperolehnya!

 

Siapa Orang di Balik Untungnya Kinerja ERAA?

Meski sudah terendus oleh pelaku pasar, namun sebagian besar masyarakat belum banyak tahu mengenai siapa orang di balik suksesnya gerai Erafone – yang sudah memiliki ±2.194 gerai per Desember 2024 ini. Ya, berdirinya gerai-gerai Erafone tidak lepas dari dukungan kuat Rebecca Halim yang memiliki kendali besar terhadap saham ERAA. Rebecca Halim merupakan istri dari konglomerat properti ternama – Sugianto Kusuma atau yang lebih dikenal Aguan, bos besar dari Agung Sedayu Group.

Rebecca Halim sendiri memiliki sebanyak 32.04% saham PT Eralink International – sebuah perusahaan induk yang memegang kendali atas 55.17% saham PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA). Jumlah tersebut, merupakan total kepemilikan saham Rebecca Halim di ERAA, setelah transaksi pembelian di 19 Maret 2025.

Transaksi Terakhir yang dilakukan per 19 Maret 2025. Source: Keterbukaan Informasi IDX

Transaksi penambahan porsi kepemilikan saham tersebut, membuat Rebecca Halim menjadi Pemegang Saham Pengendali Tidak Langsung di ERAA, yang dilakukan melalui kepemilikannya di PT Eralink International. Melansir tvonenews.com, Richard Halim Kusuma yang merupakan anak dari Aguan dan Rebecca Halim, mengungkapkan bahwa transaksi tersebut memang untuk investasi melalui status kepemilikan saham langsung.

 

ERAA Bukan Hanya Jualan Smartphone!

Nah fakta lain mengenai ERAA, juga bukan hanya jualan smartphone saja. Tidak banyak orang tahu, bahwa gurita bisnis ERAA ini sangat luas. Berdasarkan laporan tahunan yang dirilis ERAA per tahun 2023, berikut ini kegiatan bisnis yang dijalankan:

Portofolio bisnis ERAA. Source: Public Expose ERAA 2024

Terlihat bahwa ERAA juga memiliki banyak portofolio bisnis, antara lain mencakup: Perdagangan barang-barang elektronik; Produk dan layanan kesehatan, serta kecantikan; Produk pendukung dan/atau aksesoris terkait lifestyle; hingga ke Bisnis Food, Beverages, dan Supermarket.

Hal tersebut membuat ERAA, tidak hanya bertumpu pada satu sumber penjualan saja. Melainkan juga akan mendapatkan kontribusi penjualan dari portofolio bisnis lainnya, yang juga sudah memiliki nama dan pangsa pasar. Contohnya, seperti ritel pakaian maupun sepatu olahraga ASICS dan JD Sports, restoran Sushi Tei Group, Grand Lucky, hingga layanan kesehatan Wellings.

 

 

Review Kinerja Fundamental ERAA 4Q2024

  • Neraca Keuangan

Total Aset ERAA di periode 4Q2024 mengalami pertumbuhan positif, dengan kenaikan 6.50% YoY menjadi Rp21.77 triliun, dari periode 4Q2023 sebesar Rp20.44 triliun. Hal itu karena ada kenaikan pada Aset Lancar 2.62% YoY menjadi Rp13.30 triliun, yang disebabkan oleh kenaikan signifikan pada Pembayaran Pajak di muka dan Taksiran Tagihan Pajak Penghasilan. Serta adanya Aset Keuangan Lancar lainnya, berupa mata uang berikut:

Catatan 6. Aset Keuangan ERAA. Source: Laporan Keuangan ERAA 4Q2024

Sedangkan pada pos Aset Tidak Lancar juga naik sekitar 13.10% YoY menjadi Rp8.46 triliun di 4Q2024. Yang disebabkan oleh hampir seluruh pos Aset Tidak Lancar mengalami kenaikan. Terlebih lagi ERAA menerima adanya Biaya Dibayar di muka sebesar Rp540 juta, sehingga total Aset Tidak Lancar mengalami peningkatan, seperti berikut:

Pos Aset Tidak Lancar ERAA. Source: Laporan Keuangan ERAA 4Q2024

Secara tidak langsung peningkatan baik pada Aset Lancar dan Aset Tidak Lancar ERAA di 4Q2024, menandakan bahwa kondisi keuangan perusahaan dalam keadaan baik. Sementara, dari sisi jumlah Liabilitasnya tercatat naik tipis 3.24% YoY menjadi Rp12.71 triliun di 4Q2024, dari sebesar Rp12.31 triliun pada 4Q2023. Di mana untuk Liabilitas Jangka Pendek naik 5.22% YoY menjadi Rp10.87 triliun dan Liabilitas Jangka Panjang turun tipis -7.07% YoY menjadi Rp1.84 triliun, dari Rp1.98 triliun.

Dan jika diperbandingkan, Liabilitas jangka pendek Rp10.87 triliun vs Aset Lancar Rp13.30 triliun. Maka Liquidity Ratio ERAA di level 1.2x, menunjukkan kemampuan ERAA yang baik dalam mengatasi Liabilitasnya dalam jangka pendek.

Sedangkan, jika membandingkan posisi Kas yang sebesar Rp1.76 triliun di 4Q2024 vs Liabilitas jangka pendek Rp10.87 triliun. Akan terlihat bahwa Cash Ratio yang dimiliki ERAA 0.2x, ini berarti perusahaan tidak bisa mengandalkan persediaan kas nya untuk membayar Liabilitas Jangka Pendeknya.

Berikutnya, dengan jumlah Liabilitas yang sebesar Rp12.71 triliun vs jumlah Ekuitas sebesar Rp8.13 triliun. Maka menghasilkan DER dilevel 1.56x, yang menunjukkan bahwa ketidakcukupan modal perusahaan untuk mengatasi seluruh Liabilitasnya.

Jadi, secara total Aset ERAA memang tumbuh positif, terutamanya pada kesanggupan ERAA terhadap Liabilitas jangka pendeknya. Akan tetapi, melihat Cash Ratio dan DER yang dimiliki perusahaan ini ‘cukup menjadi perhatian’. Lantaran ketersediaan Kas perusahaan tidak bisa dijadikan penyelamat, baik untuk Liabillitas Jangka Pendek dan juga seluruh jumlah Liabilitasnya.

 

  • Profitabilitas

Berdasarkan laporan keuangan ERAA 4Q2024, penjualan meningkat 8.54% YoY menjadi Rp65.27 triliun, dibandingkan 4Q2023 yang sebesar Rp60.13 triliun. Peningkatan tersebut dikontribusikan oleh segmen Telepon Selular dan Tablet 80.32%; Komputer dan Peralatan Elektronik Lainnya 4.02%; Produk Operator 2.55%; Aksesoris dan Lain-lain 13.06%. Ini berarti kontributor terbesar ERAA masih didominasi oleh penjualan Telepon Selular dan Tablet, dan pada tiga bulan terakhir 2024 penjualannya meningkat.

Namun, jika dilihat secara seksama penurunan penjualan ERAA terjadi pada segmen Produk Operator, menjadi Rp1.67 triliun di 4Q2024, dari sebelumnya sebesar Rp2.91 triliun pada 4Q2023.

Catatan 25. Penjualan ERAA. Source: Laporan Keuangan ERAA 4Q2024

Kenaikan penjualan ERAA, juga diikuti dengan kenaikan Beban Pokok Penjualan 8.02% YoY menjadi Rp58 triliun di 4Q2024, dari sebelumnya Rp53.69 triliun pada 4Q2023. Namun kenaikan tersebut masih relatif rendah, yang membuatnya berhasil meningkatkan Laba Kotor 12.88% YoY menjadi Rp7.27 triliun di 4Q2024, dibandingkan Rp6.44 triliun pada 4Q2023.

Meski begitu, ERAA masih mencatatkan sejumlah beban. Tercatat untuk Beban Penjualan dan Distribusi naik 12.40% menjadi Rp2.99 triliun, karena kenaikan pada seluruh pos terutamanya Gaji yang naik 18.03% YoY menjadi Rp933.02 miliar. Berikut rinciannya:

Catatan 27. Beban Penjualan dan Distribusi. Source: Laporan Keuangan ERAA 4Q2024        

Begitu juga dengan Beban Umum dan Administrasi yang naik 19.53% YoY menjadi Rp2.57 triliun di 4Q2024. Di mana seluruh posnya rata-rata mengalami kenaikan dari periode 4Q2023. Hanya saja, ERAA mencatatkan adanya Penyisihan Keusangan dan Penurunan Nilai Persediaan sekitar Rp15.36 miliar…

Catatan 28. Beban Umum dan Administrasi. Source: Laporan Keuangan ERAA 4Q2024

Beruntungnya, ERAA mencatatkan Pendapatan Lainnya yang naik 50.61% YoY menjadi Rp441.61 miliar di 4Q2024. Berkat meningkatnya pendapatan dari Dukungan promosi, Pendapatan sewa, Pendapatan komisi, Keuntungan Selisih Kurs. Bahkan pada periode 4Q2024 kemarin, ERAA berhasil mencatatkan adanya Selisih Akuisisi Entitas Anak sebesar Rp8.57 miliar dan juga Keuntungan Penjualan Aset Tetap sebesar Rp8.10 miliar. Padahal di periode 4Q2023, ERAA tidak memiliki tambahan Pendapatan dari Selisih Akuisisi Entitas Anak dan Keuntungan Penjualan Aset Tetap.

Tidak hanya itu, ERAA juga tidak mencatatkan adanya Penghapusan Liabilitas Sewa, seperti pada periode 4Q2023 yang mencapai Rp7.61 miliar. Selain itu, ERAA juga memiliki kenaikan Pendapatan Lain-lain menjadi Rp85.15 miliar.

Catatan 29. Pendapatan Lainnya. Source: Laporan Keuangan ERAA 4Q2024

Apalagi Beban Lainnya ERAA tercatat turun menjadi Rp15.50 miliar di 4Q2024, dari sebelumnya sebesar Rp72.51 miliar pada 4Q2023. Hal ini membuat Laba Usaha meningkat 15.76% YoY menjadi Rp2.13 triliun di 4Q2024, dari Laba Usaha sebesar Rp1.84 triliun pada 4Q2023. Pertumbuhan Laba Usaha ERAA ini terbilang konsisten, bahkan sempat mencatatkan Laba Usaha sebesar Rp1.52 triliun pada tahun 2018. Di mana pada tahun tersebut, penjualan smartphone dari merk Xiaomi, Vivo, Oppo, hingga Samsung tengah mengalami pertumbuhan yang pesat. Hal ini berdampak pada ERAA yang berperan sebagai distributor, yang berhasil meraup keuntungan besar dari tingginya volume penjualan.

Tidak hanya itu, di tahun 2018 ERAA juga agresif ekspansi dengan menambah gerai retail yang baru. Sebut saja, gerai Erafone, dan iBox, serta Urban Republic. Termasuk gencar menjalankan strategi omnichannel.

Historical Laba Usaha ERAA. Source: Cheat Sheet Kuartal IV-2024 by RK Team

Di periode 4Q2024, ERAA juga memiliki Pendapatan Keuangan yang naik signifikan 110.67% YoY menjadi Rp38.28 miliar, dibandingkan pada 4Q2023 yang sebesar Rp18.17 miliar. Ditambah lagi dengan adanya penurunan Rugi Bersih Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama secara signifikan menjadi Rp1.49 miliar di 4Q2024, dari kerugian yang mencapai Rp20.83 miliar pada 4Q2023.

Adapun sebab turunnya Rugi Bersih Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama ini, karena didorong oleh perbaikan kinerja dari Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama. Besar kemungkinan ini karena adanya efisiensi yang dilakukan oleh Entitas Asosasi dan Ventura, megingat dalam Laporan Keuangan ERAA tidak merincinya. Yang ditunjukkan melalui rincian adanya kenaikan Laba Entitas Asosiasi Periode Berjalan menjadi Rp10.28 miliar di 4Q2024, berikut rinciannya:

Catatan 11. Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama bagian A. Source: Laporan Keungan ERAA 4Q2024

Namun dari sisi Biaya Keuangan cukup membengkak menjadi Rp649.63 miliar di 4Q2024, dibandingkan Biaya Keuangan Rp601.10 miliar pada 4Q2023. Kenaikan Biaya Keuangan, mencerminkan adanya kenaikan penggunaan utang, baik dalam jangka pendek maupun panjang yang berasal dari fasilitas-fasilitas kredit yang diberikan perbankan. Seperti berikut:

Catatan 30. Biaya Keuangan ERAA. Source: Laporan Keuangan ERAA 4Q2024

Dengan pencapaian ERAA yang cukup baik di sepanjang 4Q2024, Laba Bersih yang dicatatkan emiten distributor smartphone ini pun naik sekitar 25% YoY menjadi Rp1.03 triliun, dari Laba Bersih 4Q2023 yang sebesar Rp826.04 miliar. Kinerja ini menunjukkan perbaikan positif, ketimbang tahun 2023 yang lalu di mana Laba Bersih FY2023 hanya sebesar Rp826 miliar.

Historical Laba Bersih ERAA. Source: Cheat Sheet Kuartal IV-2024 by RK Team

 

  • Arus Kas

Untuk Kas Operasi ERAA di 4Q2024 tercatat positif Rp2.23 triliun, menandakan bahwa pendapatan yang diterima bukan hanya di atas kertas. Melainkan perusahaan benar-benar menerima secara tunai hasil dari operasional bisnisnya. Apalagi kas masuk yang diterima ERAA jauh lebih besar, dibandingkan kas keluarnya. Tercatat kas yang diterima dari Pelanggan mencapai Rp65.46 triliun; ditambah adanya kas dari Aktivitas Operasi Rp4.85 triliun; dan kas masuk dari Pendapatan Bunga Rp38.28 miliar.

Arus Kas Operasi ERAA. Source: Laporan Keuangan ERAA Kuartal 4Q2024

Selain itu, ERAA juga masih agresif melakukan investasi guna menjaga keberlanjutan bisnisnya. Hal ini tercermin dari Kas Investasi negatif Rp1.00 triliun, untuk kepentingan membeli dan menambah sejumlah Aset perusahaan. Bahkan ERAA juga melakukan pembayaran untuk menambah kepemilikan di Entitas Anak dan juga mengakuisisi Entitas Anak. Termasuk melakukan divestasi Entitas Anak.

Arus Kas Investasi ERAA. Source: Laporan Keuangan ERAA Kuartal 4Q2024

ERAA juga melakukan sejumlah pembayaran terhadap kewajibannya, sehingga kas pendanaan negatif Rp818.67 miliar. Meskipun di waktu yang sama, ERAA juga mendapatkan pinjaman Utang Bank Jangka Panjang dan juga Penambahan Modal dari Kepentingan Non Pengendali. Berikut rinciannya:

Arus Kas Pendanaan ERAA. Source: Laporan Keuangan ERAA Kuartal 4Q2024

Dengan posisi Arus Kas seperti di atas, jika mengacu pada Cash Flow Indicator maka tergolong Best Indicator. Dengan kriteria berikut:

Kas Operasi

Kas InvestasiKas PendanaanRemarks

+ Rp2.23 triliun

– Rp1.00 triliun– Rp818.67 miliar

Best Indicator

 

 

Prospek ERAA

Peluang bisnis ERAA di tahun 2025 ini, bisa dikatakan cukup besar karena adanya beberapa katalis positif, yang antara lain:

Pertama, ERAA berpotensi terdongkrak oleh rilisnya penjualan iPhone 16 di Indonesia, yang sudah dinyatakan lolos Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Berdasarkan tenggat waktu ketersediaannya, perangkat iPhone 16 secara resmi di mulai 11 April 2025, dengan seri yang diperjualbelikan antara lain iPhone 16, 16 Plus, 16 Pro, dan 16 Pro Max, serta 16e.

Seri iPhone 16 terbaru. Source: googlesearch

Kedua, ERAA juga akan menjadi salah satu distributor untuk mobil listrik China, bermerk Xpeng. Peran ini akan diperoleh ERAA melalui anak usahanya, PT Sinar Eka Selaras Tbk (SES), yang kepemilikannya dimiliki secara langsung oleh ERAA sebesar 80.0% saham. Jadi SES sebagai Agen Pemegang Merek (APM) akan segera melakukan penjualan mobil listrik merk Xpeng di Indonesia, usai mencapai kesepakatan kolaborasi dengan dua perusahaan otomotif asal China, yaitu Shenzen Xiaopeng Motors Supply Chain Management Co., Ltd., dan Guangzhou Xiaopeng Motors Trading Co., Ltd., (Xpeng).

ERAA optimis penjualan mobil listrik ini mampu merebut pangsa pasar, lantaran perusahaan menawarkan dua model yang berbeda: Xpeng G6 – SUV coupe mid-size yang bertenaga listrik murni dan Xpeng X9 – MPV 7-seater dengan tenaga listrik premium. Xpeng sendiri merupakan salah satu raksasa otomotif, yang memproduksi mobil listrik dengan kualitas tinggi, namun menawarkan harga yang lebih kompetitif. Tidak hanya itu, strategi kali ini juga menjadi momentum transformasi bisnis bagi ERAA dan SES untuk merambah pasar otomotif.

Produk Xpeng. Source: otobisnis.id

Ketiga, tercapainya kolaborasi dengan HONOR Indonesia. Dalam hal ini Erajaya Digital – Entitas Anak Usaha yang kepemilikannya tidak langsung melalui Erajaya Holding (EH). Pada Januari 2025 telah merealisasikan kolaborasi dengan HONOR Indonesia untuk menawarkan ragam perangkat dengan teknologi premium di Indonesia. Dalam hal ini, Erajaya Digital berperang sebagai distribusi produk, mengembangkan jaringan penjualan dan operasional ritel, hingga melaksanakan aktivitas pemasaran lokal. Sementara HONOR adalah salah satu smartphone yang tengah naik daun di pasar global, hingga meraup penjualan di atas 50% per Desember 2024 kemarin.

MoU ERAA dan HONOR. Source: tribunnews

 

Kesimpulan

ERAA salah satu saham yang ada dalam lingkaran konglomerasi bisnis yang besar di Indonesia. Sebanyak 55.17% saham ERAA dikuasai oleh Rebecca Halim, yang merupakan istri dari bos besar Agung Sedayu Group, yakni Aguan. Tidak mengherankan, jika portofolio bisnis ERAA sebenarnya sangat luas, tidak hanya berfokus menjual berbagai merk dan brand ternama smartphone. Namun juga menguasai pasar ritel untuk produk dan layanan lainnya.

Secara bottom line, kinerja ERAA terbilang positif dengan penjualan yang naik 8.54%, menjadi Rp65.27 triliun. Di periode ini juga, ERAA memiliki Pendapatan Lainnya yang naik signifikan sekitar 50.61% YoY dan mendapatkan Selisih Akuisisi Entitas Anak sebesar Rp8.57 miliar. Serta Keuntungan Penjualan Aset Tetap sebesar Rp8.10 miliar. Meski ERAA masih mencatatkan beberapa beban, yang utamanya disebabkan oleh kenaikan gaji. Ditambah dengan adanya penyisihan barang Usang dan Penurunan Nilai Persediaan Rp15.36 milliar. Dengan itu, ERAA masih mampu mencatatkan kenaikan Laba Bersih sekitar 25% YoY menjadi Rp1.03 triliun.

Tidak hanya itu, cash flow ERAA juga sangat sehat karena menunjukkan good indicator. Di mana keuntungan yang diterima ERAA bukan cuma di atas kertas. Kemudian ERAA juga agresif melakukan sejumlah investasi sebagai bentuk mempertahankan kelangsungan bisnisnya di masa mendatang. Dan berupaya memenuhi seluruh tanggung jawabnya, baik kepada pihak berelasi, bank, maupun para pemegang saham.

Sayangnya dari sisi Neraca, kinerja ERAA ini masih kurang baik. Lantaran kemampuan ERAA memang bagus dari sisi Liquidity rationya yang ada di level 1.2x. Sedangkan berdasarkan, Cash Ratio 0.2x dan DER 1.56x, ini lah yang membuat ERAA perlu melakukan perbaikan pengelolaan utang. Atau sebaliknya, ERAA juga dapat mempertebal kembali posisi cash nya karena di periode 4Q2024 terbilang tipis gap nya dengan posisi cash tahun 2023.

Historical Cash ERAA. Source: Cheat Sheet Kuartal IV-2024 by RK Team

Adapun untuk valuasi saham ERAA, per artikel ini ditulis sedang diperdagangkan pada PER 6.61x dan PBV 0.84, serta harga saham berada di kisaran 428an. Mengindikasikan bahwa secara valuasi ERAA saat ini memang sedang dihargai ‘murah’ oleh market. Namun, terlepas dari itu perhatikan juga perkembangan ERAA yang melakukan buyback saham dengan dana sebesar Rp50 miliar. Berdasarkan jadwal yang dirilis, buyback saham ERAA di mulai dari 14 April – 13 Juli 2025.

Kira-kira menurut teman-teman investor, apakah buyback saham ERAA akan berjalan sesuai target? Dan Apakah Rebecca Halim akan kembali mengakumulasi di tengah prospek bisnis ERAA yang menarik?***

 

###

 

DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!

 

Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

reCaptcha v3
keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *