Pasar saham Indonesia masih diliputi sentimen negatif yang cukup besar sepanjang tahun 2025. Berbagai faktor ekonomi domestik, global dan masalah geopolitik mendorong investor asing untuk meninggalkan pasar ekuitas domestik. IHSG secara YTD melemah signifikan mencapai -12.4%.  Bahkan, di bulan Februari 2025 IHSG melemah sebesar -11.80%, menjadikannya pelemahan bulanan terburuk kedua setelah Maret 2020 (Covid-19). Lalu investor harus melakukan apa?

 

Artikel ini dipersembahkan oleh:

Saham-Rakyat

 

Tren IHSG Turun Terus

Tren pelemahan IHSG YTD. Source: SSI

Tren penurunan IHSG yang berlanjut ini menimbulkan pertanyaan besar bagi para pelaku pasar. Apa yang menjadi penyebab utama turunnya IHSG? Berikut beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pelemahan IHSG, mulai dari tekanan jual asing, dampak inflasi rendah, hingga dinamika nilai tukar Rupiah terhadap dolar.

 

 

Tekanan Jual Asing

Salah satu faktor utama yang menyebabkan turunnya IHSG adalah derasnya tekanan jual asing atau capital outflow. Sepanjang tahun 2025, tercatat investor asing telah net sell sebesar Rp20.1 triliun dari pasar reguler.

Aliran modal yang keluar ini sebagian besar, disebabkan oleh kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Yang memfokuskan perhatiannya hanya pada pemulihan ekonomi domestik AS.

Salah satu langkah utama yang diambil oleh AS adalah kenaikan tarif pajak, yang memicu ketidakpastian ekonomi global. Hal ini membuat banyak investor asing lebih memilih untuk menarik dananya dan memindahkannya kembali ke Amerika Serikat. Karena mereka mencari aset yang lebih aman, seperti dolar AS dan surat utang pemerintah AS. Yang memang mampu menawarkan return lebih stabil, di tengah ketidakpastian pasar global.

Imbas kebijakan Tarif Impor, Dolar menguat. Source: google & investing.com

Keputusan para investor asing ini tentunya, memberikan dampak yang cukup besar pada pasar saham Indonesia. Penurunan permintaan terhadap saham-saham Indonesia menyebabkan IHSG terus melemah, menciptakan tekanan jual yang terjadi terus menerus.

 

Ingin menyusun investing plan, tapi memiliki waktu yang terbatas untuk mengolah informasi. Segera manfaatkan Monthly Investing Plan yang telah terbit!

BANNER-ARTIKEL-MIP-2024

Bagi teman-teman investor yang ingin berlangganan Monthly Investing Plan, bisa menggunakan voucher…

 

Perlambatan Ekonomi dan Inflasi yang Rendah

Kondisi ekonomi Indonesia pada tahun 2024, menunjukkan tanda-tanda perlambatan dan juga berkontribusi terhadap pelemahan IHSG. Badan Pusat Statistik (BPS) misalnya mencatat bahwa angka PDB Indonesia tahun 2024 hanya tumbuh 5.03%, sedikit lebih rendah dibandingkan sebelumnya yang mencapai 5.05%. Perlambatan ini menjadi perhatian, karena terjadi di tengah berbagai faktor yang seharusnya mampu mendorong ekonomi. Sebut saja seperti Pemilu dan Pilkada Serentak, yang mestinya meningkatkan belanja pemerintah dan konsumsi masyarakat. Namun pada pemilu tahun 2024 ini justru menunjukkan hal yang berbeda.

PDB Domestik, 2024. Source: Infografis BPS

Rendahnya inflasi juga memperkuat sinyal lemahnya permintaan domestik. Serta berkontribusi sebagai alasan keluarnya dana asing dari domestik. Tercatat untuk inflasi Januari 2025, yang sebesar 0.76%, menunjukkan kalau masyarakat cenderung menahan diri untuk belanja di tengah ketidakpastian. Kondisi ini pula yang membuat investor jadi lebih hati-hati, terutama pada sektor konsumsi dan ritel.

Data Inflasi domestik. Source: Infografis BPS

 

Gagalnya Emiten Konglomerat masuk MSCI

Bobot saham BREN, CUAN, PTRO terhadap IHSG. Source: SSI

Selain faktor-faktor di atas, gagalnya saham BREN, PTRO, dan CUAN masuk ke dalam MSCI turut berkontribusi terhadap pelemahan IHSG. MSCI memutuskan untuk tidak memasukkan saham-saham tersebut ke dalam MSCI Indonesia Investable Market Index, pada review Februari 2025. Setelah mempertimbangkan potensi kendala investability. Meskipun sebelumnya ketiga emiten tersebut diantisipasi masuk ke dalam indeks.

Pengumuman tersebut membuat saham BREN, CUAN, dan PTRO kompak melemah pada perdagangan 6 Februari 2025. Yang menjadi salah satu penekan utama IHSG, hingga ditutup melemah sebesar -2.12%.

Laporan MSCI, untuk saham PTRO, CUAN, BREN. Source: MSCI

FYI: sebelumnya, BREN juga pernah dikeluarkan dari indeks FTSE Global Equity Series – Large Cap pada September 2024, akibat aturan free float. Kondisi tersebut membuat harga sahamnya turun tajam. Menyusul pengumuman MSCI kali ini, saham BREN, CUAN, dan PTRO kompak anjlok di pasar, masing-masing melemah sebesar -19.94%, -19.96%, dan -24.61%.

 

Kinerja Bank BBRI

Sentimen negatif terhadap IHSG masih berlanjut, dengan puncaknya terjadi pada perdagangan akhir pekan lalu (28 Februari 2025). Di mana IHSG kembali tertekan oleh pelemahan saham BBRI yang turun -7.44%, ke level 3.360. Penurunan ini dipicu oleh kinerja BBRI yang melaporkan laba bersih (bank only) sebesar Rp2 triliun pada Januari 2025, atau menurun signifikan -58% YoY dan -58% MoM.

Pelemahan laba bersih BBRI, terutama disebabkan oleh lonjakan beban provisi (credit cost) yang membengkak ke level Rp5.6 triliun. Dibandingkan dengan kinerja laba bersih BBRI di Januari 2024 yang sebesar Rp2 triliun, dan Desember 2024 sebesar Rp1.2 triliun. Serta penurunan NIM ke level 6.15%, dibandingkan dengan Januari 2024 yang sebesar 6.63%, dan juga NIM pada Desember 2024 sebesar 6.94%.

FYI, BBRI adalah saham dengan 5 terbesar market cap untuk IHSG. Sehingga melemahnya BBRI sangat berkontribusi terhadap pergerakan IHSG.

 

 

Kesimpulan

Pelemahan IHSG sepanjang tahun 2025, dipengaruhi oleh kombinasi berbagai faktor, baik dari dalam maupun luar negeri. Tekanan jual asing akibat kebijakan ekonomi AS yang lebih proteksionis, dan perlambatan ekonomi domestik. Serta rendahnya inflasi menjadi faktor utama yang membebani pasar saham Indonesia. Kondisi tersebut diperburuk oleh gagalnya beberapa emiten besar seperti BREN, CUAN, dan PTRO masuk ke dalam MSCI, yang memicu koreksi signifikan pada saham-saham tersebut dan turut menekan IHSG. Selain itu, pelemahan saham BBRI yang memiliki kapitalisasi pasar besar semakin memperdalam penurunan IHSG.

Sehingga dari ulasan ini, maka sikap wait and see saat ini sangat diperlukan selama tekanan jual asing masih berlanjut. Dan akan lebih baik, tidak membeli saham apapun saat asing outflow adalah sikap profit.***

 

###

 

DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!

 

Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.

Tags: bbri
1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

reCaptcha v3
keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *