Sebelum memulai investasi, ada baiknya jika seorang investor menimbang keuntungan dan risiko investasi yang sesuai dengan dirinya. Karena sebenarnya perihal keuntungan dan risiko dalam berinvestasi bisa disesuaikan dengan diri kita sendiri. Dan tentunya hal tersebut, perlu Anda pertimbangkan sebelum Anda memilih sebuah instrumen investasi untuk melakukan investasi. Lantas apa saja hal yang perlu dipertimbangkan sebelum memulai berinvestasi?
Mengambil Risiko Investasi
Berinvestasi dapat dianalogikan seperti berenang. Misalkan Anda diajak pergi ke sebuah pantai saat liburan, bila Anda bukanlah seseorang yang mahir untuk menyelam, tentunya Anda akan takut untuk masuk ke dalam air. Kalaupun Anda nekad menyelam pun, pastinya akan sangat berisiko. Bila Anda tetap memutuskan untuk mencoba menyelam, artinya Anda pun harus belajar bagaimana cara menyelam yang baik, agar Anda bisa menikmati kegiatan berenang atau menyelam tersebut.
Demikian pula dengan berinvestasi. Jika Anda memutuskan untuk berinvestasi, maka Anda harus berani menghadapi segala risikonya. Pilihan untuk berinvestasi tentunya akan lebih menguntungkan Anda karena membuka peluang untuk mendapatkan profit yang sangat besar. Namun bila Anda memilih keamanan dan tidak ingin mengambil risiko menyelam ke dalam dunia investasi, Anda sudah bisa merasa puas untuk menyimpan uang di bank.
Walaupun menyimpan uang di Bank, secara sekilas terlihat aman, sebetulnya keputusan ini sama sekali tidak aman bagi masa depan kesejahteraan keuangan Anda. Lantaran bunga yang ditawarkan oleh bank pun tidak dapat menahan tekanan inflasi yang menyebabkan nilai uang Anda akan tergerus, dan mengikis daya beli Anda di masa depan.
Bila Anda memutuskan untuk memulai berinvestasi, Anda akan ditawarkan keuntungan yang besar, namun ada syarat yang harus Anda kuasai terlebih dahulu. Anda harus memahami seluk beluk dunia investasi. Karena setiap instrumen investasi memiliki tingkat risiko yang berbeda, dan Anda bisa memilih jenis investasi tersebut dan menyesuaikannya dengan selera Anda. Ada beberapa hal mengenai investasi yang perlu Anda ketahui seperti profil risiko, inflasi, jangka waktu berinvestasi, dan diversifikasi investasi.
Memahami Profil Risiko
Sebelum Anda memilih instrumen investasi, Anda perlu melakukan analisa sederhana mengenai profil risiko Anda pribadi. Profil risiko bisa menjadi tolak ukur kesiapan Anda untuk menerima kerugian yang mungkin terjadi dalam berinvestasi.
Salah satu prinsip investasi adalah High Risk High Return, yang berarti semakin tinggi risiko yang Anda hadapi, semakin besar pula keuntungan yang dapat Anda peroleh. Anda pun dapat mengukur tingkat toleransi maksimal Anda terhadap risiko sebuah investasi.
Apakah Anda menginginkan profit yang besar? Berani mempertaruhkan aset dan kekayaan? Atau Anda tidak masalah menerima hasil investasi yang lebih sedikit asalkan uang yang Anda investasikan tetap aman? Dengan merenungkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda bisa menemukan investasi yang cocok bagi Anda.
Berikut ada 3 jenis profil risiko investasi yang dikenal secara umum, termasuk kategori yang manakah Anda?
Investor dengan profil risiko konservatif mengutamakan keamanan aset dan uangnya. Investor jenis ini cenderung tidak mempermasalahkan hasil investasi yang lebih kecil, baginya yang terpenting invetasinya aman dan sebisa mungkin tidak berisiko. Banyak pengelola keuangan menganjurkan investor jenis ini untuk mengalokasikan sebagian besar uangnya di deposito, obligasi, surat utang, dan properti.
Profil risiko ini adalah untuk investor yang berada di tengah-tengah. Ia ingin memperoleh profit yang cukup tinggi, tetapi tidak ingin terlalu mengambil risiko rugi dan kehilangan uangnya. Investor jenis ini menginginkan keamanan investasinya seimbang dengan hasil investasi yang bisa diperolehnya. Instrumen investasi yang cocok untuknya adalah obligasi, reksa dana, emas, dan properti.
Investor jenis ini adalah pemburu keuntungan besar. Investor agresif cenderung menomorduakan risiko investasi. Ia memiliki toleransi yang sangat longgar terhadap risiko. Biasanya investor jenis ini adalah tipe pengambil risiko, namun tetap penuh perhitungan. Investasi saham sangat cocok untuk investor di kategori ini.
Mengenal Inflasi
Setelah Anda mengenali profil risiko Anda, ada satu hal lagi yang perlu Anda pahami berkaitan dengan investasi, yaitu inflasi. Berinvestasi atau tidak, Anda akan tetap menghadapi risiko inflasi. Inflasi seperti pencuri yang tidak terlihat, ia mencuri nilai uang Anda sedikit demi sedikit, di mana tanpa Anda sadari, tiba-tiba tabungan Anda menjadi tak ada nilainya.
Inflasi merupakan situasi di mana harga-harga barang mengalami kenaikan pada periode tertentu, namun inflasi tak berhenti hanya pada satu periode, dan akan berlanjut pada periode-periode berikutnya. Kenaikan harga barang yang terjadi secara terus-menerus tentunya akan melemahkan nilai rupiah. Pelemahan nilai uang ini terjadi secara bertahap dan senyap sehingga sering tidak dirasakan oleh masyarakat. Dampaknya baru Anda rasakan perbedaannya beberapa tahun kemudian, ketika uang Rp 10.000 tidak cukup lagi untuk membeli satu kilogram beras. Yang pasti dengan adanya inflasi, daya beli masyarakat akan terus tergerus.
Jika ditelusuri dari sudut pandang ekonomi, ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan terjadinya inflasi:
- Pertama: kenaikan permintaan terhadap banyak barang dan jasa yang tentu saja akan menstimulasi harga barang melonjak.
- Kedua: meningkatnya peredaran uang. Dengan semakin banyaknya uang yang beredar di tengah pasar, maka nilai uang itu akan menurun.
Mengendalikan inflasi memang menjadi tugas pemerintah, namun bukan berarti Anda hanya perlu berpangku tangan menunggu kebijakan pemerintah. Anda pun dapat mengantisipasi inflasi dengan cara memilih investasi yang tepat. Beberapa instrumen investasi yang menjanjikan hasil investasi di atas angka inflasi adalah saham, properti, dan obligasi.
Untuk memilih investasi yang tepat, caranya cukup mudah, yaitu mencari instrumen investasi yang hasil investasinya melebihi tingkat inflasi. Misalnya, bila inflasi tahun ini sebesar 8%, maka paling tidak hasil investasi Anda memberikan return sebesar 10-15%. Dengan memahami inflasi, Anda pun dapat memahami bahwa menabung saja tidak cukup untuk masa depan, namun juga harus berinvestasi.
Menentukan Jangka Waktu Berinvestasi
Setelah mengetahui faktor inflasi dan profil risiko investasi, Anda sebagai investor juga harus mempertimbangkan dengan matang tentang durasi investasi yang akan Anda jalankan. Lamanya investasi akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan. Para investor perlu mempertimbangkan timeframe atau lamanya jangka waktu berinvestasi.
Seorang trader di bursa saham mungkin akan memanfaatkan waktu yang pendek untuk mengambil keuntungan dari selisih kenaikan harga saham. Namun berbeda halnya dengan investor obligasi yang memiliki holding period rata-rata 1-2 tahun, mereka sudah mendapatkan imbal hasil dari kupon yang dijanjikan.
Jika Anda seorang investor saham (bukan trader), tentunya Anda akan mempertimbangkan time horizon yang lebih panjang, sebab bursa saham di Indonesia memiliki gejolak (volatilitas) yang cukup tinggi. Dan bila Anda mengamati harga saham secara keseluruhan (IHSG), cenderung mempunyai tren naik secara jangka panjang. Oleh karena itu setiap investor saham yang bisa melihat potensi keuntungan jangka panjang, cenderung akan memilih memegang saham cukup lama.
Sama halnya dengan investasi properti yang sampai saat ini masih terus mengalami kenaikan harga, tanah dan properti selalu mengalami lonjakan harga dikarenakan permintaannya tidak pernah surut. Jika Anda memutuskan untuk menjadi investor properti, sejauh Indonesia memiliki perekonomian yang membaik, maka semakin lama Anda memegang sebuah properti, Anda pun akan mendapatkan harga yang cukup tinggi ketika menjualnya.
Mendiversifikasi Portofolio
Ada sebuah cara yang dapat Anda lakukan untuk memperkecil risiko investasi, yaitu dengan melakukan diversifikasi portofolio. Meskipun Anda sudah 100% yakin terjun ke dalam dunia investasi, Anda masih memerlukan jaring-jaring pengaman. Tentunya Anda perlu menyiapkan strategi untuk meminimalkan risiko kerugian. Kesalahan ini sering dialami oleh para investor pemula. Mereka cukup gegabah mempercayakan investasi pada satu instrumen. Perlu diingat salah satu prinsip utama investasi adalah “Jangan meletakkan semua telur dalam satu keranjang”.
Anda perlu mengalokasikan aset Anda ke beberapa instrumen investasi. Porsi pengalokasian itu pun sebaiknya disesuaikan dengan profil risiko Anda. Bila Anda adalah investor agresif, Anda bisa menempatkan sebagian besar investasi Anda di bursa saham. Berbeda bila Anda adalah investor konservatif, lebih aman menempatkan investasi di surat utang dan properti.
Ada beberapa instrumen investasi yang bisa Anda pilih untuk menyebarkan dana investasi Anda ke berbagai instrumen investasi dalam sebuah portofolio, misalnya Anda dapat menempatkan 10% pada saham, 20% pada obligasi, 30% pada emas, dan 40% pada properti. Dengan menempatkan uang Anda pada berbagai instrumen investasi, maka Anda akan aman dari kehilangan seluruh aset investasi Anda. Jika Anda ingin kembali mereview tentang diversifikasi saham seperti apa lebih tepatnya, baca lagi artikelnya di bawah ini :
Berinvestasi bukanlah sekedar menimbun kekayaan. Berinvestasi merupakan sebuah prinsip dan cara hidup yang baik untuk diterapkan oleh setiap orang yang peduli dengan kesejahteraan finansialnya. Prinsip berpikir jernih dan sikap disiplin akan membuat investor jeli dalam mengalokasikan aset dan uangnya.
Selain itu, investor handal akan selalu konsisten mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi pada investasinya, sebab segala investasi pasti mengandung risiko, dan risiko dapat berubah setiap saat.
Sudahkah Anda mempertimbangkan hal-hal di atas sebelum Anda melangkahkan diri untuk memulai berinvestasi?
Sumber Referensi:
- Harris Darmawan. 17 Mei 2017. Menimbang Keuntungan Dan Risiko Investasi Yang Sesuai Dengan Diri Anda. https://www.finansialku.com/menimbang-keuntungan-risiko-investasi/