Rivan Kurniawan

Analisa Fundamental Saham Sederhana ala Lo Kheng Hong

Analisa Fundamental Saham Sederhana ala Lo Kheng Hong


Terakhir diperbarui Pada 27 December 2023 at 12:13 pm

Namanya sudah tidak asing lagi dalam dunia investasi, bahkan seringkali disebut sebagai Warren Buffet nya Indonesia. Semua yang ia peroleh merupakan hasil dari berinvestasi saham. Hal itu tidak jarang membuat sebagian orang bertanya, apa yang sudah dilakukan oleh Lo Kheng Hong..

Pada kesempatan kali ini, Penulis akan mengangkat kiat Analisa Fundamental Saham Sederhana ala Lo Kheng Hong dalam berinvestasi…

 

 

 

Artikel ini dipersembahkan oleh:

 

 

 

Lo Kheng Hong Si Warren Buffet Indonesia

Beliau lahir di Jakarta pada 20 februari 1959. Merupakan seorang investor yang sukses dalam mencapai kebebasan finansial (Financial Freedom). Apa yang beliau peroleh saat ini, hanya didapatkan dengan berinvestasi saham. Sama halnya seperti Warren Buffet, Lo Kheng Hong lebih memilih menjadi investor jangka panjang dibandingkan menjadi investor jangka pendek atau trader.

Lo Kheng Hong adalah seorang value investor yang bisa dikatakan sukses. Dalam memilih dan membeli saham, dia pun mengaku 100% menggunakan Analisa Fundamental.

 

Kisah Sukses Lo Kheng Hong, Investor yang Bebas Finansial 01 - Finansialku

 

 

Lo Kheng Hong dan Investasi Saham

Lo Kheng Hong dikenal hampir mengalokasikan seluruh asetnya di pasar modal, dan hanya menyisakan sebesar 15% saja sebagai dana darurat. Mengapa saham menjadi pilihan Lo Kheng Hong dalam berinvestasi saham ?

Sebelum membahas kiat analisa fundamental saham sederhana ala Lo Kheng Hong. Baiknya lebih dulu pahami sudut pandang beliau dalam berinvestasi saham.

Setidaknya ada 3 alasan yang disebutkan oleh Lo Kheng Hong, mengapa dia tertarik untuk berinvestasi saham di pasar modal:

  1. Pasar Modal memiliki nilai aset kekayaan yang nyata.
  2. Perusahaan terbuka di pasar modal menawarkan produk bagi keseharian masyarakat.
  3. Berinvestasi di pasar modal menjanjikan keuntungan yang besar.

 

#1 Nilai Aset yang Nyata

Dilansir dari data yang dikeluarkan oleh LPS pada bulan September 2016, Uang masyarakat Indonesia yang tersimpan di Bank adalah sebesar kurang lebih Rp 4.500 triliun. Jumlah yang sangat besar. Namun Lo Kheng Hong membandingkannya dengan Kapitalisasi Pasar yang dimiliki oleh IHSG. Menggunakan data penutupan perdagangan 21 April 2017, IHSG ditutup pada poin sebesar 5.664,47, yaitu naik sebesar 1,23%. Dengan kenaikan ini, maka Kapitalisasi pasar di IHSG adalah sebesar sekitar Rp 6.162 triliun. Di mana nilai seluruh saham yang ada di Bursa Efek Indonesia melebihi jumlah nilai uang masyarakat Indonesia yang tersimpan di Bank.

Tidak sampai di situ, Lo Kheng Hong pun membandingkannya lebih jauh dengan harga Apple Inc., sebuah perusahaan asal Amerika Serikat yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar di dunia, yaitu sebesar USD 750 Miliar, yang jika dirupiahkan dengan kurs Rp 13.300 per 1 USD, maka nilai Apple mencapai Rp 9.975 triliun. Sebuah angka yang lebih besar dari IHSG untuk satu perusahaan, dan itu pun belum melihat perusahaan-perusahaan besar lainnya.

Dari fakta yang didapat itulah kemudian Lo Kheng Hong menyimpulkan:

“Harta karun kekayaan terbesar yang ada di dunia adanya di pasar modal, bukan di bawah laut. Nilainya nyata dan transparan. Sangat di sayangkan bila ada orang yang tidak mengenal pasar modal”

Dan Lo Kheng Hong sangat menyarankan masyarakat untuk menginvestasikan uangnya di pasar modal.

#2 Masyarakat Dikelilingi oleh Produk Perusahaan Publik

Alasan kedua yang membuat Lo Kheng Hong tertarik berinvestasi di pasar modal adalah bahwa perusahaan terbuka di pasar modal menawarkan produk bagi keseharian masyarakat. Secara sederhana, Lo Kheng Hong mengungkapkan bahwa setiap hari, mulai dari bangun pagi sampai tidur kita selalu berinteraksi dengan produk-produk dari perusahaan terbuka.

Mulai dari bangun pagi, seseorang pergi ke toilet dan menemukan kloset bermerek TOTO, lalu kemudian mandi menggunakan sikat gigi, sabun dan shampoo yang diproduksi UNVR (Unilever), makan pagi memasak mie buatan INDF (Indofood), atau sekedar menyantap kue buatan MYOR (Mayora) atau cemilan buatan AISA (Tiga Pilar Sejahtera Food).

Ketika menyalakan TV, menonton saluran TV dari MNCN (Global TV, RCTI, MNC TV), SCMA (SCTV), VIVA (TvOne / ANTV).

Ketika mau berangkat kerja naik ke mobil, mobilnya dibeli dari ASII (Astra Internasional) atau dari IMAS (Indomobil), kaca mobil produksi AMFG (Asahimas Flat Glass), dan ban mobilnya diproduksi oleh GJTL (Gajah Tunggal), MASA (Achilles), GDYR (Goodyear), per mobilnya buatan INDS (Indospring).

Mobilnya pun dibeli dengan bantuan kredit dari WOMF (WOM Finance), ADMF (Adira). Atau jika belum memiliki mobil, maka naik TAXI (Taksi Ekspress) atau BIRD (Blue Bird).

Dalam perjalanan menuju tempat kerja, melewati jalan tol yang dioperasikan JSMR (Jasa Marga) atau CMNP (Citra Marga). Jalan tolnya dibangun oleh kontraktor WIKA (Wijaya Karya), WSKT (Waskita Karya), atau ADHI (Adhi Karya).

Semen yang digunakan pun dari INTP (Indocement), SMGR (Semen Indonesia), atau dariSMCB (Holcim). Beton yang digunakan pun merupakan produk WTON (Wika Beton), atauWSBP (Waskita Beton). Baja yang dipakai pun dipasok dari KRAS (Krakatau Steel).

Sampai di tempat kerja, mau meeting, menelepon klien dengan bantuan provider TLKM(Telkom), ISAT (Indosat), atau EXCL (XL).

Setelah menelepon, memutuskan untuk meeting di Mall yang dibangun oleh perusahaan properti seperti APLN (Agung Podomoro), CTRA (Ciputra), BSDE (BSD). Mall-nya dibangun oleh kontraktor PTPP (PP) atau TOTL (Total).

Setelah meeting, bertransaksi melalui Bank seperti BBCA (BCA), BBRI (BRI), BMRI (Bank Mandiri), BBNI (BNI), BNGA (Bank CIMB Niaga), atau bank lainnya.

Dari Ilustrasi di atas sangat jelas bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai masyarakat tidak akan lepas dan dikelilingi oleh produk perusahaan terbuka. Namun pertanyaannya, apakah kita sudah mulai berpikir mendapatkan keuntungan dari usaha yang mereka tawarkan?

Dengan berinvestasi di pasar modal, maka siapa saja bisa berkesempatan memiliki saham dari perusahaan-perusahaan besar yang disebutkan di atas.

Disclaimer: Penyebutan merk hanya sebagai sarana edukasi, bukan untuk rekomendasi saham atau sejenisnya.

 

#3 Saham Menjanjikan Keuntungan yang Tinggi

Alasan ketiga mengapa Lo Kheng Hong berinvestasi saham adalah karena keuntungannya yang sangat besar. Ambil saja contoh, dalam lima belas tahun, sejak bom Bali 2002, IHSG telah naik dari 330 jadi 5664 pada tahun 2017. Ini menunjukkan bahwa Indeks Harga Saham telah naik sampai lebih dari seribu persen. Ada yang disorot oleh Lo Kheng Hong dari masyarakat umum mengenai penggunaan uang, yaitu antara membeli barang konsumtif dibandingkan berinvestasi saham.

Lo Kheng Hong membandingkan bila uang yang kita punya dipakai untuk membeli barang konsumtif, dengan bila uang yang kita punya dipakai untuk membeli saham. Misalkan pada tahun 2009, Pak John membeli mobil mewah seharga Rp 500 juta, di waktu yang sama Pak Ronald membeli saham dengan modal sebesar Rp 500 juta, di saham CPIN (Charoen Pokphand) seharga Rp 100 per lembar.

Setelah 5 tahun Mobil yang dibeli pak John berkurang nilainya menjadi setengahnya, yaitu Rp 250 juta. Di sisi lain, saham CPIN yang dibeli oleh Pak Ronald telah bertumbuh dan harganya berada di kisaran Rp 5.000 per lembarnya. Nilai aset pak Ronald telah bertumbuh sebesar 50 kali lipat yaitu menjadi Rp 25 Miliar.

ModalSetelah 5 Tahun
Membeli Mobil MahalRp500 jutaRp250 juta
Membeli Saham CPINRp500 jutaRp25 miliar

Setelah 5 tahun, ternyata dari yang tadinya sama-sama sebesar Rp 500 juta, kini nilai aset pak Ronald telah menjadi 100 kali lipat lebih besar dari Pak John. Dari ilustrasi ini, maka Lo Kheng Hong pun sangat menekankan pentingnya berinvestasi saham dibandingkan hanya membeli barang konsumtif, baginya berinvestasi adalah menunda kenikmatan.

Disclaimer: Penyebutan merek atau kode saham hanya sebagai sarana edukasi, bukan untuk rekomendasi.

Lo Kheng Hong juga menyarankan untuk menabung di Bank seperlunya saja, selebihnya untuk berinvestasi, karena bunga tabungan di Bank sangat kecil. Bila hanya menyimpan uang di bank atau celengan ayam, itu sama saja dengan memiskinkan diri secara pelan-pelan, karena adanya inflasi yang siap menggerus nilai uang yang dimiliki.

 

 

Memilih dan Membeli Saham Ala Lo Kheng Hong

Pekerjaan Lo Kheng Hong sebagai value investor adalah mencari saham yang sedang “salah harga” di bursa. Ia menggunakan strategi yang sangat sederhana, yaitu beli paling murah secara valuasinya tetapi paling bagus prospeknya, setelah itu disimpan, menunggu sabar, hingga si bursa saham sadar bahwa saham itu terlalu murah dan naik ke harga seharusnya tertulis.

Menurut Lo Kheng Hong, investor haruslah mempunyai nafas dan daya tahan yang panjang untuk bermain sampai bertahun-tahun hingga menghasilkan keuntungan signifikan. Karenanya, ia sangat menyarankan untuk tidak memakai uang hutang, atau uang sehari-hari dalam berinvestasi.

Membeli saham pun tidak boleh seperti membeli kucing dalam karung, setiap investor haruslah mengetahui apa yang dia beli, dan membeli apa yang dia ketahui. Seringkali, saham yang dibeli seorang investor bukannya untung, tapi malah memberikan kerugian yang tidak sedikit, karena kurangnya pengetahuan investor tersebut akan apa yang dibelinya, karena itu Lo Kheng Hong pun mengungkapkan:

“Tuhan itu maha pengampun, tapi bursa saham tidak mengenal belas kasihan. Bursa saham tidak akan memberi ampun pada investor yang tidak mengenal apa yang dia beli”

Lo Kheng Hong memiliki beberapa prinsip dalam memilih saham perusahaan terbuka, berikut adalah beberapa Prinsip yang dianut oleh Lo Kheng Hong:

 

#1 Perusahaan Harus Dikelola Manajemen yang Baik

Investor harus melihat manajemennya apakah dikelola orang yang jujur, profesional, berintegritas, dan dikagumi. Lo Kheng Hong memberi analogi bahwa melihat manajemen perusahaan haruslah seperti memilih orang pemerintahan, direksi dan komisarisnya harus bersih dan tidak boleh korupsi.

Jika suatu perusahaan dikelola oleh manajemen yang korup, maka uang investor bisa habis tak bersisa dipakai untuk kepentingan pribadinya tanpa memikirkan kemajuan perusahaan.

#2 Perhatikan Prospek Perusahaan ke Depan

Investor harus memperhatikan usaha perusahaannya, seperti apa prospeknya? Akankah perusahaan ini bisa mempertahankan kinerjanya di masa depan? Untuk melihatnya, investor dapat melihat kembali ke kinerja masa lalu perusahaan hingga 10 tahun ke belakang.

#3 Cari Perusahaan yang Labanya Besar Melalui Rasio NPM dan ROE

NPM adalah Net Profit Margin, yaitu rasio Keuntungan bersih yang didapat dibandingkan dengan total penjualannya. Sementara ROE adalah Return to Equity, yang berarti rasio keuntungan bersih dibandingkan dengan kekayaan bersih perusahaan.

Bagaimana cara melihatnya dan menghitung kedua rasio tersebut? Mari ambil contoh laporan keuangan berikut.

Disclaimer: Laporan Keuangan disajikan hanya sebagai sarana edukasi.

Di atas berikut adalah contoh Laporan keuangan dari PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) tbk. yang juga dikenal sebagai Telkom per akhir tahun 2016. Dari laporan tersebut diketahui:

    • Revenue atau Total Penjualan sebesar Rp116,33 triliun
    • Net Profit sebesar Rp29,71 triliun
    • Total Aset sebesar Rp179,61 triliun
    • Total Ekuitas atau Kekayaan Bersih sebesar Rp105,54 triliun
    • Net Profit : Revenue = Net Profit Margin (NPM)
    • Rp29,17 triliun : Rp116,33 triliun = 25,07%

Dari perhitungan di atas, di dapat NPM dari PT Telkom sebesar 25,07%. Semakin tinggi NPM suatu perusahaan maka semakin efisien manajemen perusahaan tersebut dalam mengelola keuntungannya.

    • Net Profit : Total Ekuitas = Return On Equity (ROE)
    • Rp29,17 triliun : Rp105,54 triliun = 27,64%

Dari perhitungan di atas, di dapat ROE dari PT Telkom sebesar 27,64%. Ekuitas melambangkan kekayaan bersih sebuah perusahaan. Nilai Ekuitas merupakan jumlah Aset dikurangi oleh Liabilitas (Kewajiban). Semakin besar keuntungan suatu perusahaan dibandingkan dengan kekayaan bersihnya, maka semakin baik perusahaan itu untuk diinvestasikan.

 

#4 Pilih Perusahaan yang Labanya Terus Bertumbuh

Lo Kheng Hong juga menyarankan untuk memilih perusahaan yang memiliki pertumbuhan profit yang positif dari tahun ke tahun. Bila labanya terus bertumbuh, artinya perusahaan tersebut memiliki prospek dan daya saing di masa depan. Melengkapi poin sebelumnya, Lo Kheng Hong pun menegaskan:

“Kalau kita memiliki perusahaan yang untung besar dan labanya bertumbuh, kita seperti memiliki mesin pencetak uang”

#5 Cermati Valuasi PER dan PBV

Sebelum membahas mengenai PER dan PBV, ada baiknya kita ketahui EPS dan BV terlebih dahulu. EPS adalah Earning Per Share, yaitu jumlah Net Profit dibagi total lembar sahamnya. Sedangkan BV adalah Book Value, yaitu kekayaan bersih perusahaan (Ekuitas) dibagi total lembar sahamnya.

Diketahui PT Telkom memiliki 100.799.996.400 lembar saham, maka perhitungan EPS dan BV-nya:

    • Net Profit : Jumlah Lembar Saham = Earning Per Share (EPS)
    • Rp29.172.000.000.000 : 100.799.996.400 lembar = Rp289,4 per lembar
    • Total Ekuitas : Jumlah Lembar Saham = Book Value per Share (BV)
    • Rp105.544.000.000.000 : 100.799.996.400 lembar = Rp1047,06 per lembar

Sehingga nilai EPS dari PT Telkom sebesar Rp289,4 per lembar saham, dan nilai Book Value-nya sebesar Rp1047,06 per lembar saham

Berikutnya baru mari kita bahas mengenai PER dan PBV. PER adalah Price Earning Ratio, yaitu rasio harga saham dibandingkan dengan Net Profit per lembar sahamnya (EPS). Sementara PBV adalah Price to Book Value, yaitu rasio harga saham dibandingkan kekayaan bersih per lembar sahamnya.

Diketahui harga saham PT Telkom pada penutupan akhir tahun 2016 adalah sebesar Rp4.130 per lembar saham. Maka berikut perhitungan PER dan PBV-nya:

    • Harga Saham : Earning Per Share = Price Earning Ratio (PER)
    • Rp4.130 : Rp289,4 = 14,27x
    • Harga Saham : Book Value Per Share = Price to Book Value (PBV)
    • Rp4.130 : Rp1047,06 = 3,95x

Sehingga valuasi PER dari PT Telkom sebesar 14,27x, dan valuasai PBV-nya sebesar 3,95x.

Perusahaan yang memiliki rasio PER semakin rendah, dianggap semakin bagus. Lo Kheng Hong sendiri menyarankan untuk membeli saham yang memiliki rasio PER sebesar 5x atau ke bawah. Secara umum, saham yang rasio PER-nya sebesar 10x sudah dianggap murah.

Sementara dari valuasi PBV, yang dianggap murah adalah yang PBV-nya kurang dari 1x. Bila rasio PBV lebih dari 1x, maka sahamnya dihargai lebih tinggi dari kekayaan bersihnya. Untuk melihat suatu perusahaan murah atau mahal secara valuasinya, investor dapat membandingkan dengan kompetitornya.

Belilah saham yang valuasinya masih murah (PER / PBV di bawah rata-rata sektor). Kesempatan emas untuk membeli saham bagus yang murah pun biasanya juga datang di tengah kondisi krisis.

 

 

Prestasi Kesuksesan Lo Kheng Hong

Di antara banyak kisah sukses berinvestasinya ada 2 saham yang tercatat memberinya keuntungan dalam jumlah yang fantastis, yaitu UNTR dan MBAI. Namun selain kedua saham itu, Lo Kheng Hong juga mempunyai banyak portofolio investasi yang juga mencetak keuntungan yang fantastis.

  • Saham PT United Tractor Tbk (UNTR)

Lo Kheng Hong membeli saham UNTR pada 1998 dengan seluruh modalnya, saat harganya Rp 250 per saham sebanyak 6 juta lembar saham, yang berarti Modalnya saat itu sebesar Rp 1,5 Miliar seluruhnya diletakkan di saham UNTR saja. Ia menjualnya sekitar enam hingga delapan tahun kemudian pada harga rata-rata sebesar Rp 15.000, dan menikmati keuntungan 5.900%. Dia memperoleh sebesar R p90 miliar dari penjualan saham tersebut.

Bagaimana Lo Kheng Hong menemukan UNTR? Apakah karena sekadar faktor keberuntungan, atau hasil dari sebuah analisis fundamental yang cerdas? Lo Kheng Hong pun juga menjelaskan alasannya membeli UNTR. Total aset UNTR pada akhir 1998 adalah Rp 3,8 triliun dengan jumlah saham beredar sebanyak 138 juta. Pada harga pasar Rp250 per saham, total kapitalisasi pasar UNTR hanya sebesar Rp34,5 miliar saja. Padahal selama 1998, pendapatan UNTR mencapai Rp 3,6 triliun, dan laba usahanya adalah Rp1 triliun.

 

  • Saham PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (MBAI)

Pada kesempatan lain Lo Kheng Hong juga membeli saham MBAI pada tahun 2005 saat harganya Rp250 per saham sebanyak 6,2 juta lembar saham, yaitu sekitar 8,28% dari total kepemilikan, yang berarti modalnya saat itu sebesar Rp 1,55 miliar. Ia menjualnya sekitar tahun 2011 pada harga rata-rata sebesar Rp 31.500, dan menikmati keuntungan 12.500%. Dia memperoleh sebesar Rp 195,8 miliar dari penjualan saham tersebut.

PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk, merupakan perusahaan ternak ayam terbesar kedua di Indonesia (sekarang sudah merger dengan Japfa Comfeed). Jumlah saham MBAI yang beredar di 2006 mencapai 75 juta lembar. Jadi, nilai perusahaannya adalah Rp 250 dikali 75 juta lembar, yaitu Rp 18,75 miliar. Padahal laba yang dihasilkan MBAI sebesar Rp 106 miliar.

Tidak banyak investor yang mengetahui hal ini, sehingga tidak banyak yang beli, akibatnya harga MBAI terlalu murah. Perlahan tapi pasti, pasar pun mulai sadar akan nilai sebenarnya saham ini dan mulai mengereknya naik. Hasilnya setelah Lo Kheng Hong menyimpannya selama 6 tahun, harganya naik menjadi Rp 31.500 dan dijualnya di tahun 2011, dia memperoleh keuntungan sebesar 12.500%.

 

  • Saham PT Timah (Persero) Tbk (TINS)

Lo Kheng Hong juga pernah punya saham PT Timah (Persero) Tbk (TINS). Dia membelinya di tahun 2002 seharga Rp290. Dalam dua tahun harganya naik ke Rp2.900, dan dijual olehnya dengan keuntungan 10 kali lipat, dan meraup keuntungan sebesar Rp63 miliar.

TINS adalah badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak di bidang pertambangan atau eksplorasi timah. Lo Kheng Hong tertarik membeli saham TINS karena pada 2002 nilai buku ekuitasnya Rp1,5 triliun, sedangkan kapitalisasi pasarnya pada harga saham Rp290 hanya Rp150 miliar.

 

 

Prestasi Portofolio Saham Lainnya

Berikut prestasi-prestasi saham yang dimiliki oleh Lo Kheng Hong selama berinvestasi saham.

Nama PerusahaanKode SahamHarga Beli (Rp)Harga Jual (Rp)Jangka WaktuPeriodeKeuntungan
PT Rig Tenders TbkRIGS8001.350<1 Tahun1993 – 199368%
PT United Tractor TbkUNTR25015.0006 Tahun1998 – 20045900%
PT Timah (Persero) TbkTINS2902.9002 Tahun2002 – 2004900%
PT Multibreeder Adirama Indonesia TbkMBAI25031.5006 Tahun2005 – 201112500%
PT Japfa Comfeed Indonesia TbkJPFA2004.0006 Tahun2005 – 20111900%
PT Polychem Indonesia TbkADMG2006003 Tahun2008 – 2011200%
PT Panin Finansial TbkPNLF1002601,5 Tahun2011 – 2013160%
PT Bumi Resources TbkBUMI505001,5 Tahun2015 – 2017900%

Disclaimer: Penyebutan merek atau kode saham hanya sebagai sarana edukasi, bukan untuk rekomendasi saham atau sejenisnya.

Sukses Berinvestasi Saham dengan Analisa Fundamental

Cukup berbeda dengan Investor pada umumnya, Lo Kheng Hong termasuk investor yang sangat berani untuk berinvestasi, bahkan untuk membeli perusahaan yang merugi sekalipun. Syarat utama yang dipegang olehnya adalah bahwa manajemen perusahaannya harus bagus. Dengan memiliki perusahaan yang luar biasa, tinggal waktulah yang akan menjawabnya.

 

Bagaimana pendapat Anda mengenai Analisa Fundamental Ala Lo Kheng Hong dalam berinvetasi saham? 

Sumber Referensi:
  • Harris Darmawan. 27 April 2017. Kiat Analisa Fundamental Saham Sederhana Ala Lo Kheng Hong si ”Warren Buffet Indonesia”. https://www.finansialku.com/analisa-fundamental-lo-kheng-hong/

 

###

 

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

1 Comment

Komentar

Artikel Lainnya

Youtube Update

Our Social Media

Arsip Artikel