EXCL akan merger dengan FREN menjadi salah satu isu yang cukup ramai dibahas oleh para pelaku pasar. Terlebih lagi belum lama ini, Indonesia juga telah kedatangan Starlink yang kian memanaskan industri telekomunikasi dengan persaingan ketat. Berkenaan dengan bergulirnya isi EXCL yang akan merger dengan FREN, kedua saham ini mengalami pergerakan yang berbeda. Saham EXCL tercatat turun 7.75% dan FREN kebalikannya justru sempat naik 6%. Kira-kira akan seperti apa dampaknya?
Daftar Isi
Artikel ini dipersembahkan oleh:
Masuknya Berita Merger
Belakangan ini ramai beredar berita mengenai EXCL yang akan merger dengan FREN, dibarengi juga dengan ramainya pembahasan publik mengenai masuknya Starlink ke Indonesia yang bisa membuat perusahaan layanan telekomunikasi di Indonesia tersaingi. Berita merger ini membuat harga saham EXCL sempat turun 7.75% sedangkan FREN sempat naik 6%.
Adanya merger ini akan mengubah banyak struktur dalam perusahaan gabungan ini. Dan dulu pada tahun 2019 pernah ada perusahaan yang keduanya juga sama-sama perusahaan tbk dan melakukan merger, yaitu PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk (BBNP) dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), dimana saat itu terjadi tender offer dengan harga pembelian yang diatas harga pasarnya yang bisa memberikan keuntungan kepada para investor.
Dari hal tersebut, kami akan membahas mengenai perbandingan kinerja keuangan EXCL dan FREN, seperti apa kemungkinan proses merger antara keduanya, dan apakah bisa memberikan keuntungan kepada investor?
[Baca lagi: Mengenal Istilah Perbankan: Kategori BUKU]
Pergerakan Harga Saham
Kedua perusahaan sendiri juga merilis siaran pers mengenai merger ini, yang membuat harga saham EXCL mengalami penurunan hingga -7.75% ke level Rp 2.380/lembar saham, namun berangsur naik lagi ke level Rp 2.470/lembar saham.
Source: tradingview.com
Sedangkan harga saham FREN sempat naik 6% ke level Rp 53/lembar saham saja, dan setelah itu kembali ke posisi semula bertahan di level Rp 50/lembar saham.
Source: tradingview.com
Jadi disini ada perbedaan, adanya berita merger membuat harga saham EXCL turun tapi untuk FREN sempat mengalami kenaikan, kira-kira apa penyebabnya, apakah dengan merger ini bisa merugikan EXCL nantinya? Sebelum masuk ke pembahasan kita bahas dulu mengenai profil kedua perusahaan.
Profil Perusahaan EXCL
EXCL, atau PT XL Axiata Tbk. merupakan perusahaan layanan telekomunikasi yang awalnya didirikan pada tahun 1989 sebagai perusahaan dagang dan jasa umum, kemudian tahun 1996 masuk ke sektor telekomunikasi dan meluncurkan layanan GSM, menjadikan EXCL sebagai perusahaan swasta pertama yang menyediakan layanan telepon seluler di Indonesia. Perusahaan ini sudah listing di Bursa Efek Indonesia sejak 29 September 2005. Pada tahun 2023 total menara Base Transceiver Station (BTS) 4G lebih dari 104 ribu. EXCL memiliki total pelanggan sebanyak 59.1 juta.
Source: Laporan Keuangan EXCL Q1 2024
Pemegang saham terbesar EXCL adalah Axiata Investments (Indonesia) Sdn. Bhd. dengan persentase kepemilikan 66.25%. Kemudian para direktur juga memiliki meskipun persentasenya kecil, dan untuk kepemilikan oleh publik sebesar 33.15%. Axiata Investments (Indonesia) Sdn. Bhd, adalah entitas anak yang 100% dimiliki oleh Axiata Investments (Labuan) Limited. Dan Axiata Investments (Labuan) Limited ini adalah entitas anak dari Axiata Grup Berhad. Axiata merupakan salah satu grup industri telekomunikasi terbesar yang berada di Asia.
Profil Perusahaan FREN
FREN merupakan perusahaan yang didirikan pada tanggal 2 Desember 2002 dengan nama PT Mobile-8 Telecom. Kemudian pada Maret 2011 perusahaan melakukan perubahan nama menjadi PT Smartfren Telecom Tbk. FREN listing di bursa efek indonesia pada tanggal 29 November 2006. Perusahaan merupakan bagian dari Grup Sinar Mas.
Pada tahun 2023, jumlah pelanggan perusahaan meningkat sebesar 1.5% atau 525 ribu, menjadi 36.53 juta dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 36 juta. FREN memiliki total menara BTS 4G sebanyak 46 ribu.
Source: Laporan Keuangan FREN FY 2023
FREN mempunyai cukup banyak pemegang saham, dimana untuk pengendalinya adalah PT Global Nusa Data, PT Wahana Inti Nusantara, dan PT Bali Media Telekomunikasi. Sedangkan kepemilikan masyarakat di saham FREN sebesar 37.79%
Perbandingan Neraca Keuangan
Jika kita mereview neraca kedua perusahaan akan sangat panjang, jadi disini kami membuat tabel yang secara ringkas memperlihatkan neraca kedua perusahaan. Dan karena FREN belum merilis kinerja Q1 2024, jadi kita menggunakan data FY 2023. Kalau kita lihat perbandingan dari sisi neracanya, aset EXCL per posisi Q1 2024 lebih tinggi dibandingkan FREN posisi akhir tahun 2023. Ekuitasnya juga lebih tinggi EXCL, namun FREN memiliki total hutang buruk yang lebih tinggi, dengan DER-nya berada di level 78% yang sebenarnya masih aman.
Jika memakai data EXCL FY 2023 sebenarnya juga tidak terlalu beda dengan data Q1 2024. Dengan gabungan bisnis kedua perusahaan ini tentu saja bisa menjadi entitas yang besar nantinya, yang lebih siap dalam menghadapi pesaing seperti ISAT, TLKM, maupun Starlink.
Source: Laporan Keuangan EXCL Q1 2024 dan FREN FY 2023
Laporan Laba Rugi
Masuk ke laporan laba rugi kedua perusahaan, pada kuartal pertama tahun 2024, EXCL mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 12% menjadi Rp 8.4 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2023 sebesar Rp 7.5 triliun. Kemudian perusahaan memiliki laba kotor sebesar Rp 1.47 triliun yang tercatat naik 56%, jika dilihat hal ini karena beban perusahaan yang naik tipis saja.
Source: Laporan Keuangan EXCL Q1 2024
Dan mencatatkan laba bersih yang mengalami kenaikan 168% menjadi Rp 539 miliar karena efisiensi yang dilakukan perusahaan tersebut. Jadi ini bagus untuk kinerja yang dimiliki EXCL.
Source: Laporan Keuangan EXCL Q1 2024
Sedangkan untuk FREN karena belum merilis kinerja kuartal pertama tahun 2024, kita memakai FY 2023. Dimana perusahaan mencatatkan pendapatan usaha yang sebenarnya naik 4%, namun karena beban usaha perusahaan yang besar membuat laba usaha perusahaan turun 13%.
Source: Laporan Keuangan FREN FY 2023
FREN mencatatkan kerugian dari investasi dalam saham dimana berinvestasi di PT Mora Telematika Indonesia Tbk (MORA) yang dimana harga saham MORA tahun 2023 kemarin turun. Kemudian FREN juga memiliki beban bunga dan keuangan lainnya, serta beban yang lainnya masih tinggi membuat perusahaan mencatatkan kerugian sebesar Rp 108,9 miliar, perusahaan sebenarnya memperoleh keuntungan perubahan liabilitas cukup besar. Dan jika kita lihat FREN mencetak laba bersih tahun 2022 kemarin itu karena adanya keuntungan yang besar dari investasi dalam saham.
Source: Laporan Keuangan FREN FY 2023
Kinerja Secara Jangka Panjang
Secara jangka panjang kinerja EXCL untuk pendapatan sebenarnya terus mengalami kenaikan sejak 2017, namun laba bersihnya mencatatkan kinerja yang naik turun, meskipun ini masih bagus karena masih mencatatkan laba, dan proyeksi pendapatan maupun laba bersih tahun 2024 ini bisa all time high karena kenaikan laba bersih yang signifikan pada Q1 2024. Pendapatan diproyeksi naik 5% dan laba bersih naik 70%.
Source: Laporan Keuangan EXCL
Sedangkan untuk FREN sebenarnya pendapatannya terus mengalami kenaikan, namun terus mencatatkan kerugian terkecuali tahun 2022 kemarin yang salah satunya karena ada keuntungan investasi dalam saham tadi.
Source: Laporan Keuangan FREN
Jadi menurut kami dengan adanya merger ini tentu saja FREN akan sangat diuntungkan, kemungkinan besar jika ada salah satu saham yang delisting. Maka FREN akan berpeluang menjadi perusahaan yang melakukan proses delisting. Namun belum bisa dipastikan karena masih menunggu rilis perusahaan yang terbaru mengenai merger ini, bagaimana keputusan-keputusannya.
Keterbukaan Informasi Merger EXCL dan FREN
Axiata Group Berhad bersama dengan PT Wahana Inti Nusantara (WIN), PT Global Nusa Data (GND), dan PT Bali Media Telekomunikasi (BMT) disebut Sinar Mas telah mengumumkan penandatanganan Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MOU) tidak mengikat dalam rencana merger antara XL Axiata dan Smartfren untuk menciptakan entitas baru (MergeCo).
Rencana ini masih dalam tahap evaluasi awal, di mana Axiata dan Sinar Mas memiliki tujuan untuk tetap menjadi pemegang saham pengendali dari MergeCo. Pada saat ini, diskusi antara pihak belum memberikan kesepakatan atau penyelesaian rencana transaksi yang mengikat. Pada tahap penjajakan, kegiatan utama yang akan dilakukan adalah validasi pada penggabungan dan penciptaan nilai untuk pemegang saham, uji tuntas, persiapan rencana bisnis bersama dan kesepakatan atas persyaratan penting.
Aksi merger ini memiliki tujuan untuk menjadi penyedia layanan telekomunikasi yang lebih kuat di Indonesia, juga diharapkan dapat menyatukan skala, kompetensi, keuangan dan keahlian telekomunikasi yang mendalam. Kedua pihak diharapkan dapat memberikan pengaruh yang seimbang terhadap arah strategis dan keputusan operasional MergeCo, dengan menggunakan keunggulan masing-masing.
Proses Merger BDMN dan BBNP
Kita coba ulas sekilas mengenai merger antara kedua perusahaan ini, dan bisa kita ambil poin untuk dianalisis dalam merger EXCL dan FREN, karena kita ketahui bahwa proses merger masih dalam tahap evaluasi awal untuk saat ini.
Saat itu kedua perusahaan yang merger adalah PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk (BBNP) dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN). Nama Bank hasil merger ini adalah PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN). Penggabungan usaha ini berlaku efektif sejak tanggal 1 Mei 2019.
Lalu bagaimana dengan neraca keuangan perusahaan setelah proses merger?
Ini adalah posisi laporan keuangan untuk neraca kedua perusahaan pada 30 April 2019, terlihat bahwa BDMN memiliki aset yang sangat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan BBNP, jumlah aset sebesar Rp 188.7 triliun milik BDMN dibandingkan Rp 8.5 triliun milik BBNP.
Source: Keterbukaan Informasi BDMN
Kemudian masuk ke liabilitas dan ekuitasnya juga sangat jauh perbandingannya, simpanan nasabah BDMN sebesar Rp 108.7 triliun, sedangkan BBNP hanya Rp 7.4 triliun. Dan ekuitas BDMN sebesar Rp 41.1 triliun sedangkan BBNP hanya Rp 815.5 miliar saja.
Source: Keterbukaan Informasi BDMN
Hasil penggabungan menjadi seperti ini, terlihat bahwa hampir 100% aset, liabilitas, dan ekuitas kedua perusahaan digabung menjadi 1 jika kita jumlahkan keduanya.
Suource: Keterbukaan Informasi BDMN
Dari hal ini, bukankah ini sangat menguntungkan untuk BBNP seperti halnya FREN yang memiliki aset lebih sedikit dibanding EXCL? meskipun jarak aset tidak terlalu jauh perbandingan FREN dengan EXCL. Dengan merger ini tentu saja aset perusahaan gabungan akan menjadi lebih besar.
Keuntungan Dari Merger Dibandingkan Para Pesaing
Saat ini EXCL memiliki pelanggan prabayar sebesar 57.5 juta, sedangkan pascabayar sebesar 1.6 juta, dengan total pelanggan 59.1 juta. Dan untuk FREN memiliki pelanggan prabayar 36.15 juta, sedangkan pelanggan pascabayar 376 ribu, dengan total 36.53 juta. Kalau kita lihat disini kedua perusahaan ini memang memiliki jumlah pelanggan yang terlampau jauh jika dibandingkan dengan pesaingnya seperti Telkom ataupun Indosat.
Jadi kedua perusahaan ingin menggabungkan kekuatan mereka sehingga bisa memiliki jumlah pelanggan ataupun menara BTS 4G yang juga bisa bersaing dengan ISAT dan TLKM. Karena kita tahu bahwa tidak akan secepat itu dalam mencari jumlah pelanggan ataupun memiliki menara BTS 4G dengan jumlah yang banyak, jadi merger ini dilakukan agar penggabungan perusahaan bisa memberikan keuntungan lebih tinggi.
Source: Annual Report 2023 EXCL, FREN, TLKM, dan ISAT
Peluang Tender Offer Saham
Tender offer saham berpeluang besar terjadi di kedua saham ini, karena tentunya merger ini akan merubah banyak struktur kepemilikan saham karena adanya pengendali bersama. Jika kita sebagai investor kedua saham ini bisa menunggu rilis resmi perusahaan kedepannya, saat ada tender offer maka kita bisa diuntungkan karena biasanya harga yang ditawarkan akan lebih tinggi dibandingkan harga pasar saat ini.
Misalkan contoh BDMN dan BDNP itu tadi, harga tender offer BDMN di level harga Rp 9.590 per saham yang merupakan harga yang lebih tinggi dari nilai pasar wajar dari saham BDMN, yang dalam hasil penilaian dari penilai independen sebesar Rp 7.492,58 per saham. Dan harga pasar BDMN 1 Maret 2019 sebesar Rp 7.900 per saham.
Sedangkan BBNP tender offer dengan harga Rp 4.088 per saham yang merupakan harga yang lebih tinggi dari nilai pasar wajar dari saham BBNP yang dalam hasil penilaian dari penilai independen sebesar Rp 1.769,51 per saham, dengan harga saham BBNP saat itu Rp 2.250 per saham. Jadi adanya merger bisa menguntungkan investor, namun tetap harus menunggu keputusan-keputusan kedepannya nanti akan seperti apa.
Stock Market Mastery adalah program belajar saham komprehensif yang didesain oleh RK Team, membantu Anda mendapatkan profit secara konsisten di pasar saham. Segera daftarkan diri Anda di sini!
Manfaatkan Voucher 200K untuk Pendaftar Tercepat SMM RK di bawah ini!
Valuasi Harga Saham
Dengan potensi ROE mencapai 8% di tahun 2024 ini yang menjadi ROE tertingginya, dan dengan valuasi PBV 1.2x yang lebih rendah dibandingkan sebelumnya sekitar 1.5x – 2x maka harga saham EXCL saat ini masih tergolong murah.
Source: Laporan Keuangan EXCL
Sedangkan untuk FREN ROE tahun 2023 tercatat -0.7%, valuasi PBV turun yang sejalan dengan turunnya kinerja perusahaan. Di mana valuasi PBV saat ini 1.07x yang lebih rendah dari sebelumnya. Namun karena tercatat rugi menjadi kurang menarik jika ingin berinvestasi di saham FREN, apalagi harga saham hanya berhenti di level Rp 50/lembar saham.
Source: Laporan Keuangan FREN
Kesimpulan
Kondisi bisnis ataupun kondisi keuangan EXCL lebih unggul dibandingkan dengan FREN. Hal ini yang membuat harga saham EXCL sempat turun karena investor merasa jika merger maka kinerja perusahaan gabungan tidak akan sebagus entitas sendiri seperti EXCL. Namun kita belum bisa mengetahui penjelasan lebih lanjut potensi bisnis atau strategi mengenai perusahaan kedepannya. Harapannya bisa menciptakan suatu entitas besar nantinya dengan produk yang lebih baik.
Lalu kita sebagai seorang investor harus bagaimana? Kita tunggu saja informasi terbaru perusahaan mengenai merger ini, jika nantinya ada tender offer dengan harga pembelian diatas harga pasar maka investor bisa diuntungkan.
Dan manfaat untuk kedua perusahaan adalah untuk bisa bersaing melawan ISAT ataupun TLKM yang memiliki jumlah pelanggan ataupun menara BTS 4G yang lebih banyak, dan ditambah dengan adanya pesaing baru yaitu Starlink. Jadi kedua perusahaan digabung agar menjadi perusahaan yang lebih besar, meskipun dari sisi pelanggan atau total menara TLKM masih tetap menjadi yang terbanyak. Penggabungan bisnis ini dilakukan agar perusahaan tetap bisa bersaing kedepannya.***
###
DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!
Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.