Terakhir diperbarui Pada 21 Maret 2024 at 1:56 pm
Sebagai seorang investor yang bijak, maka akan lebih baik jika melakukan investasi leher ke atas lebih dulu. Seperti halnya mempelajari indikator dan analisis teknikal yang pada umumnya banyak digunakan oleh para trader. Analisis teknikal sendiri dapat mempermudah kita untuk memprediksi pergerakan harga saham.
Daftar Isi
Artikel ini dipersembahkan oleh :
Sekilas Analisis Teknikal
Sebelum masuk pada pembahasan, sekilas kita akan mengenali apa itu indikator. Indikator adalah perhitungan matematis atas riwayat harga saham yang umumnya digambarkan dalam bentuk garis pada grafik. Indikator berfungsi untuk membantu kita mengidentifikasi tren harga dan menemukan sinyal beli/jual pada saham-saham yang diperdagangkan di bursa.
[Baca lagi: Teknik Dasar Cara Membaca Grafik Saham untuk Investor Pemula!]
Berikutnya, ialah analisis teknikal saham yang merupakan pendekatan analisis yang dilakukan secara teknis. Dengan mengamati pola-pola dalam data pasar, harga saham, dan volume transaksi saham.
Metode analisis teknikal ini digunakan untuk menganalisis harga saham berdasarkan data historis. Dengan bantuan data tersebut, maka kita bisa mengidentifikasi trend atau pola harga yang ada.
Dalam hal analisis teknikal, para trader lah yang ‘paling rajin’ mengikuti pola tersebut sebagai panduan. Contohnya, ketika harga saham cenderung meningkat, trader dapat membuka posisi beli.
Analisis teknikal dalam saham menjadi alat yang sangat berguna, karena kita bisa menentukan kapan waktu yang tepat untuk memasuki pasar (entry point) dan kapan harus keluar dari pasar (exit point) dengan jelas. Hal ini jelas sangat efisien, karena membantu kita untuk menghindari pemborosan waktu dan upaya pada transaksi yang tidak efektif.
Analisis teknikal, juga tidak hanya diterapkan dalam konteks saham, tetapi juga pada instrumen keuangan lainnya, seperti komoditas dan valuta asing (forex). Biasanya, individu yang menggunakan analisis teknikal ini dikenal sebagai trader, yang melakukan trading dengan jangka waktu pendek, termasuk trading harian.
Bukan itu saja, analisis teknikal juga sering digunakan oleh trader aktif yang bertransaksi saham secara harian. Tujuannya adalah untuk memantau pola-pola dalam data pasar, harga saham, dan volume transaksi saham, guna membuat keputusan investasi yang lebih baik.
Ragam Jenis Indikator Analisis Teknikal Saham
Ada dua kategori indikator teknikal saham berdasarkan fungsinya, yaitu leading dan lagging.
Indikator leading
Indikator leading ini mampu memberikan sinyal yang memprediksi pergerakan harga di masa mendatang. Contoh indikator leading antara lain Relative Strength Index (RSI) dan Stochastic Oscillator.
Indikator lagging
Sedangkan indikator lagging ini lebih pada mengamati tren harga saham di masa lalu untuk memberikan informasi tentang momentum pergerakan harga yang tengah berlangsung. Seperti Moving Averages, Bollinger Bands, dan MACD.
Moving Average, Stochastic, RSI, MACD dan Bollinger Bands, adalah lima indikator yang paling sering digunakan untuk membaca analisis teknikal. Kelima indikator ini sering menjadi topik pembicaraan dalam pandangan para ahli saham, dan juga diskusi antar trader di forum-forum saham.
[Baca lagi: Cara Membaca Candlestick Saham]
Oleh karena itu, sebaiknya kita juga perlu memahami tentang masing-masing indikator saham tersebut:
Moving Average (MA)
Rata-rata pergerakan adalah indikator saham yang paling penting dan harus dipelajari. Terutama untuk menentukan keadaan tren harga suatu saham saat ini, berdasarkan perbandingan antara posisi harga saat ini dan harga rata-rata historis.
Dengan mempelajari moving average, kita akan dapat mengetahui level support dan resistance yang menandai titik-titik penting dalam historical pergerakan harga saham. Sebagai contoh mari kita lihat grafik harga saham CSTC dengan MA periode 200 yang terpasang di bawah ini…
Posisi awal harga saham CSTC berada di atas garis MA-200 sehingga menunjukkan tren naik. Selama kenaikan harga saham, MA-200 bertindak sebagai level support. Ketika harga saham CSTC menembus level support, maka trennya turun dan garis MA-200 berubah fungsinya menjadi level resistance. Jika harga saham kemudian melampaui garis MA-200, berarti tren telah berubah total dari bearish menjadi bullish.
Dalam analisis teknikal, mempelajari indikator saham ini lebih detail, bisa membantu kita menemukan banyak kegunaan lain seperti mengidentifikasi peluang beli/jual. Selain itu, MA juga menjadi dasar sejumlah indikator lain seperti MACD dan Bollinger Bands.
Stochastic Oscillator
Stochastic muncul dalam bingkai di bawah grafik harga saham dan mewakili zona overbought/oversold mirip dengan indikator RSI. Perbedaannya adalah Stochastic memiliki garis %K dan garis %D yang menghasilkan sinyal perdagangan. Pada contoh di bawah, garis %K berwarna biru dan garis %D berwarna merah…
Perpotongan kedua garis tersebut dapat diartikan sebagai sinyal untuk membeli/menjual suatu saham. Sinyal beli muncul ketika garis %K melintasi garis bawah menuju garis atas.
Sedangkan sinyal jual muncul ketika garis %K melintasi garis atas hingga bawah. Indikator stochastic cukup akurat kecuali pada kondisi pasar yang sangat fluktuatif.
Relative Strength Index (RSI)
RSI merupakan indikator yang dapat menunjukkan kapan suatu saham berada dalam kondisi jenuh beli atau jenuh jual. Ketika RSI mencapai level beli/jual tertinggi, harga saham diperkirakan akan berubah arah.
Jika RSI menunjukkan bahwa suatu saham berada dalam kondisi jenuh beli (overbought), maka pergerakan harga akan berbalik arah ke bawah. Sedangkan jika RSI menunjukkan saham tersebut oversold, maka tren harga kemungkinan besar akan naik.
Indikator RSI muncul pada bingkai di bawah grafik harga saham. Bagi para trader, mereka seringkali menetapkan kondisi overbought ketika RSI berada di atas 70. Kondisi oversold terjadi ketika RSI turun di bawah 30. Contohnya seperti gambar dibawah ini:
Akurasi dari indikator RSI relatif rendah, karena saham bisa berada dalam kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam waktu yang sangat lama. Untuk mengatasi masalah tersebut, biasa pelaku pasar akan menggabungkan indikator RSI dengan indikator lagging lainnya.
Tidak hanya, mereka para trader juga bersiap untuk menahan sahamnya lebih lama dari perkiraan kapan pun.
Moving Average Convergence Divergence (MACD)
MACD adalah indikator yang mencoba mendeteksi perubahan momentum dengan membandingkan dua moving average. Oleh karena itu, indikator MACD dapat digunakan untuk mengidentifikasi tekanan beli/jual dan level support/resistance.
MACD terdiri dari tiga komponen utama yang dapat dilihat pada contoh di bawah ini, yaitu histogram, garis MACD (biru) dan garis sinyal MA (oranye). Posisi grafik positif di atas garis tengah (hijau) akan mengindikasikan aksi beli. Semakin besar bar grafiknya, semakin besar pula tekanan untuk membeli saham tersebut.
Sebaliknya, posisi histogram negatif di bawah garis tengah (merah) akan menandakan aksi jual besar-besaran.
Tren naik biasanya terjadi ketika histogram positif dan garis MACD naik. Sinyal jual muncul ketika histogram positif menjadi lebih tipis dan garis MACD memotong garis sinyal MA dari atas ke bawah (dead cross).
Sedangkan sinyal buy muncul ketika histogram negatif menipis dan garis MACD melintasi garis sinyal MA dari low ke high (golden cross).
Bollinger Bands
Bollinger Bands menunjukkan volatilitas harga saham sebagai band. Fungsinya untuk mengukur volatilitas atau fluktuasi harga yang timbul akibat meningkatnya minat beli/jual saham. Bollinger Bands juga dapat digunakan untuk mendeteksi level overbought/oversold.
Indikator saham ini terdiri dari tiga garis yaitu upper band, middle band, dan lower band. Garis tengah adalah rata-rata pergerakan, sedangkan dua garis lainnya dibuat berdasarkan deviasi dari garis ini. Oleh karena itu, Bollinger band akan melebar dan berkontraksi tergantung pada fluktuasi pasar.
Semakin lebar Bollinger band, semakin tinggi volatilitas harga sahamnya. Semakin sempit bandnya, semakin rendah volatilitas nya.
Bollinger Bands yang menyempit biasanya menandakan akan terjadi perubahan arah pergerakan harga yang signifikan, baik dari bullish ke bearish atau sebaliknya.
Biasanya para pelaku pasar yang memilih menjadi trader, juga bisa menggunakan pita atas dan bawah sebagai ambang batas referensi untuk kondisi jenuh beli/jenuh jual.
Jika suatu harga saham berada di atas garis atas, berarti sudah jenuh beli (overbought) dan kemungkinan besar pergerakan harga akan berbalik ke bawah. Sebaliknya, ketika harga saham berada di bawah garis bawah, berarti terjadi situasi oversold dan tren harga kemungkinan akan berbalik ke atas.
[Baca juga: Cara Membaca Grafik Saham untuk Pemula, Mudah dan Efektif!]
Kesimpulan
Nah gimana kira-kira, setelah mempelajari beberapa indikator teknikal saham yang paling penting di atas tadi? Berkenaan dengan analisis teknikal, maka sebenarnya masih ada metode teknikal lainnya seperti Pivot Point, Fibonacci dan sebagainya lainnya.
Dalam hal teknikal, tidak perlu menguasai semuanya tetapi harus memahami indikator pilihan yang ingin digunakan untuk mendukung kapan keputusan menjual atau membeli saham.***
Disclaimer!
Segala tulisan di luar konteks tentang Value Investing pada web/blog/situs ini tidak dimaksudkan sebagai suatu rekomendasi metode/cara/langkah/strategi investasi yang dianjurkan. Melainkan hanya berupa informasi mengenai ilmu dalam pasar saham. Penulis web/blog/situs ini tidak bertanggung jawab apabila ada kerugian yang terjadi, baik secara langsung maupun tidak langsung yang timbul atas tindakan pembaca.