Potensi Ekonomi AS dan China Membaik di Tahun 2024.  Dan Apa Dampaknya ke Indonesia?

Potensi Ekonomi AS dan China Membaik di Tahun 2024. Dan Apa Dampaknya ke Indonesia?


Terakhir diperbarui Pada 2 April 2024 at 2:39 pm

Ada beberapa potensi ekonomi AS dan China membaik di tahun 2024 ini. Hal ini salah satunya dipicu oleh perkiraan pasar terhadap kebijakan The Fed yang akan menurunkan suku bunga nya mulai tahun ini. Lantas bagaimana dengan kondisi ekonomi dari AS dan China? Bagaimana pula dengan dampaknya ke Indonesia?

 

Artikel ini dipersembahkan oleh:

 

Masuknya Sentimen The Fed dan Pertumbuhan Ekonomi China

Pada tanggal 6 Maret 2024, Ketua Federal Reserve, Jerome Powell kembali menegaskan bahwa perkiraan menurunkan suku bunga akan dimulai tahun 2024 ini. Namun belum diketahui kapan dilakukan.

Menurut Powell, suku bunga acuan saat ini berada pada puncaknya. Jika perekonomian berjalan sesuai perkiraan, maka pelonggaran suku bunga tahun ini akan dilakukan. Para pengambil kebijakan tetap melihat risiko yang diperoleh dari inflasi dan tidak ingin memberikan pelonggaran terlalu cepat.

The Fed masih menunggu untuk lebih yakin, bahwa inflasi AS bisa berjalan secara berkelanjutan pada level 2%. Dengan adanya berita tersebut membuat indeks saham S&P 500 meningkat. Kemudian IHSG juga mengalami kenaikan. Tidak hanya itu, harga emas juga mencapai level all time high-nya.

Kemudian negara China yang menjadi mitra dagang utama Indonesia, juga optimis pada tahun 2024 ini. Di mana China menargetkan GDP bisa tumbuh mencapai 5%. Tahun 2023 kemarin memang GDP Growth Full Year China tumbuh 5.2%. Namun perbandingannya adalah tahun 2022, karena masih dalam kondisi pandemi. Jadi akan lebih sulit untuk China mencapai pertumbuhan PDB 5% tahun 2024 ini.

Pada artikel kali ini kami akan membahas perekonomian kedua negara tersebut. Dengan indikator ekonomi yang membuat The Fed belum yakin kapan diturunkannya suku bunga. Dan apakah ada peluang penurunan suku bunga. Serta apakah optimisme PDB China bisa terwujud dengan kondisi ekonomi saat ini? Yang pada akhirnya ketika suku bunga The Fed turun dan pertumbuhan ekonomi China terus meningkat. Akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian Indonesia.

 

 

Kondisi Ekonomi Amerika Serikat

GDP Growth Full Year 2023 Amerika Serikat di level 2.5%. Setelah sebelumnya tahun 2022 berada di level 1.9%. Kondisi ini memperlihatkan bahwa ekonomi AS tahun 2023 kemarin sedang mengalami pertumbuhan. Setelah sebelumnya waktu pandemi tahun 2020 mencatat -2.2%.

Jika pertumbuhan ini terus meningkat ke depannya, maka penurunan suku bunga tahun ini bisa terjadi. GDP Growth Rate pada kuartal IV-2023 berada di level 3.2% yang masih menunjukkan pertumbuhan yang positif.

GDP AS. Source: tradingeconomics.com

Angka inflasi Amerika Serikat bulan Februari 2024 berada di level 3.2%. Terdapat kenaikan tipis dari sebelumnya di level 3.1%. Adapun target yang dimiliki Amerika Serikat terhadap inflasinya adalah sebesar 2%.

Dan jika angka inflasi bisa menurun sampai angka 2% secara berkelanjutan. Maka ini menjadi salah satu alasan suku bunga The Fed akan diturunkan. Namun kita perlu melihat indikator ekonomi yang lain, apakah sudah ada pemulihan.

Inflasi AS. Source: tradingeconomics.com

Suku bunga The Fed masih ditahan pada level 5.5%. Tingginya suku bunga ini tentu saja bisa mengganggu aktivitas ekonomi masyarakat, karena mahalnya tingkat bunga pinjaman. Namun jika suku bunga segera diturunkan, ketika inflasi masih belum sesuai target itu bisa membuat angka inflasi kembali naik. Jadi alasan The Fed masih menahan suku bunganya karena ini salah satunya.

Dan ketika suku bunga ini ditahan lama pada level seperti saat ini, tentu bisa menyebabkan resesi karena turunnya perekonomian masyarakat. Jadi memang ada plus minus-nya. Maka dari itu, The Fed akan menurunkan suku bunganya, ketika mereka sangat yakin dengan prospek ekonomi kedepannya.

Suku Bunga AS. Source: tradingeconomics.com

Indikator ekonomi dari Indeks PMI Manufaktur, saat ini menunjukkan angka yang bagus dengan berada di angka 52.2 poin yang memperlihatkan sedang adanya ekspansi pada manufaktur di Amerika Serikat. Data ini melampaui perkiraan awal 51.5 poin. Dan ada kenaikan jika dibandingkan dengan bulan Januari yang sebesar 50.7. Angka ini menunjukkan ekspansi tercepat sektor manufaktur Amerika Serikat sejak Juli 2022, yang saat itu berada di level 52.2 poin.

Tingkat PMI Manufaktur AS. Source: tradingeconomics.com

Neraca perdagangan AS menunjukkan defisit US$67.4 miliar, angka ini meningkat dari sebelumnya. Sebenarnya tingkat impor AS itu selalu lebih besar dibandingkan dengan ekspor-nya sejak tahun 1982-an. Karena kuatnya mata uang dolar menjadikan harga barang impor lebih murah, yang menyebabkan tingkat impor AS terus tinggi.

Secara historis ekonomi AS juga kuat, meskipun tingkat impor yang tinggi tersebut, karena kuatnya mata uang dolar AS. Dan negara ini juga menjadi pemimpin ekonomi dunia.

Neraca Perdagangan AS. Source: tradingeconomics.com

Dan saat ini tingkat pengangguran meningkat menjadi 3.9% dari yang sebelumnya sebesar 3.7%. Jumlah pengangguran bertambah 334 ribu menjadi 6.5 juta orang. Ini menjadi salah satu alasan The Fed perlu menurunkan suku bunganya. Supaya ekspansi perusahaan bisa bertambah dan lapangan pekerjaan juga bertambah. Namun angka inflasi tersebut masih tetap menahan suku bunga ini.

Tingkat pengangguran AS. Source: tradingeconomics.com

 

Dampak Sentimen Penurunan Suku Bunga The Fed

Sentimen penurunan suku bunga tersebut membuat tingkat imbal hasil obligasi Amerika Serikat 10 tahun sempat mengalami penurunan. Namun karena masih belum diketahui kapan akan diturunkan. Dan ditambah dengan inflasi yang naik tipis tersebut membuat imbal hasil ini kembali naik ke level 4.2%, meskipun tipis juga kenaikannya.

Imbal hasil obligasi AS. Sumber: tradingeconomics.com

Kemudian mata uang dolar AS juga mengalami pelemahan, jika dibandingkan dengan Rupiah, terdapat penurunan sejak tanggal 5 Maret 2024. Di mana ketika itu per 1 dolar itu dihargai Rp 15.765, dan saat ini menjadi Rp 15.587. Pelemahan ini karena permintaan terhadap dolar yang mengalami penurunan.

Mata Uang Dolar AS. Source: tradingeconomics.com

Dari indeks saham AS, tanggal 7 Maret 2024 indeks S&P 500 menguat 1.03%. Kenaikan tersebut menjadi bukti, bahwa market merespon dengan positif. Indeks S&P 500 sendiri juga terus mengalami kenaikan sejak akhir Oktober 2023. Seiringan dengan ekonomi AS yang membaik dan potensi penurunan suku bunga.

Indeks S&P 500. Source: tradingview.com

Kalau kita lihat memang beberapa indikator ekonomi menunjukkan pertumbuhan positif. Namun dari sisi inflasi di angka 3.2% memang ada kenaikan tipis. Dan angka 3.2% ini sebenarnya masih lebih baik dibandingkan inflasi Juni 2022 yang di level 9.1%. Jadi ini sudah ada perbaikan pada sisi inflasi dalam beberapa waktu terakhir.
Harapannya angka inflasi tahun 2024 ini bisa sesuai target.

Dan penyebab kenapa inflasi Juni 2022 mencapai 9.1% adalah mahalnya harga komoditas energi, bahan baku makanan, dan lainnya. Hal itu terjadi, karena pandemi yang belum pulih ditambah dengan perang Rusia Ukraina.

Dan saat ini pandemi sudah berakhir, namun memang masih terdapat ketegangan di Rusia Ukraina maupun Timur Tengah. Meski begitu, jika melihat harga komoditas yang dibandingkan dengan 2022, maka bisa dikatakan yang saat ini sudah turun signifikan. Hal ini tentu menjadi peluang terhadap penurunan inflasi dan suku bunga tahun 2024 ini, yang masih cukup terbuka lebar.

 

Ekonomi AS dan China

[Baca lagi: Ekonomi AS dan China Bertumbuh Negatif, Bagaimana Proyeksi ke Depan?]

 

Kondisi Ekonomi China

Sedangkan perekonomian di China, pemerintah China menargetkan GDP tahun 2024 mencapai 5% dalam satu tahun penuh.

Adapun untuk tahun 2022 kemarin pertumbuhan GDP Growth Full Year sebesar 3%, dan tahun 2023 mampu tumbuh 5.2%. Pada pertumbuhan tahun 2023 ini karena perbandingannya adalah tahun 2022 yang masih pandemi. Dan tahun 2024 akan cukup berat, jika dibandingkan dengan tahun 2023

Namun kita perlu melihat indikator ekonomi China yang beberapa diantaranya sudah mulai membaik. Untuk GDP Growth Rate China kuartal IV-2023 berada di level 1%, ini masih cukup bagus.

GDP China. Source: tradingeconomics.com

Setelah empat kuartal berturut-turut China mengalami deflasi yang menyebabkan pelemahan daya beli masyarakat. Kini China mencatat inflasi di level 0.7%. Menandakan adanya peningkatan daya beli oleh masyarakat. Dengan ini menjadi pertanda adanya pemulihan ekonomi. Ketika daya beli masyarakat meningkat, itu akan meningkatkan pendapatan perusahaan, dan pada akhirnya perekonomian berangsur pulih.

Inflasi China. Source: tradingeconomics.com

Tidak hanya kabar positif dari inflasi tersebut, Bank Rakyat China (PBOC) juga memangkas suku bunga pinjaman 5 tahun yang menjadi 3.95%, dari sebelumnya 4.2%. Ini merupakan penurunan suku bunga pertama sejak Juni 2023, sejalan dalam meningkatkan permintaan kredit dan memulihkan sektor properti.

Sedangkan suku bunga 1 tahun, saat ini masih dipertahankan pada level 3.45%. Kedua suku bunga pinjaman utama berada pada level yang rendah. Langkah ini dilakukan dalam menumbuhkan perekonomian dan menjaga mata uang yuan agar tetap kuat.

Suku bunga China. Source: tradingeconomics.com

Indikator ekonomi yang lain pada neraca perdagangan juga memperlihatkan kondisi yang sangat bagus. Di mana mengalami surplus yang meningkat menjadi US$125.16 miliar pada periode dua bulan tahun 2024, dari US$103.8 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Surplus yang meningkat tersebut dipengaruhi oleh ekspor yang naik 7.1% dan juga impor yang naik 3.5%.

Neraca Perdagangan AS. Source: tradingeconomics.com

Indeks PMI Manufaktur China juga mengalami kenaikan menjadi 50.9 poin pada Februari 2024, dari sebelumnya 50.8 poin pada bulan sebelumnya. Pertumbuhan Indeks PMI Manufaktur tersebut telah mengalahkan proyeksi pasar 50.6 poin. Ini adalah pertumbuhan manufaktur dalam empat bulan berturut-turut, dan poin tertinggi sejak September 2023.

Indeks PMI Manufaktur China. Sumber: tradingeconomics.com

Sebelumnya ramai terkait berita kebangkrutan perusahaan Evergrande, yang menandakan adanya krisis sektor properti di China. Jika kita lihat saat ini memang masih ada penurunan pada harga rumah baru yang turun 0.7% secara tahunan. Menandakan masih adanya tren penurunan sektor properti.

Kabar baiknya, melalui Kementerian Perumahan China menyetujui pinjaman lebih dari 200 miliar yuan atau setara Rp439.6 triliun untuk properti tahun 2024 ini. Langkah tersebut dilakukan untuk mendorong pemulihan sektor properti yang sedang krisis.

Pertumbuhan sektor properti. Source: tradingeconomics.com

Dan yang terbaru, pemerintah China juga siap menggelontorkan dana hingga Rp2.66 triliun. China akan menerbitkan obligasi spesial ‘ultra long’. Di mana ini menjadi berita positif terhadap negara-negara yang memiliki hubungan dengan China, termasuk Indonesia. Karena dana dari penerbitan obligasi ini direncanakan untuk pembiayaan proyek terkait pangan, energi, rantai pasokan, dan urbanisasi.

Penerbitan obligasi sebesar satu triliun yuan atau setara Rp2.166 triliun ini adalah langkah yang di ambil pemerintahan China untuk membangunkan kembali ekonomi. Bank sentral China (PBoC). Juga mencoba membangkitkan ekonomi China melalui pemangkasan suku bunga pinjaman satu tahun. Dengan bangkitnya ekonomi, tentu Indonesia akan diuntungkan.

Dari data perbaikan ekonomi China tersebut membuat indeks saham China yaitu SSE mengalami kenaikan. Setelah sebelumnya berangsur-angsur turun sejak pertengahan Mei 2023. Penurunan ini disebabkan karena data ekonomi China yang tidak bagus.

Data perekonomian China. Source: tradingview.com

Jadi apakah China bisa mencapai pertumbuhan GDP sebesar 5% tahun 2024 ini? Jika melihat beberapa indikator ekonomi yang pulih dan upaya pemerintah China dalam memulihkan ekonomi tersebut. Maka bisa dikatakan China berpotensi untuk mencapai pertumbuhan GDP sebesar 5% tahun 2024 ini.

 

Dampak Pemulihan Ekonomi AS dan China kepada Indonesia

Dengan membaiknya ekonomi kedua negara tersebut, tentu saja Indonesia akan memperoleh dampak positif.

Tahun 2023 kemarin kontribusi perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat terhadap keseluruhan perdagangan Indonesia sebesar 7.1%, hampir sama dengan kontribusi Jepang. Meskipun tidak terlalu besar, tetap saja efek dari penurunan suku bunga akan berimbas ke perekonomian Indonesia yang akan membaik.

Lantaran ketika suku bunga The Fed turun, maka Indonesia juga berpotensi menurunkan suku bunganya.

Kalau kita lihat memang ada penurunan perdagangan tahun 2023 kemarin antara Indonesia dengan Amerika Serikat. Dan data Januari 2024 secara yoy memang masih terdapat penurunan total perdagangan. Lantaran perekonomian secara global juga masih belum membaik.

Source: satudata.kemendag.go.id

Sedangkan perdagangan Indonesia dengan China berkontribusi seperempat dari total perdagangan Indonesia. Jadi ketika ekonomi China ini membaik di tahun 2024, bukan tidak mungkin Indonesia benar-benar akan mendapatkan keuntungannya. Meskipun menunjukkan pelemahan perdagangan pada tahun 2023 dan Januari 2024 secara YoY, tetap saja kontribusinya masih besar. Dan ketika ekonomi China berangsur pulih, tentu saja tingkat perdagangan ini akan kembali meningkat. Di mana ini dapat membuat ekspor Indonesia ke China kembali naik.

Source: satudata.kemendag.go.id

Sementara data terbaru untuk perdagangan Indonesia, sebelumnya kita pernah bahas pada artikel resesi Jepang dan Inggris. Namun untuk kali ini sudah data terbaru bulan Januari 2024.

Di mana terdapat penurunan terhadap total perdagangan dan juga neraca perdagangan secara YoY. Yang besar kemungkinan hal ini, karena perekonomian global masih belum membaik. Terutama di China yang menjadi mitra dagang terbesar, tercatat di bulan Januari 2024 masih mengalami deflasi 0.8%. Sehingga aktivitas ekspor Indonesia mengalami penurunan sebesar 8.2%. Dan kini sudah ada pemulihan ekonomi China. Tentu harapannya perdagangan Indonesia akan meningkat kedepannya.

Source: satudata.kemendag.go.id

 

Dampak Sentimen AS dan China Terhadap Komoditas Emas dan Nikel

Dampak dari sentimen akan diturunkannya suku bunga ini membuat harga emas sempat mencapai level tertingginya pada harga US$2.182,47 per troi ons.

Harga komoditas emas. Source: tradingeconomics.com

Di tahun 2024 ini banyak yang memproyeksi akan terjadi kenaikan harga emas, seperti dari para pakar, bank besar, pemimpin industri.

Dari Bloomberg yaitu Mike McGlone memproyeksi harga emas di tahun 2024 akan mencapai level US$3.000.

Sedangkan, Robert Kiyosaki memproyeksi harga emas akan mencapai level US$5.000.

Kemudian Bank of America proyeksinya sampai US$2.400. Dan lain sebagainya yang memperlihatkan keoptimisan terhadap rally-nya emas tahun 2024 ini.

Kita tahu bahwa pergerakan suku bunga berkebalikan dengan emas. Di mana ketika suku bunga turun, maka harga emas akan naik.

Source: allegiancegold.com

Komoditas nikel dalam sebulan terakhir juga mencatatkan kenaikan 14.49%. Harga nikel berada di level $18.324,5 per ton, yang menjadi level tertinggi sejak Oktober 2023. Kenaikan ini didorong oleh perkiraan penurunan suku bunga dari pernyataan Federal Reserve tersebut.

Kemudian, China yang mencatatkan inflasi setelah sebelumnya deflasi juga menjadi salah satu pemicu kenaikan harga nikel. Lantara China merupakan negara dengan konsumsi nikel terbesar di dunia.

Harga komoditas nickel. Source: tradingview.com

Mengacu pada data nornickel, konsumen nikel terbesar dunia pada tahun 2022 adalah China dengan persentase sebesar 60%.

Source: Annual Report Nornickel 2022

Dan Indonesia kena dampak positifnya, Indeks Harga Saham Gabungan juga mencetak level all time high-nya. Menjadi bukti bahwa market saham Indonesia merespon dengan positif atas sentimen global ini.

Pergerakan IHSG. Source: tradingview.com

 

Kesimpulan

Saat ini memang ekonomi AS masih belum sesuai target inflasinya 2%. Namun jika kita melihat dalam beberapa waktu sebelumnya, angka 3.2% ini sudah cukup rendah dari sebelumnya yang sempat mencapai 9.1%.

Pertumbuhan GDP, Indeks Manufaktur, dan lainnya juga melihatkan pertumbuhan. Namun data-data tersebut masih belum bisa menjadi alasan The Fed, untuk menurunkan suku bunganya. Harapannya inflasi bisa turun ke level 2%, dan suku bunga The Fed diturunkan.

Kabar baiknya, peluang penurunan suku bunga masih cukup terbuka lebar tahun 2024 ini. Dengan data-data ekonomi tersebut, dan saat ini sudah tidak pandemi. Ditambah dengan harga komoditas yang sudah lebih murah dibandingkan tahun 2022.

Sedangkan ekonomi China terus memperlihatkan pemulihan. Meskipun sektor properti masih kurang bagus, dengan ditambah upaya pemerintah dalam pemulihan tersebut. Cukup membuat optimis GDP Growth Full Year China bisa tumbuh 5%.

Dengan beberapa pertimbangan situasi di atas, maka bisa dikatakan bahwa Indonesia benar-benar akan diuntungkan. Terlebih lagi ketika suku bunga The Fed turun dan GDP China tumbuh 5% dapat terealisasikan.

 

Anda sedang ingin menyusun investing plan, tapi memiliki waktu yang terbatas untuk mengolah informasi. Maka sekarang bisa menggunakan Monthly Investing Plan yang telah terbit!

BANNER-ARTIKEL-MIP-2024

Bagi teman-teman investor yang ingin berlangganan Monthly Investing Plan, bisa menggunakan voucher…

 

Mengingat kedua negara tersebut mempunyai peran penting terhadap perekonomian Indonesia. Ketika suku bunga The Fed turun, maka Indonesia berpeluang untuk menurunkan suku bunganya juga.

Dan saat suku bunga turun, maka aktivitas konsumsi masyarakat ataupun dari perusahaan juga akan meningkat. Lantaran bunga pinjaman yang lebih rendah, misalkan masyarakat ingin membeli rumah, maka bunga KPR menjadi lebih rendah. Sedangkan untuk perusahaan ketika ingin melakukan ekspansi bisnis dengan meminjam hutang ke bank, maka beban bunganya lebih rendah. Tentu ini menguntungkan perusahaan dalam membayar beban bunga yang menjadi lebih ringan.

Bahkan jika perekonomian dalam negeri membaik, maka pendapatan yang akan diperoleh perusahaan juga bisa meningkat. Tentu saja ketika kinerja perusahaan membaik, akan berdampak positif terhadap market saham di Indonesia.***

 

###

 

DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!

 

Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Komentar

Artikel Lainnya

Youtube Update

Our Social Media

Arsip Artikel