Suku Bunga The Fed Dovish, Bagaimana Dengan Negara Lain?

Suku Bunga The Fed Dovish, Bagaimana Dengan Negara Lain?


The Fed – Bank Sentral Amerika Serikat saat ini tengah menahan kebijakan suku bunga pada level 5.5%. Keputusan The Fed ini menuai beragam respon, mengingat apa yang menjadi keputusan The Fed. Maka akan memberikan pengaruh besar pada berbagai negara lainnnya. Kira-kira bagaimana dengna negara lain menanggapi keputusan The Fed?

 

 

Artikel ini dipersembahkan oleh:

 

 

 

 

Keputusan Suku Bunga The Fed Dovish

Saat ini The Fed masih menahan suku bunga di level 5.5%. Dan yang menarik adalah The Fed memberikan sinyal akan memangkas suku bunganya. Tentu saja ini mendapat respon dari berbagai pihak, karena akan memberikan dampak terhadap keputusan kebijakan di negara lain. Suku bunga The Fed ini naik sejak bulan Maret 2022, jadi adanya berita penurunan pastinya akan di respon oleh market. Oke sebelumnya kita akan bahas dulu penjelasan secara umum terkait The Fed yang melakukan kebijakan dovish.

Bank Sentral Amerika Serikat, atau The Fed mempunyai peran besar dalam penentuan arah kebijakan moneter. Yang tentunya memberikan dampak terhadap perekonomian Amerika, dan bahkan ke ekonomi secara global.

Dovish sendiri adalah salah satu kebijakan moneter yang dilakukan The Fed. Sikap dovish adalah kebijakan moneter yang mendukung dalam pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat. Dengan adanya kebijakan dovish ini nantinya akan ada kebijakan terhadap penurunan suku bunga yang lebih rendah. Dalam hal ini jika The Fed melakukan sikap dovish, ini salah satunya dikarenakan kondisi inflasi yang lebih rendah. Saat ini angka inflasi Amerika Serikat ada di angka 3.1% atau turun dari sebelumnya 3.2%. Dan tentu saja ini angka penurunan yang cukup baik.

Dengan suku bunga yang rendah ini akan meningkatkan aktivitas perekonomian.  Salah satunya, di mana pinjaman masyarakat dan perusahaan bisa meningkat. Dampaknya ketika pinjaman masyarakat meningkat itu, akan membuat tingkat konsumsi masyarakat naik. Nantinya ada banyak pelaku usaha akan diuntungkan. Bagi perusahaan sendiri, ketika bunga pinjaman rendah, maka ekspansi bisnis bisa kembali berjalan, karena beban keuangan menjadi lebih rendah. Dari hal ini tentu saja bisa membuat peningkatan terhadap laju perekonomian, adanya kenaikan lapangan kerja baru, dan naiknya tingkat konsumsi.

Saat The Fed mengumumkan akan ada kebijakan dovish, biasanya pasar keuangan akan merespon dengan adanya kenaikan harga saham dan turunnya yield obligasi. Para investor ini lebih memilih untuk berinvestasi di instrumen yang punya risiko lebih tinggi. Agar memperoleh keuntungan lebih besar, dibandingkan dengan obligasi yang imbal hasilnya lebih sedikit. Dan saat ini imbal hasil obligasi US 10 tahun juga turun berada di angka 3,9%.

Beberapa negara lain di bulan Desember 2023 ini juga masih mempertahankan suku bunganya. Sebut saja seperti beberapa negara ini:

  • Hong Kong yang saat ini masih menahan suku bunga di level 5.75%, dan mengamati kebijakan lebih lanjut dari The Fed.
  • India juga menahan suku bunga di level 6,5% hal ini untuk mencapai target level inflasi di angka 2%-6%. Sedangkan, untuk inflasi bulan November 2023 di angka 5.55%. Namun pemerintah India memperingatkan kemungkinan adanya kenaikan inflasi bulan Desembe, karena tekanan harga pangan.
  • Bangladesh posisi November 2023 menahan suku bunga di level 6.5%. Meskipun angka inflasi sudah berada di angka 9.49% yang ini turun dari sebelumnya 9.93%.
  • Indonesia posisi Desember 2023 juga masih menahan suku bunga di level 6%. Dan terdapat kenaikan angka inflasi menjadi 2.86%. Namun angka ini masih cukup aman mengingat target inflasi Indonesia tahun 2023 ini berada di kisaran 3±1%.

Berbeda dengan negara China yang posisi November 2023 masih mengalami deflasi, meskipun angka deflasi di level 0,5% masih tergolong aman. Akan tetapi jika angka deflasi ini semakin bertambah, itu cukup berbahaya untuk perekonomian China kedepannya. Di mana itu akan memicu pelemahan daya beli masyarakat. Jika kita lihat suku bunga China posisi Desember 2023 di level 3.45%, ini merupakan level yang lebih rendah. Jika dibandingkan dengan Amerika Serikat di level 5.5%. Jadi jika China kembali menurunkan suku bunga, ini bisa mempengaruhi pelemahan mata uang China. Lantaran suku bunga Amerika Serikat yang lebih tinggi, akan menjadi menarik. Bahkan bisa membuat permintaan dolar lebih tinggi.

 

 

 

 

Dapatkan seluruh layanan dari RK Team secara lengkap dan harga spesial hanya untuk member RK. Yuk gabung sekarang juga menjadi Platinum Member !

Platinum-Members

 

 

 

Respon Market Saham terhadap Suku Bunga The Fed Dovish?

Bagaimana respon market saham dengan adanya hal ini? Kalau kita lihat ketika The Fed mengumumkan kebijakan ini pada tanggal 13 Desember 2023, di malam hari yang akan kembali menahan suku bunga di level 5.5%. Sekaligus menyampaikan suku bunga yang akan dovish, membuat IHSG di tanggal 14 Desember 2023 naik sekitar 1,4%.

Tentunya hal itu di respon positif oleh market Indonesia. Sedangkan indeks saham di Amerika Serikat juga tercatat naik, seperti Dow Jones Industrial Average Index yang naik sekitar 1,38%, Nasdaq Composite Index naik 1,39%, dan S&P 500 juga naik 1,38%.

Jadi dengan adanya kebijakan The Fed untuk memangkas suku bunga. Bisa dikatakan telah menjadi sentimen positif terhadap perekonomian dan market saham, karena ketika perekonomian itu membaik. Maka konsumsi dan investasi masyarakat akan meningkat dan banyak perusahaan bisa memperoleh dampaknya. Melalui pendapatan yang naik, sehingga kinerja operasionalnya akan bagus. Efeknya secara luas, pasar saham juga menjadi lebih bergairah.***

 

###

 

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Komentar

Artikel Lainnya

Youtube Update

Our Social Media

Arsip Artikel