
Harga emas kembali cetak rekor all time high di tengah ketidakpastian global. Tertanggal 10 September 2025 kemarin, harga emas ditutup di USD 3.640,5 per troy ons, naik 38.7% dari awal tahun. Kenaikan tersebut dipicu oleh perang Rusia–Ukraina, konflik Timur Tengah, kebijakan dagang AS, dan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed. Imbasnya emas pun jadi aset favorit investor, sekaligus mendorong kinerja emiten emas Indonesia. Pertanyaannya, apakah reli ini berlanjut atau justru mendekati puncak?
Daftar Isi
Artikel ini dipersembahkan oleh:

Pergerakan Harga Emas
Sepanjang tahun 2025 ini harga emas sudah mencatatkan kenaikan yang cukup signifikan mencapai 38,7% yang ditutup pada level USD3.640,5 per troy ons posisi 10 September 2025, ini mencapai level tertingginya sepanjang masa. Kenaikan harga emas tersebut disebabkan karena kondisi ekonomi global yang masih penuh dengan ketidakpastian, seperti tarif impor AS yang sangat tinggi, perang di Timur Tengah ataupun Rusia Ukraina, kemudian juga dari potensi pemangkasan suku bunga The Fed. Naiknya harga emas tersebut tentu saja menjadi kabar yang sangat menarik terutama untuk emiten emas.

💥 Era Suku Bunga Rendah Dimulai!
Kebijakan moneter yang kini longgar membuka peluang besar di pasar saham, inilah momentum terbaik bagi investor!
Sektor-sektor unggulan siap mencetak multibagger baru — apakah itu Anda?
💡 Temukan jawabannya di Stockademy by RK Team: “Find The Winning Stock in Low Interest Rate Era” (November 2025)
Anda akan belajar strategi memilih sektor dan saham unggulan,
menggunakan analisis sektoral dan fundamental terkini,
dan mempersiapkan portofolio yang siap tumbuh di era baru!
Join Now and Redeem Your Voucher!!
Penawaran dan Permintaan Emas Global Q2 2025
Dari sumber World Gold Council, pada kuartal kedua tahun 2025 total penawaran emas global mencapai 1.248,8 ton, yang naik 3% secara YoY dan 6% secara kuartalan. Kenaikan tersebut terutama didorong oleh produksi tambang emas, yang mengalami kenaikan menjadi 908,6 ton, naik 1% secara YoY dan 9% secara kuartalan. Sedangkan pasokan emas daur ulang berada pada level 347,2 ton, yang naik 4% YoY dan turun tipis secara kuartalan.
Sedangkan dari sisi permintaan emas terdapat penurunan 17% secara kuartalan menjadi 1.079 ton, sedangkan secara YoY terjadi kenaikan sebesar 10%. Permintaan emas yang turun secara kuartalan berasal dari turunnya seluruh sektor, seperti perhiasan yang turun 16%, permintaan teknologi turun 2%, investasi turun 13%, serta permintaan dari bank sentral dan institusi lain turun 33%. Penyebab penurunan ini terjadi karena tingginya harga emas yang membuat banyak konsumen menahan pembelian emas.
Harga emas sendiri secara QoQ sebenarnya naik 15% menjadi USD 3.280,4 per troy ons, meskipun permintaan turun.
Disisi lain permintaan emas secara yoy berhasil mencatat kenaikan terutama terjadi pada permintaan untuk aset investasi, dimana mengalami kenaikan signifikan 78%. Pendorong utamanya berasal dari pembelian emas batangan yang naik 21% menjadi 243,1 ton serta lonjakan permintaan dari Exchange Traded Fund (ETF) emas dan produk serupa yang posisi Q2 2025 mencapai 170,5 ton.
Untuk total permintaan emas dari data di bawah ini tercatat naik 6% secara qoq dan 3% secara yoy menjadi 1.248,8 ton, ini berasal dari kategori OTC (Over The Counter) and others, yaitu transaksi emas yang terjadi di luar pasar formal seperti bursa, sehingga volumenya tidak bisa tercatat. Nilai permintaan yang tidak tercatat tersebut disesuaikan dengan sisi penawaran agar neraca pasar emas bisa seimbang.

Sektor emas perhiasan yang melemah tersebut berasal dari turunnya permintaan dari India sebesar 17% YoY, sedangkan China turun hingga 20%. Kedua negara ini merupakan konsumen emas untuk perhiasan terbesar di dunia. Penurunan tersebut terjadi karena harga bahan baku emas yang melonjak. Tingginya harga bahan baku emas membuat harga emas perhiasan ikut naik. Sehingga dengan kondisi ekonomi yang masih belum stabil membuat konsumen lebih tertarik membeli emas batangan dibandingkan perhiasan, karena emas batangan dianggap lebih menguntungkan sebagai aset investasi, sedangkan perhiasan lebih dianggap sebagai barang konsumsi (barang mewah).

Permintaan emas oleh bank sentral pada Q2 2025 tercatat turun 33% QoQ dan turun 21% YoY menjadi 166,5 ton. Kondisi ini masih dipengaruhi oleh harga emas yang berada di level tinggi, sehingga membuat bank sentral menahan diri untuk menambah cadangan. Meskipun tren pembelian emas dalam jangka panjang tetap bagus, karena bank sentral yang masih melihat emas sebagai aset yang aman dan bisa memberikan kestabilan di saat terjadi ketidakpastian ekonomi. Kalau kita lihat dari gambar dibawah ini juga menunjukkan kalau permintaan emas untuk bank sentral sangat kuat sejak tahun 2022 – 2024 yang selalu diatas 1.000 ton tiap tahunnya.

Kemudian dari sumber Reuters, untuk pertama kalinya sejak tahun 1996 porsi emas sebagai cadangan devisa bank sentral dunia sudah melampaui kepemilikan US Treasuries (Obligasi Pemerintah AS), di mana saat ini emas berkontribusi sekitar 27% dari total cadangan devisa bank sentral dunia dengan nilai sekitar US$4,5 triliun, lebih tinggi dibandingkan US Treasuries yang sekitar 23% atau US$3,5 triliun. Ini menunjukkan jika ada peralihan aset cadangan devisa bank sentral suatu negara.

Kalau melihat porsi emas sebagai cadangan devisa bank sentral suatu negara, China hanya memiliki 6% saja, sehingga masih berpotensi untuk ditingkatkan ke depannya, yang bisa meningkatkan permintaan emas. Meskipun Q2 2025 terjadi penurunan permintaan dari bank sentral.

Permintaan emas sebagai aset investasi yang naik 78% secara yoy pada Q2 2025 terdorong oleh kuatnya permintaan ETF emas dan kenaikan signifikan pada pembelian emas batangan, khususnya dari China. Kenaikan tersebut tentu saja terjadi karena investor global yang mencari aset safe haven di saat ketidakpastian ekonomi sedang terjadi.

Perbandingan Emas vs Yield Riil Obligasi AS
Di bawah ini adalah perbandingan harga emas dengan yield riil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun. Grafik ini ditampilkan secara terbalik (inverted) untuk yield riil obligasi ditandai dengan garis kuning dimana jika grafiknya naik maka sebenarnya yield riil-nya turun, dan sebaliknya jika grafik turun maka yield riil sedang naik. Yield riil obligasi sendiri merupakan selisih antara yield obligasi dengan inflasi.
Terlihat jika harga emas itu secara historinya bergerak berlawanan dengan yield riil obligasi pemerintah AS tersebut, namun sejak terjadinya perang Rusia dan Ukraina pada 2022, harga emas mulai naik sedangkan yield riil obligasi juga naik. Hal ini terjadi karena harga emas naik akibat ketidakpastian geopolitik ataupun ekonomi global, sedangkan yield riil obligasi naik karena inflasi AS dan suku bunga The Fed yang tinggi.
Dari gambar tersebut, harga emas yang terbaru menembus sekitar US$3.500 per troy ons, sedangkan yield riil obligasi berada di sekitar 1,7%. Dengan kondisi ini memperlihatkan jika suku bunga The Fed nanti dipangkas, maka harga emas berpotensi melanjutkan kenaikannya.

Beberapa Penyebab Kenaikan Harga Emas Saat Ini
Kenaikan harga emas dalam beberapa waktu terakhir ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, adanya perang Rusia Ukraina, kemudian juga perang yang terjadi di Timur Tengah ikut meningkatkan kekhawatiran pasar. Ketika terjadi risiko yang tinggi akibat perang atau konflik bersenjata, akan membuat permintaan emas melonjak karena dianggap sebagai aset yang paling aman di saat kondisi yang tidak pasti.
Kemudian yang kedua berasal dari kebijakan tarif impor yang dilakukan Amerika Serikat menambah ketidakpastian di sektor perdagangan global, karena tingginya tarif impor bisa membuat ekspor ke AS menjadi terganggu, hal ini bisa mengurangi penjualan ekspor di sebagian besar negara, sehingga prospek ekonomi global menjadi kurang bagus, dan hal ini juga turut mempengaruhi permintaan emas.
Penyebab lainnya yang terjadi saat ini adalah rencana pemangkasan suku bunga The Fed pada tanggal 18 September 2025. Dimana pasar memperkirakan ada pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 bps, sehingga suku bunga The Fed bisa turun menjadi 4,25%. Ekspektasi penurunan suku bunga ini juga membuat dolar AS melemah, yang setelahnya membuat permintaan emas naik karena harga emas menjadi relatif lebih murah bagi investor maupun pembeli dari luar Amerika Serikat. Pemangkasan suku bunga tersebut juga bisa membuat imbal hasil obligasi AS turun, sehingga banyak investor berpotensi mengalihkan aset investasinya dari obligasi ke emas.

Kenaikan potensi pemangkasan suku bunga The Fed terjadi setelah AS merilis data tenaga kerja mereka yaitu non-farm payroll dan tingkat pengangguran yang mengalami pelemahan. Non-farm payroll itu menunjukkan seberapa besar tambahan atau pengurangan lapangan kerja di luar sektor pertanian, dimana posisi Agustus 2025 terjadi perlambatan cukup signifikan, dari sebelumnya bulan Juli 2025 ada penambahan lapangan kerja sebesar 79 ribu, tapi bulan Agustus 2025 hanya 22 ribu, ini juga dibawah konsensus pasar sebesar 75 ribu. Sedangkan tingkat pengangguran AS ada kenaikan dari 4,2% bulan Juli 2025 menjadi 4,3% pada Agustus 2025.

Tingginya utang pemerintah AS yang mencapai USD 37,3 triliun juga menjadi salah satu faktor penyebab permintaan emas yang terus naik, karena semakin besar beban utang maka semakin besar juga kekhawatiran pasar mengenai keberlanjutan fiskal AS dan kredibilitas mata uang dolar AS sebagai aset cadangan bank sentral dunia. Kondisi ini membuat banyak bank sentral yang menambah cadangan devisa ke emas seperti penjelasan sebelumnya. Ini terjadi karena emas yang dianggap lebih aman dan tidak memiliki risiko gagal bayar.

Prediksi Kenaikan Harga Emas
JP Morgan memprediksi harga emas masih akan lanjut rally, dimana harga emas diproyeksi pada tahun 2025 ini rata-ratanya bisa mencapai USD3.365 per troy ons, untuk posisi Q4 2025 sendiri bisa mencapai USD3.675 per troy ons. Proyeksi kenaikan masih berlanjut hingga tahun 2026, posisi Q4 2026 diproyeksi mencapai USD4.250 per troy ons, dengan harga rata-rata tahun 2026 bisa mencapai USD4.068 per troy ons. Proyeksi ini sebenarnya juga ada perubahan, di mana proyeksi yang lama untuk harga rata-rata emas tahun 2026 mencapai USD3.019 per troy ons saja, tapi diubah naik 35% menjadi USD4.068 per troy ons.
Jika memang kondisi saat ini dan ke depannya masih penuh dengan ketidakpastian, maka kenaikan harga emas masih berpotensi terjadi.

Kinerja Emiten Emas Indonesia Q2 2025
Meningkatnya harga emas juga membuat kinerja emiten emas di Indonesia bisa mencatat kenaikan laba bersih yang signifikan. Pada posisi 1H 2025, laba bersih ANTM naik 203% secara yoy, kemudian ARCI naik 997%, dan PSAB naik 95%. Jika harga emas masih terus naik seperti yang diproyeksikan JP Morgan, maka kinerja emiten emas masih berpotensi akan lanjut naik ke depannya.

Jadi gimana nih menurut kalian, apakah emiten emas masih akan melanjutkan pertumbuhan kinerjanya sampai tahun depan nanti?***
###
DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!
Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.





































































































































































































































































