Buyback-Saham-BUKA

PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), salah satu pemain besar dalam industri e-commerce Indonesia, kembali menarik perhatian pasar dengan rencana pembelian kembali saham senilai Rp1.9 triliun. Setelah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan IPO terbesar sepanjang sejarah pada 2021, perusahaan ini menghadapi sejumlah tantangan yang mempengaruhi harga sahamnya, yang sempat merosot drastis. Di tengah ketidakpastian pasar dan kontroversi terkait penggunaan dana IPO, apakah aksi buyback ini cukup untuk menstabilkan harga saham dan memberikan sentimen positif bagi investor dalam jangka pendek?

 

Artikel ini dipersembahkan oleh:

Saham-Rakyat

 

Tantangan Pasca-IPO

Setelah melaksanakan IPO (pada 6 Agustus 2021) yang mencatatkan dana sebesar Rp21.3 triliun. Bukalapak menghadapi sejumlah tantangan besar yang mempengaruhi kinerjanya di pasar saham dan operasional perusahaan. Dalam dua hari perdagangan pasca-IPO, saham BUKA sempat naik hingga mencapai harga tertinggi Rp1.325 per saham. Namun, harga saham tersebut kemudian mengalami penurunan tajam, mencatatkan penurunan sekitar 91% hingga saat ini.

Di tengah perjalanan ini, perusahaan mendapatkan banyak kritik terkait penggunaan dana hasil IPO yang belum sepenuhnya terealisasi. Dana yang masih tersisa sekitar Rp9 triliun, kini sebagian besar ditempatkan di surat utang dan deposito, yang jauh dari rencana semula untuk modal kerja dan pengembangan usaha. Bahkan, Bukalapak memutuskan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan menutup layanan penjualan produk fisik di marketplace-nya.

 

 

Kontroversi Bisnis dan Langkah PHK Bukalapak dalam Menyikapi Tekanan Pasar

Pada awal 2025, Bukalapak memutuskan untuk menghentikan layanan penjualan produk fisik di marketplace-nya. Dan fokus pada produk virtual seperti pulsa, token listrik, dan layanan investasi.

Keputusan ini diambil setelah kontribusi penjualan produk fisik hanya mencapai 3% dari total pendapatan tahunan. Meskipun langkah ini diklaim untuk meningkatkan fokus pada bisnis digital, namun berimbas pada pemutusan hubungan kerja (PHK) massal, yang merupakan dampak dari perubahan fokus bisnis.

Meski mengalihkan fokus pada industri gaming, yang memiliki potensi pasar besar. Tantangan utama Bukalapak adalah mewujudkan strategi baru ini dalam menghadapi persaingan ketat dengan pemain besar seperti Tokopedia, Shopee, dan TikTok. Jika tidak dikelola dengan baik, perubahan strategi ini berisiko memperburuk posisi perusahaan dalam jangka panjang, meskipun dapat memberikan keuntungan jangka pendek.

 

Kontroversi Penggunaan Dana IPO

Dalam prospektus IPO, Bukalapak menyatakan bahwa 66% dana akan digunakan untuk modal kerja perusahaan. Namun hampir tiga tahun setelah IPO, sebagian besar dana tersebut belum digunakan sesuai rencana.

Kutipan prospektus BUKA. Source: Prospektus BUKA

Pada RUPSLB Desember 2021, alokasi dana diubah, dengan 33% untuk modal kerja Bukalapak, 34% untuk entitas anak, dan 33% untuk pertumbuhan usaha. Pada Juni 2024, sekitar Rp9.8 triliun dari dana IPO masih tersisa, sebagian besar ditempatkan pada deposito dan obligasi pemerintah – yang mendapat kritik karena jauh dari tujuan ekspansi bisnis.

Bukalapak beralasan hal ini untuk menjaga kestabilan finansial. Namun ini menambah keraguan mengenai komitmen perusahaan untuk mempercepat pertumbuhan. Keputusan untuk melakukan PHK dan menutup segmen produk fisik juga menambah kontroversi. Karena bertentangan dengan tujuan penggunaan dana IPO untuk ekspansi bisnis.

Nasib-Saham-BUKA

[Baca lagi: Nasib Saham BUKA, Masih Merugi, Layanan Marketplace Tutup, Potensi PHK]

Sekilas Kinerja Keuangan BUKA

Sepanjang tahun 2024, Bukalapak mencatatkan kerugian yang terus membengkak. Dengan rugi bersih yang tercatat sebesar Rp1.54 triliun, meningkat 13.28% dibandingkan tahun sebelumnya.

Kutipan Laporan Keuangan BUKA 4Q24

Meskipun ada sedikit pertumbuhan pendapatan yang tercatat sebesar 0.5% menjadi Rp4.46 triliun. Kontribusi terbesar masih berasal dari segmen marketplace, yang berjumlah Rp2.38 triliun. Sementara segmen online-to-offline (O2O) menyumbang Rp2.07 triliun.

Kutipan Kontribusi Pendapatan BUKA 4Q24

Namun, Bukalapak menghadapi lonjakan kerugian bersih, akibat peningkatan nilai rugi investasi dan kerugian entitas asosiasi. Kinerja finansial ini tentu menjadi peringatan bagi investor yang telah menaruh harapan pada dana IPO yang besar ini. Yang sejauh ini belum terlihat dampaknya dalam pengembangan bisnis yang nyata.

Meskipun BUKA berupaya menunjukkan pertumbuhan dalam pendapatan dan menjaga kestabilan finansial dengan dana yang aman. Akan tetapi, kerugian besar dan alokasi dana yang tidak sesuai dengan rencana awal, menjadikan prospek jangka panjangnya tidak sejelas yang diharapkan.

 

Rencana Buyback Saham: Langkah Taktis di Tengah Tekanan Pasar

Pada bulan Maret, BUKA berencana untuk melakukan pembelian kembali saham senilai Rp1.9 triliun – tanpa persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Langkah ini diambil sebagai respon terhadap fluktuasi pasar yang signifikan, dan penurunan harga saham perusahaan setelah IPO.

Kutipan berita Buyback BUKA. Source: emitennews.com

Aksi buyback ini akan dilaksanakan menggunakan dana internal perusahaan. Dan diharapkan dapat menstabilkan harga saham yang telah turun drastis, sejak pelaksanaan IPO pada 2021.

Penulis menilai bahwa aksi buyback ini, memiliki potensi untuk sedikit meredam tekanan terhadap harga saham BUKA dalam jangka pendek. Meskipun ada kontroversi terkait penggunaan dana IPO yang belum sepenuhnya terealisasi. Tetapi setidaknya, tindakan ini dapat memberikan sentimen positif bagi pasar dan investor.

Dengan aksi buyback, Penulis menilai akan berdampak pada berkurangnya jumlah saham yang beredar di pasar. Yang pada gilirannya dapat meningkatkan permintaan dan memperbaiki harga saham.

Meskipun langkah ini tidak langsung mengatasi masalah struktural perusahaan. Tetapi aksi buyback ini dapat menjadi langkah taktis, untuk menstabilkan kinerja harga saham di tengah ketidakpastian pasar yang ada.

Dengan adanya dana internal yang cukup untuk aksi buyback, perusahaan dapat menggunakan cash tersebut sebagai penyelamat harga saham yang terus turun. Memberikan sinyal positif kepada investor dan memperkuat kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan di masa depan.

 

Sekuat Apa Buyback untuk Meningkatkan Harga Saham?

Rencana buyback BUKA senilai Rp1.9 triliun, bertujuan untuk menunjukkan keyakinan terhadap nilai intrinsik perusahaan, dan mengoptimalkan struktur modal. Serta memperkuat kemampuan perusahaan dalam memberikan nilai pertumbuhan yang berkelanjutan kepada para pemegang saham.

Dengan market cap sekitar Rp14.2 triliun dan harga saham terakhir di Rp135 (Jumat 17/4/2025). Maka aksi buyback ini dapat membeli sekitar 14.1 miliar lembar saham, atau sekitar 14.9% dari saham yang beredar.

Pengurangan jumlah saham beredar ini, diharapkan dapat meningkatkan permintaan dan stabilitas harga saham dalam jangka pendek. Namun, meskipun buyback dapat memberikan dorongan positif sementara. Tetap saja, kendala utama bagi BUKA adalah tingginya kepemilikan publik yang dapat menghambat potensi pertumbuhan harga saham. Hal ini serupa dengan yang dialami GOTO, yang juga memiliki persentase saham publik yang tinggi (77.47%).

Aksi buyback tanpa didukung oleh pertumbuhan bisnis yang signifikan, mungkin tidak cukup untuk mendorong harga saham. Karena untuk harga saham naik, harus ada pembeli (misalnya mutual funds, hedge funds, atau institutional investors) yang tertarik.

Fund semacam mungkin saja tidak akan tertarik membeli saham, jika sebagian besar saham sudah dimiliki oleh investor “lain” dengan harga tinggi. Mengingat potensi aksi taking profit yang dapat terjadi.

Oleh karena itu, meskipun aksi buyback dapat memberikan efek jangka pendek. Tetapi, jika dilakukan tanpa adanya pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan, tentu potensi kenaikan harga saham akan tetap terbatas.***

 

###

 

DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!

 

Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

reCaptcha v3
keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *