Metode Averaging Up dan Metode Averaging Down
Lantas apa bedanya, averaging up dan averaging down ?
Metode averaging down ini merupakan sebuah metode dimana Anda membeli saham (lagi) pada harga yang lebih rendah karena memang saham yang Anda miliki harganya sedang turun.
Misalnya saja, saat Anda membeli saham A pada harga Rp 1.000 sebanyak 100 lot. Kemudian ternyata saham A justru turun 10% ke Rp 900.
Tapi setelah kita pelajari/analisis sahamnya sekali lagi, kesimpulannya adalah tidak ada peristiwa penting/perubahan fundamental apapun terkait perusahaan, sehingga kita memutuskan untuk membeli lagi saham A pada harga Rp 900 tersebut, juga sebanyak 100 lot.
Jadi sekarang kita memegang 200 lot saham A pada harga rata-rata Rp 950. Karena harga rata-ratanya jadi lebih rendah dibanding sebelumnya (tadinya Rp 1.000, kemudian menjadi Rp 950), maka keputusan untuk membeli lagi saham A pada harga Rp 900, itu disebut averaging down.
Metode averaging up adalah kebalikannya, dimana Anda membeli saham (lagi) pada harga yang lebih tinggi karena saham yang Anda miliki harganya meningkat.
Misalnya saja, Anda membeli saham A pada harga Rp 1.000 sebanyak 100 lot, dan saham A kemudian naik ke, katakanlah Rp 1.100, dimana setelah kita analisis sekali lagi, kesimpulannya adalah bahwa saham A masih bisa naik lebih tinggi lagi.
Karena itulah, kita kemudian beli lagi saham A pada harga Rp 1.100, juga sebanyak 100 lot, sehingga kita sekarang harga rata-ratanya naik menjadi Rp 1.050. Jadi keputusan untuk membeli lagi saham A pada harga Rp 1.100, itu disebut averaging up.
Kalau begitu, mana metode yang tepat dalam strategi averaging ? Jelas jawabannya adalah bergantung dasar tindakan Anda.
Metode averaging down sebenarnya adalah metode yang cukup agresif, karena ada kemungkinan Anda mengucurkan dana terus menerus tanpa tahu kapan nilainya akan naik kembali. Namun, saat dilakukan dengan dasar yang kuat, metode ini bisa membawa profit.
Syaratnya adalah Anda melakukan averaging down bukan dalam keadaan panik. Jika panik Anda akan emosional dan terus terpengaruh sehingga melakukan averaging down yang salah sampai modal habis. Kemudian, Anda juga disarankan melakukan averaging down pada saham yang memiliki kemampuan rebound. Hal ini bisa Anda amati dari titik-titik support tiap saham dan pola candlestick-nya. Saham-saham yang sudah tertahan di-support, disitulah Anda bisa mulai melakukan averaging down.
Nah, bagaimana dengan metode averaging up?
Metode averaging up bisa dinilai merupakan metode yang lebih baik dibandingkan averaging down. Logikanya, saham yang mampu memberikan profit adalah saham yang harganya bullish, bukan saham-saham yang harganya anjlok. Namun, lagi-lagi Anda harus lebih teliti, di mana banyak orang yang terbuai dan terus membeli lagi saham yang nilainya naik. Masalahnya saham sebagus dan semurah apapun, tentu saja tidak akan naik terus setiap hari, dan bisa saja mengalami penurunan. Jika terjadi demikian, dana Anda akan nyangkut.
Siap Terjun di Dunia Investasi Saham
Bagaimana? Sudahkah pengetahuan Anda tentang saham bertambah? Kini Anda sudah memahami mengenai strategi averaging serta kedua metodenya.