
PT FORE Kopi Indonesia Tbk (FORE), pemilik merek kopi premium “Fore” siap melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana saham (IPO). Di tengah antusiasme pasar terhadap merek yang telah dikenal luas, mampukah FORE memanfaatkan peluang pertumbuhan di tengah tantangan daya beli konsumen yang sedang lesu?
Daftar Isi
Artikel ini dipersembahkan oleh:
Sekilas tentang FORE
FORE didirikan pada tahun 2018, saat ini berhasil membangun merek kopi premium yang cukup dikenal di segmen menengah-atas, dalam enam tahun terakhir. Meskipun menghadapi tantangan berat di awal pendirian, termasuk pandemi Covid-19 yang memaksa penutupan sebagian besar gerai, hingga menyisakan 60 outlet. FORE menunjukkan ketahanan dan kemampuan adaptasi yang luar biasa.
Saat ini, dengan 230 gerai yang tersebar di 44 kota, termasuk di Singapura, FORE telah membuktikan diri sebagai pemain utama di industri kopi. Inovasi produk unggulan seperti Butterscotch Sea-Salt Latte, yang berhasil terjual lebih dari 8 juta gelas. Menjadi bukti keberhasilan strategi pemasaran dan kualitas produk FORE.
Model bisnis FORE fokus pada penjualan roasted coffee melalui dua kanal utama: online dan offline. Penjualan online dilakukan melalui aplikasi Fore Coffee dan platform pihak ketiga (seperti Gojek dan Grab). Sementara penjualan offline mengandalkan jaringan gerai yang dikategorikan menjadi Flagship, Medium, dan Satellite Store.
Ke depan, FORE berencana memperluas cakupan bisnisnya dengan mendiversifikasi produk ke donat (melalui CFI) dan roti (melalui FBI). Serta memperkuat ekspansi internasional di Singapura (melalui FCSG).
Prospek Singkat FORE
Kinerja FORE di industri kopi Indonesia tergolong impresif, tercermin dari Same Store Sales Growth (SSSG) sebesar 42% (periode 9M24). Jauh melampaui rata-rata global ~5%.
Capaian ini mengindikasikan efektivitas strategi pemasaran yang dilakukan, dan daya tarik inovasi produk FORE bagi konsumen. Terlebih, dengan fokus pada segmen Foodservice Roast Coffee, diproyeksikan tumbuh 66% pada tahun 2030, FORE berada di posisi strategis untuk memperkuat pangsa pasar.
Selain itu, FORE tengah memanfaatkan perubahan tren konsumsi kopi di Indonesia. Di mana konsumen semakin memilih untuk menikmati kopi di luar rumah, sebagai bagian dari gaya hidup sosial yang diwujudkan dari 3 kategori gerai: Flagship, Medium, dan Satellite Store.
Dengan diversifikasi tipe gerai yang mampu mengakomodasi preferensi konsumen yang beragam. FORE agresif memposisikan diri sebagai pemain kunci di pasar kopi domestik dan internasional. Jika melihat tren jumlah kategori gerai yang terus meningkat, dengan target pelanggan pada generasi z dan milenial.
Detail IPO dan Penggunaan Dana
FORE menawarkan 1.8 miliar lembar saham baru atau setara 21.08% modal, dengan harga penawaran Rp160 – Rp202 per saham. Potensi pendanaan yang diperoleh perseroan setelah IPO mencapai Rp379.76 miliar.
Seluruh dana yang diperoleh perseroan dari hasil IPO, akan digunakan untuk ekspansi, penyertaan modal dan modal kerja. Berikut rinciannya:
- Sebanyak 76% atau sekitar Rp 350 miliar. Akan digunakan untuk ekspansi 140 gerai kopi di Jabodetabek, Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Bali pada tahun 2025 – 2026.
- Sebanyak 18% untuk setoran modal ke PT Cipta Favorit Indonesia (CFI). Untuk ekspansi 30 gerai donat tahun 2025 – 2027, dengan komposisi 10% untuk outlet Flagship, 65% untuk outlet Medium dan 25% untuk outlet Satellite
- Sisanya akan digunakan untuk modal kerja.
Strategi ekspansi agresif ini bertujuan memperkuat pangsa pasar FORE. Namun kondisi makro ekonomi dan daya beli masyarakat perlu di pertimbangkan.
Daya Beli Masyarakat dan Makro Ekonomi
Di tengah agresifnya rencana ekspansi FORE, ada tantangan yang perlu dipertimbangkan calon investor FORE, yakni kondisi ekonomi makro Indonesia.
Mandiri Spending Index (MSI) mencatat penurunan belanja masyarakat ke level 236,2, sebuah anomali yang terakhir kali terjadi pada awal pandemi Covid-19. Tren ini mengindikasikan lemahnya daya beli konsumen. Di mana belanja lebih terkonsentrasi pada kebutuhan pokok, bahkan hampir 40% dari total belanja.
Lebih lanjut, Indonesia mengalami deflasi selama dua bulan berturut-turut pada Februari 2025. Sebuah fenomena langka dalam 25 tahun terakhir.
Tingkat inflasi nasional. Source: bps.go.id
Meskipun faktor seperti diskon tarif listrik dan stabilnya harga pangan berkontribusi pada deflasi ini. Menurut Penulis, melemahnya daya beli masyarakat juga menjadi faktor kunci.
Sehingga tren ini dapat menghambat pemulihan ekonomi secara keseluruhan, dan menjadi tantangan pada FORE dalam melakukan ekspansi.
Kondisi daya beli konsumen yang lesu juga dapat mempengaruhi kinerja penjualan FORE, terutama di gerai-gerai baru.
Sekilas Pendapatan FORE
Pada periode sembilan bulan yang berakhir 30 September 2024, FORE mencatatkan pertumbuhan penjualan neto yang sangat signifikan. Dengan angka penjualan neto mencapai Rp727 miliar, terjadi lonjakan sebesar 135% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu Rp309 miliar.
Peningkatan ini mencerminkan ekspansi bisnis yang agresif, dan adanya penerimaan pasar yang kuat terhadap produk-produk FORE. Meskipun beban pokok penjualan juga mengalami kenaikan sebesar 147.28% menjadi Rp280.82 miliar. Beruntungnya laba bruto tetap menunjukkan tren positif dengan mencapai Rp446.55 miliar, atau meningkat sebesar 128%.
Dari laporan prospektus, penjualan neto FORE didorong oleh peningkatan penjualan minuman sebesar 131.86% YoY, yang berkontribusi sekitar 90.9% dari total penjualan bruto. Penjualan makanan juga tumbuh pesat sebesar 241.56% YoY, berkontribusi sekitar 8.6%. Sementara kategori lain-lain tumbuh 111.76% dengan kontribusi sekitar 0.4%.
Namun, diskon dan potongan penjualan secara konsisten meningkat tajam sebesar 157.83% YoY. Menurut Penulis, peningkatan diskon penjualan perlu diperhatikan dalam analisis profitabilitas kedepannya. Beberapa risiko potensial terjadi jika peningkatan terus terjadi:
- Pertama, peningkatan diskon dapat menggerus margin keuntungan FORE. Terutama jika tidak diimbangi dengan peningkatan volume penjualan yang signifikan.
- Kedua, ketergantungan pada diskon dapat menciptakan persepsi di kalangan konsumen, bahwa harga normal produk FORE terlalu tinggi. Sehingga mengurangi loyalitas pelanggan terhadap harga reguler. Terlebih pelanggan FORE mayoritas dari gen z dan milenial.
- Ketiga, jika diskon tidak dikelola dengan baik, dapat terjadi distorsi permintaan. Di mana konsumen hanya membeli produk saat diskon. Sehingga berpotensi menyulitkan FORE dalam memprediksi permintaan dan mengelola inventaris.
Sekilas Laba FORE
Meskipun FORE menunjukkan pertumbuhan penjualan neto dan laba bruto yang positif, laba (rugi) komprehensif periode tahun berjalan mengalami fluktuasi yang signifikan. Tercatat laba Rp41.40 miliar pada 9M24, namun rugi Rp16.60 miliar pada tahun 2023.
Fluktuasi ini mengindikasikan bahwa FORE masih dalam fase pertumbuhan agresif. Di mana biaya operasional dan investasi ekspansi, memengaruhi profitabilitas jangka pendek.
Namun, teman-teman investor perlu mencermati tren ini sebagai bagian dari strategi pertumbuhan jangka panjang FORE. Dan mempertimbangkan potensi volatilitas laba dan harga dalam pengambilan keputusan investasi.
[Baca lagi: FORE IPO Perdana, Level Baru Bisnis Kopi ke Pasar Modal!]
Valuasi yang Premium
Valuasi IPO FORE menunjukkan angka premium dibandingkan kompetitor sejenisnya, misalnya saham TGUK yang memiliki PBV 1.08x, dengan Price-to-Earnings (PE) mencapai 41x – 52x dan Price-to-Book Value PBV 5.04x – 6.36x berdasarkan TTM.
Sementara itu, rasio solvabilitas FORE, Debt-to-Asset Ratio (DAR) 0.63x dan Debt-to-Equity Ratio (DER) 1.71x. Menunjukkan tingkat leverage yang perlu diperhatikan oleh teman-teman investor.
Valuasi premium ini mengindikasikan ekspektasi pasar, terhadap pertumbuhan FORE di masa depan. Namun menurut Penulis, teman-teman investor perlu mempertimbangkan risiko valuasi yang tinggi ini dan tingkat leverage perusahaan.
Kepemilikan Konsorsium FHPL dan Rumor Exit Strategy yang perlu di Pertimbangkan
Dari prospektus, kepemilikan mayoritas FORE dimiliki oleh konsorsium FHPL, yang terdiri dari 32 investor termasuk East Ventures dan institusi lainnya. Namun, melihat adanya rumor yang beredar, bahwa IPO FORE merupakan exit strategy bagi konsorsium FHPL.
Namun, Co-Founder & Managing Partner East Ventures, Wilson Cuaca, menegaskan bahwa IPO FORE bukan bagian dari rencana exit strategy East Ventures, setelah sekian lama menyuntikkan modal.
Dikutip dari Bloomberg Technoz, Wilson menjelaskan bahwa kondisi bursa saham saat ini sedang dalam fase bearish. Dan sangat tidak relevan jika exit strategy dilakukan.
Namun, diberlakukannya lock-up period (kepada East Ventures) selama 8 bulan setelah pencatatan di BEI. Dapat memperkuat rumor exit strategy tersebut, sebab tujuan lock up adalah untuk membatasi kemampuan konsorsium untuk menjual saham dalam periode tersebut.
Sehingga, investor publik perlu mencermati potensi pelepasan saham oleh konsorsium FHPL, setelah periode lock-up berakhir pada Desember 2025. Karena pelepasan saham dalam jumlah besar dapat saja terjadi dan mempengaruhi harga saham FORE.
Jadwal Penawaran dan Underwriter yang Perlu di Pertimbangkan
Jadwal penawaran awal (bookbuilding) ditetapkan pada tanggal 19 – 21 Maret 2025. Diikuti oleh masa penawaran umum pada 26 Maret – 9 April 2025, dan pencatatan di BEI pada 11 April 2025.
Penjamin pelaksana emisi efek untuk IPO ini adalah Mandiri Sekuritas (Kode Broker CC) dan Henan Putihrai Sekuritas (HP). Kehadiran Henan Putihrai sebagai salah satu underwriter menarik perhatian banyak investor. Karena rekam jejak mereka dalam menangani IPO PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) dan PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU), dengan pergerakan harga strong bullish secara berturut dalam sepekan market.
Kinerja Harga CUAN di bawah Henan Putihrai
Kinerja Harga RATU dibawah Henan Putihrai
Pada kondisi market yang uncertainty, teman-teman investor perlu mencermati kinerja underwriter dalam menangani IPO FORE. Serta potensi terhadap pergerakan harga saham setelah pencatatan.
Kesimpulan
FORE memiliki rekam jejak pertumbuhan yang solid dan adaptasi bisnis yang kuat. Juga menawarkan peluang investasi di sektor kopi yang berkembang pesat di Indonesia. Ekspansi agresif melalui IPO, dengan target pembukaan gerai baru dan diversifikasi produk. Menunjukkan ambisi FORE untuk memperkuat posisinya di pasar domestik dan internasional.
Ingin menyusun investing plan, tapi memiliki waktu yang terbatas untuk mengolah informasi. Segera manfaatkan Monthly Investing Plan yang telah terbit!
Bagi teman-teman investor yang ingin berlangganan Monthly Investing Plan, bisa menggunakan voucher…

Namun, Penulis kembali menegaskan untuk teman-teman investor perlu mencermati beberapa faktor risiko. Seperti valuasinya yang premium, fluktuasi laba, dan potensi dampak dari kondisi ekonomi makro yang kurang menguntungkan saat ini.
Selain itu, rumor mengenai exit strategy konsorsium FHPL dan potensi pelepasan saham setelah periode lock-up, juga sangat penting untuk jadi pertimbangan. Meskipun telah dibantah oleh pihak East Ventures melalui media.
Keberhasilan IPO FORE akan sangat bergantung pada kemampuan perusahaan, dalam menjaga pertumbuhan penjualan dan profitabilitas. Terutama di tengah tantangan ekonomi dan persaingan pasar yang ketat. Performa underwriter, Henan Putihrai Sekuritas dan Mandiri Sekuritas, juga akan menjadi faktor penting dalam menentukan stabilitas harga saham setelah IPO.***
###
DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!
Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.