9 Kesalahan Umum Investor Pemula

Saham merupakan instrumen investasi yang mampu memberikan imbal hasil yang relatif tinggi. Tak heran, jika saham menjadi investasi yang populer, hingga melahirkan banyak investor pemula. Sayangnya dalam praktik berinvestasi saham tidak ada jaminan yang menangguhkan, bahwa setiap investor akan selalu sukses. Tidak mudah bagi investor memahami karakter saham yang dikenal sebagai instrumen investasi high risk high return. Fakta yang ada, justru terdapat banyak kesalahan umum investor pemula yang memulai investasi saham tanpa arahan yang tepat. Bahkan tanpa bantuan Penasihat Investasi, hanya karena ingin hemat biaya dan merasa percaya diri dan akhirnya terjebak kerugian. Nah berikut ini ada 9 kesalahan umum investor pemula tanpa Penasihat Investasi!

 

9 Kesalahan Umum Investor Pemula Tanpa Penasihat Investasi

Jika sebagai investor pemula saja sudah terjebak kerugian yang menggerus modal. Bukan tidak mungkin, akan mematahkan semangat berinvestasi dan hal ini yang banyak terjadi dikalangan investor pasar modal. Banyak di antara mereka yang akhirnya, merasa tidak mampu menghasilkan keuntungan, dan trauma terhadap aktivitas jual dan beli saham. Untuk itu perhatikan lagi 9 kesalahan umum investor pemula tanpa Penasihat Investasi, beserta dampaknya berikut ini:

  1. Tidak Paham Profil Risiko Diri Sendiri

Setiap investor memiliki batas toleransi risiko yang berbeda satu sama lain. Perbedaan ini wajar tergantung pada berbagai faktor, seperti tujuan finansial, situasi keuangan, usia, besarnya aset, kondisi psikologi, hingga pengalaman dalam berinvestasi. Faktor tersebut, umumnya akan diabaikan para investor pemula.

Mereka cenderung langsung memilih instrumen investasi, berdasarkan tren maupun rekomendasi teman dan/atau influencer. Tanpa mencari tahu dan mempertimbangkan apakah produk investasi tersebut, sesuai dengan profil risiko yang dimiliki dirinya.

Dampaknya:

Jelas investor pemula ini akan mengambil keputusan yang salah. Misalnya memberanikan diri berinvestasi pada instrumen yang berisiko tinggi, seperti saham. Alih-alih memperoleh keuntungan, justru mengalami kerugian yang disebabkan oleh ragam faktor. Seperti risiko ekuitas, risiko likuiditas, risiko suku bunga, atau bahkan risiko nilai tukar mata uang. Sebagai contoh: Seorang karyawan dengan kebutuhan dana jangka pendek, justru berinvestasi di saham spekulatif yang harganya fluktuatif. Alih-alih untung cepat, yang ada modalnya justru tergerus ketika pasar terkoreksi.

Ini kenapa, investor pemula wajib memperhitungkan manfaat dari jasa Penasihat Investasi. Kesalahan ini terjadi karena tidak ada proses awal pemetaan risiko, yang sesuai dengan karakter investor.

  1. Bergerak Tanpa Tujuan yang Jelas

Pada umumnya investor pemula hanya berpikir ’ingin untung besar’, tanpa menentukan apa tujuan spesifik yang ingin dicapi. Misalnya persiapan dana pensiun, dana pendidikan, dan/atau pembelian rumah.

Dampaknya:

Strategi investasi yang disusun cenderung dibuat secara asal-asalan, yang berujung sulit untuk dievaluasi. Bahkan bukan tidak mungkin, tujuan yang ditargetkan tidak tercapai.

Dalam hal ini Penasihat investasi akan membantu merumuskan tujuan finansial yang diinginkan, secara terukur (SMART goals). Tidak hanya itu, Penasihat Investasi juga akan membantu menentukan jangka waktu, dan memilihkan jenis instrumen investasi yang tepat. Tanpa itu, maka investasi bisa jadi tidak terarah dan rawan salah langkah.

  1. Terjebak Tren dan Mudah FOMO (Fear of Missing Out)

Fenomena saham gorengan, atau bahkan instrumen investasi lain yang mendadak populer. Biasanya seringkali memicu keFOMOan di kalangan investor pemula. Tidak heran, jika mereka yang berjalan sendiri tanpa analisis mendalam, akan mudah terbawa euforia pasar dan terjebak kerugian.

Dampak:

Mereka akan membeli saham di harga puncak alias sudah di level mahal. Dan sebaliknya, mereka akan menjual sahamnya ketika melihat harganya turun, hanya karena panik dan ikut-ikutan.

Dalam kasus ini, Penasihat Investasi sangat bermanfaat karena dapat menjadi “rem” yang objektif. Terutama dalam membantu investor untuk fokus pada strategi jangka panjang, daripada terombang-ambing oleh tren pasar yang sesaat.

  1. Strategi Diversifikasi yang Buruk

Pepatah “jangan menaruh semua telur hanya di satu keranjang”, seringkali diabaikan oleh investor pemula. Bahkan ada yang hanya fokus di satu saham aja, sehingga menempatkan seluruh modalnya di saham tersebut. Ada pula yang justru membeli saham terlalu banyak. Buruknya mereka melakukan diversifikasi pada instrumen investasi yang lain, tanpa mengenali karakter dan risikonya.

Dampak:

Jika mereka membeli saham yang terlalu banyak, tapi ada di sektor yang sama, tetap akan berisiko jika sewaktu-waktu sektor tersebut anjlok. Dan apabila mereka diversifkasi ke instrumen investasi lain, yang dipilih tanpa analisis, bukan tidak mungkin pertumbuhan portofolio menjadi tidak seimbang, antara imbal hasil dengan risiko.

Kesalahan ini biasanya muncul karena tidak ada perhitungan alokasi aset (asset allocation) yang tepat. Penasihat investasi biasanya membuat rencana diversifikasi berdasarkan tujuan, profil risiko, dan kondisi pasar, sehingga portofolio lebih seimbang.

Jika di sini teman-teman investor merasa tidak cukup baik dalam pengelolaan portofolio investasi dan merasa alokasi aset tidak maksimal. Teman-teman investor dapat menggunakan jasa RK Investment Advisory untuk perjalanan investasi yang bertumbuh dan aman, karena seluruh perencanaan investasi Anda akan dirancang secara strategis dan personalized sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi yang Anda inginkan.

 

RK Advisory

 

  1. Tidak Menerapkan Monitoring dan Rebalancing Portofolio Investasi

Sifat pasar yang bergerak dinamis dan selalu berubah-ubah, tidak dapat menjadi instrumen saham yang semula berkinerja baik di tahun kemarin, juga akan menguntungkan di tahun ini. Kondisi tersebut, menjadi salah satu alasan pentingnya monitoring dan rebalancing portofolio, guna menjaga tetap terjaganya komposisi aset yang sesuai dengan tujuan investasi dan profil risiko.

Namun hal ini, justru seringkali diabaikan para investor pemula, sehingga mereka tidak melakukan evaluasi secara berkala terhadap kinerja portofolionya. Bahkan tidak melakukan rebalancing terhadap aset yang secara fundamental tidak sehat lagi.

Dampak:

Komposisi aset investasi tidak lagi selaras dengan tujuan investasi yang ingin dicapai. Pada gilirannya ini akan berpengaruh pada potensi keuntungan yang tidak optimal, karena kerugian semakin membesar.

Dalam kasus ini, Penasihat Investasi memastikan portofolio tetap sejalan dengan tujuan melalui pemantauan rutin dan penyesuaian strategi.

  1. Overtrading dan Tidak Kelola Portofolio

Tanpa adanya panduan, investor pemula sangat mudah terjebak pada dua aktivitas: 1) Terlalu sering melakukan transaksi (overtrading); 2) Membiarkan portofolio tanpa evaluasi (pasif mengelola portofolio).

Dampak:

    • Overtrading dapat meningkatkan pembengkakan biaya transaksi, bahkan sangat rentan salah timing.
    • Pasif mengelola portofolio justru dapat membuat investor melewatkan peluang bagus dan/atau bertahan ketika aset sedang mengalami kinerja buruk.

Pada dua kondisi tersebut, Penasihat Investasi akan membantu menjaga keseimbangan antara aktivitas transaksi dan pengelolaan portofolio, agar dapat memberikan hasil yang optimal. Serta alokasi biaya yang lebih terkendali.

  1. Tidak Melakukan Analisis dan Kurang Edukasi

Sebagian besar investor pemula memulai investasi hanya berdasarkan pada intuisi dan/atau spekulasi pasar. Tanpa bersedia memberikan waktu untuk menganalisis fundamental maupun teknikal.

Dampak:

Keputusan yang dibuat cenderung bias, karena dibuat berdasarkan asumsi, pengaruh, dan/atau faktor-faktor ekternal yang tak akurat. Hal ini dapat menyebabkan kerugian besar pada investor.

Padahal seharusnya yang dilakukan investor dalam pengambilan keputusan adalah berbasis data yang terukur dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini, Penasihat Investasi biasanya akan menyediakan analisis komprehensif dan edukasi, sehingga investor dapat memahami alasan di balik setiap keputusan investasi.

 

 

  1. Tidak Memiliki Exit Strategy

Ketika memutuskan berinvestasi bukan hanya soal kapan masuk (Buy), tetapi juga harus menentukan kapan keluar (Sell).

Dampak:

Jika sebagai investor abai terhadap strategi exit strategy ini, tentu akan berdampak pada:

    • Keuntungan yang seharusnya sudah aman, dapat hilang karena harga yang kembali turun.
    • Kerugian semakin besar, hingga berpotensi tertundanya penjualan aset.

Pada penentuan exit strategy inilah peran Penasihat Investasi menjadi penting bagi investor. Terutama para pemula yang seringkali bingung menentukan kapan waktu yang tepat, untuk merealisasikan keuntungan dan/atau bahkan membatasi kerugian.

  1. Mengabaikan Biaya dan Pajak

Setiap produk investasi memiliki biaya, seperti broker fee, management fee, atau pajak capital gain. Pemula sering kali hanya menghitung potensi keuntungan tanpa memperhitungkan potongan-potongan ini.

Dampak:

Investor yang tidak mengindahkan biaya investasi hingga pajak, umumnya tidak dapat mencapai target keuntungan. Lantaran ada sejumlah biaya yang tidak masuk ke dalam perhitungan, ditambah lagi dengan potensi besaran pajak yang akan dibayar. Akibatnya ini akan menggerus keuntungan yang diterima dari investasi.

Sementara, jika menggunakan jasa Penasihat Investasi, maka akan diberikan informasi mendetail mengenai gambaran biaya-biaya yang akan dikeluarkan selama investasi berjalan. Hal ini memungkinkan investor lebih tahu berapa besar net return yang akan diterima secara realistis.

 

 

Kesimpulan

Berinvestasi tanpa pendampingan Penasihat Investasi mungkin bukan hal mustahil untuk dilakukan. Namun sudah pasti risiko akan lebih besar bagi pemula yang belum memiliki pengalaman investasi. Adapun kesalahan-kesalahan tidak memahami profil risiko, tak punya tujuan jelas, mudah FOMO, tidak diversifikasi, tidak monitoring dan rebalancing portofolio, overtrading dan tidak mengelola portofolio, tidak analisis dan memiliki exit strategy, serta abai terhadap biaya-biaya maupun pajak – dapat menggerus modal yang dimiliki dengan cepat. Bercermin dari kesalahan umum investor pemula tersebut, jelas fungsi dari Penasihat Investasi sebagai pemandu, pendamping, dan pengingat bagi investor agar tetap berada pada jalur yang benar.

Adapun jika investor pemula memutuskan tidak menggunakan jasa Penasihat Investasi, sebenarnya sah-sah saja. Tetapi dalam prosesnya, investor pemula perlu membekali diri dengan ilmu mengenai investasi dan keuangan, mampu berdisiplin diri, dan memiliki strategi yang matang. Prinsip sederhananya: semakin besar modal investasi dan tujuan yang ingin dicapai, tentu semakin besar pula kebutuhan akan panduan yang tepat, terutamanya dalam meminimalisir risiko dan mengoptimalkan potensi keuntungan.***

 

###

 

DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!

 

Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

reCaptcha v3
keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *